Oleh : Iwan Abdurrahman, Wartawan Kantor Berita MINA, Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Shuffah Al-Quran (STISA) Abdullah bin Mas’ud Lampung
Kita seringkali khawatir dengan keadaan dan rezeki kita ke depan. Namun apakah kita sudah bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan ?
Kekhawatiran akan selalu membawa kita pada ketidaktenangan hati, keraguan, kemudian ketidak puasan. Sementara selalu bersyukur akan menjadi lebih dekat lagi kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya.
Allah telah memerintahkan manusia untuk selalu beribadah kepada-Nya. Perintah ini mengandung maksud bahwa ibadah merupakan sarana bagi umat manusia untuk bisa dekat dengan Sang Pencipta. Pada jaman sekarang banyak orang yang merasa dirinya jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena pergaulan dan lingkungan, terutama anak muda.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Padahal, barang siapa yang menjaga diri dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah, maka ia akan mendapatkan penjagaan dari Allah Ta’ala. Kemudian orang-orang yang dekat dengan Allah, maka Allah akan menjaganya, baik dalam keadaan tenang dan nyaman ataupun dalam kesulitan yang luar biasa, karena Allah tidak pernah meninggalkan kita.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣
“Tuhanmu tidak pernah meninggalkanmu dan membencimu,” (Q.S. Adh-Dhuha : 3)
Kita gambarkan, saat kita berpergian menggunakan pesawat, kita merasa tenang di dalam pesawat yang sedang mengudara di awang-awang. Padalah kita tidak mengenal bahkan tidak tahu siapa pilotnya.
Lantas mengapa kita selalu khawatir dengan hidup kita ke depan, padahal kita sudah tahu Allah Sang Pencipta, Allah Maha Pemberi Rezeki, Allah Maha Besar. Bahkan Allah berjanji akan menjaga kita dalam keadaan apapun selama kita dekat dengan-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Ketenangan hanya akan kita rasakan ketika kita mengingat Allah, sebagaimana Fiman Allah dalam Al-Qur’an :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ ٢٨
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram. (Q.S. Ar-Ra’d : 28)
Selanjutnya, berikut adalah cara kita sebagai hamba mendekatkan diri kepada Sang Pencipta :
- Mendirikan Shalat
Shalat merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah. Shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim. Namun lebih dari itu, sebenarnya shalat tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan kebutuhan bagi kita orang-orang yang mengaku beriman. Hal ini karena shalat merupakan tiang agama dan merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Kebahagiaan yang hakiki bagi setiap Muslim adalah ketika ia mampu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, terutama melalui shalat.
- Membaca Al-Qur’an
Cara mendekatkan diri kepada Allah berikutnya adalah dengan memperbanyak tilawah atau membaca Al-Quran. Amalan ini tidak hanya membuat kita semakin dekat dengan Sang Pencipta dan mendatangkan pahala, ini juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang semakin sabar, lapang dada, jujur, dan sebagainya.
Begitulah, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan dan dijadikan petunjuk jalan bagi orang-orang yang beriman serta bertawakal.
- Selalu Bersyukur
Dengan banyak bersyukur maka kita termasuk orang yang mendapatkan ridha Allah serta menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan bersyukur maka kita bisa semakin dekat dengan Allah.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Salah satu cara bersyukur yaitu bersyukur dengan hati, dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah Ta’ala.
- Mengingat kematian
Kematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita dan dapat secepat kilat menjemput. Oleh karena itu, sebagai umat Islam sebagai hamba yang baik, jangan sampai kita tergiur akan gemerlap dunia.
Dunia hanyalah tempat singgah, sementara dan hanya perkara yang fana. Hamba yang baik hanya mengingat satu perkara, yaitu janji Allah akan kehidupan akhirat yang kekal adanya.
- Berzikir dan menjalankan ibadah sunnah
Cara mendekatkan diri kepada Allah selanjutnya adalah selalu berzikir serta menjalankan ibadah sunah seperti salat Dhuha, Tahajud, Puasa Sunah dan lain-lain. Zikir atau wirid sering diartikan menyebut nama Allah, dan dilakukan secara rutin agar selalu mengingat Allah dan sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
- Bersedekah
Dengan menyedekahkan harta yang kita miliki, dosa-dosa kita akan dihapuskan. Hal ini tentu saja dapat dituai jika dilakukan bersamaan dengan taubat atas dosa yang pernah diperbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Melakukan kewajiban dan menghindari semua larangan Allah, maka kita akan terhindar dari dosa dan mendapatkan pahala.
Setelah kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, kita juga harus menghindarkan diri kita dari sikap-sikap yang justru membuat kita jauh dari Allah.
Berikut adalah beberapa sikap yang membuat kita jauh dari Sang Pencipta, yang harus kita hindari :
- Sombong
Sikap sombong selalu menuntun seseorang untuk tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu berusaha mengabaikan kelemahan atau kesalahan pada dirinya. Sehingga, orang yang sombong tidak pernah mau mendengar nasehat orang lain.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Orang yang sombong juga merasa dirinya paling pintar dan paling benar. Hatinya membatu dan tak lagi mampu menerima kebaikan. Dia merasa tak butuh bantuan siapapun, padahal tidak ada satu penolong pun selain Allah.
- Tamak
Sombong dan tamak adalah dua sikap yang saling berkesinambungan. Di mana ketika seseorang menyombongkan diri, dia semakin tamak berusaha lebih dan lebih agar orang semakin menyanjungnya.
Orang yang tamak, dia amat rakus dan pada akhirnya akan berusaha mengambil segala keuntungan dan apa yang diinginkannya dengan cara apapun. Bahkan cara yang haram dan berdosa sekalipun. Na’udzubillah.
Dengan segala keburukan yang ditimbulkan oleh sikap tamak, maka sudah seharusnya kita menjaga diri dan hati agar penyakit tamak tidak menghinggap pada kita sekecil apapun itu segeralah bersihkan diri dan hati.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
- Sikap tidak peduli
Tidak peduli adalah sikap tidak mau tahu tentang urusan orang lain. Dia hanya peduli pada urusan dirinya sendiri. Sikap ini tentu amat berbahaya.
Bagaimana jika orang-orang Muslim menjadi masa bodoh dengan agamanya dan membiarkan saja saat Islam diinjak-injak dan dihancurkan oleh para musuh Allah? Karena jika seseorang masa bodoh pada urusan agamanya, itu berarti secara otomatis dia telah memisahkan dirinya dalam jarak yang amat jauh dengan Allah Ta’ala.
Maka kita harus memupuk jiwa kepekaan yang tinggi dalam diri kita, bagaimana kita bisa menjadi orang yang mudah iba pada penderitaan orang lain terutama saudara seiman kita. Sehingga ringan sekali tangan kita dalam mengulurkan bantuan, dan kuat sekali tubuh kita dalam membela agama Allah.
begitulah, semua manusia berasal dari Allah Sang Maha Pencipta, dan suatu hari semua akan kembali menghadap-Nya. Kita yang saat muda memiliki ketampanan atau kecantikan wajah, pada hari tua juga akan keriput dan tidak lagi menarik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Di dunia banyak harta, saat mati juga tidak akan membawa apapun. Maka apa yang perlu kita sombongkan? Sedangkan Allah adalah Maha Kuasa atas segalanya. Dia bisa mematikan kita kapanpun. sedangkan kita tak mampu menerka-nerka kapan ajal datang menjemput kita.
Kita harus terus berusaha agar terhindar dari kesesatan duniawi. Sebaliknya, kita harus selalu mendekatkan diri kepada Allah. Berusaha sebaik mungkin agar Allah tetap dekat dan mencintai kita, karena siapa yang mampu menolong kita selain Allah Sang Maha Penolong. (A/Iwn/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?