Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amalan 10 Hari Pertama Dzulhijjah, Mengalahkan Jihad ?

Admin - Selasa, 22 Agustus 2017 - 18:22 WIB

Selasa, 22 Agustus 2017 - 18:22 WIB

1110 Views ㅤ

Oleh: Nur Rahmi, wartawan Kantor Berita Islam MINA

Bulan Dzulhijjah adalah bulan di mana banyak kemuliaan yang Allah istimewakan, yang sayang jika kita abaikan begitu saja. Kemuliaan itu tidak hanya bagi mereka yang menyempurnakan rukun Islam dengan melaksanakan Ibadah Haji, tetapi juga untuk semua umat Islam.

Adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan amalan yang paling dicintai Allah Subahana Wa Ta’ala melebihi amalan di hari atau bulan lainnya. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَل الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ – قَالُوا: يَا رَسُول اللَّهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيل اللَّهِ؟ قَال: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيل اللَّهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْء

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

“Tidak ada satu rangkaian hari pun, di mana amal shalih pada hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah melebihi amal-amal shalih pada hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah-pent). Lantas para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, tidak juga (jika dibandingkan) dengan (amal) jihad di jalan Allah?”, beliau bersabda: “Tidak juga dengan jihad di jalan Allah, kecuali seorang mujahid yang keluar untuk berperang (di jalan Allah) dengan jiwa dan harta bendanya, lantas ia gugur dan tidak ada yang kembali sedikitpun.” [Shahih Bukhari: 969, Shahih Sunan Abi Dawud: 2438, hadits di atas adalah lafaz Abu Dawud]

Amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah lebih Allah cintai melebihi jihad? Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan bahwa puncak amal Islam, yakni jihad fi sabilillah.

رَأسُ الأمْرِ الإسلامُ ، وعَمُودُه الصَّلاةُ ، وذِرْوَةُ سَنامِهِ الجهاد

“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya itu shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.” (HR. Al-Tirmidzi)

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

 

Dengan demikian, jelaslah bahwa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki kedudukan yang istimewa. Keistimewaan itu tidak terbatas waktu, baik siang maupun malam. Selain itu, mengapa amalan ini mengalahkan jihad, karena ada dua ibadah yang tidak ada pada hari lain, yaitu manasik haji dan syariat berqurban yang dilaksanakan pada hari ‘Id (hari raya) dan hari-hari Tasyrik.

Bahkan Allah bersumpah dengan 10 hari pertama bulan Dulhijjah dalam firmannya yang menunjukkan keutamaan. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman;

وَ الْفَجْرِ . وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

“Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1 – 2)

Dalam kitab Lathaiful Ma’arif hal. 469, Ibn Rajab mengatakan malam yang 10 dimaksud dalam surat tersebut adalah sepuluh hari pertama dalam bulan Dzulhijjah. Hal yang sama dikemukakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.

Ayat kedua, Allah bersumpah dengan menyebut malam 10, yang artinya hari itu mesti memiliki keutamaan, berbeda dengan malam-malam lainnya. Sama seperti sumpah Allah terhadap waktu yang lainnya, “Wal Ashri” (demi masa), “Wal Qolami” (dan demi pena), dan seterusnya.

Amalan yang disyariatkan 

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Banyak diantara kita yang mengira bahwa keutamaan amalan di bulan Dzulhijjah hanya pada tanggal 8, 9, yaitu puasa arafah, haji atau berqurban. Namun ada beberapa yang bisa kita kerjakan.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan Hadits yang menyatakan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah menunjukkan bahwa amalan sepuluh hari pertama terhitung sejak awal hari yang memasuki bulan tersebut.

Bahkan Rasulullah saw. berpuasa selama sembilan hari penuh pada hari-hari ini. Delapan hari dengan niat puasa sunnah, dan pada tanggal 9 Dzulhijjah-nya dengan niat puasa arafah.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.” (HR. Abu Daud no. 2437 dan An-Nasa’i no. 2374. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

1. Memperbanyak amal shaleh

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu;

شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ، وَذُو الحَجَّةِ

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadlan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).

2. Memperbanyak takbir

Imam Bukhari mengatakan:

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، وَأَبُو هُرَيْرَةَ: «يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أَيَّامِ العَشْرِ يُكَبِّرَانِ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا» وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

“Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah radhiallaahu’anhuma pernah keluar menuju pasar di 10 hari pertama Dzulhijjah, mereka berdua bertakbir, orang-orang pun ikut bertakbir karena takbir mereka berdua. Demikian juga Muhammad bin ‘Ali (Abu Ja’far al-Baqir), beliau bertakbir setelah melakukan shalat sunnah.” [Shahih Bukhari: 2/20]

3. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” [Hadits Muttafaqun ‘Alaihi].

4. Puasa

Dianjurkan memperbanyak puasa di sembilan hari, ingat sembilan hari. Tidak hanya, pada 9 Dzulhijjah atau dua hari sebelum hari raya Idul Adha. Imam an-Nawawi asy-Syafi’i (wafat: 676-H) mengatakan:

فَلَيْسَ فِيْ صَوْمِ هَذِهِ التِّسْعَةِ كَرَاهَة؛ بَلْ هِيَ مُسْتَحَبَّةٌ اِسْتِحْبَاباً شَدِيْداً؛ لاَ سِيَّمَا التَّاسِعُ مِنْهَا وَهُوَ يَوْمَ عَرَفَة

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

“Puasa 9 hari pertama Dzulhijjah tidaklah makruh, bahkan sangat disunnahkan, terlebih lagi puasa di hari ke-9 yang tidak lain adalah Hari Arafah (bagi yang tidak haji-pent).” [lih. Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah: 3/256, al-Uwaisyah]

Dalam hadist lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah pernah bersabda;

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .

“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”. HR. Muslim, lihat Shahiih Muslim (II/818-819).

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

5. Ibadah Qurban 

Ibadah Qurban menjadi ibadah yang memiliki tempat istimewa, karena ibadah yang sunnah namun digandengkan dengan perintah dalam menegakkan shalat dalam al-Qur’an.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Ikhlaskanlah shalat hanya kepada Tuhanmu, serta sembelihlah kurban hanya untuk-Nya dan atas nama-Nya semata.” [at-Tafsir al-Muyassar: 602]

Terdapat sebuah hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

“Tidak ada amalan manusia yang lebih dicintai oleh Allah untuk dilakukan pada hari Nahr (Idul Adha), melebihi amalan mengalirkan darah (qurban). Karena qurbannya akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kukunya. Dan darahnya akan menetes di tempat yang Allah tentukan, sebelum darah itu menetes di tanah. Untuk itu hendaknya kalian merasa senang karenanya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Turmudzi no 1493, Ibn Majah 3126, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7523.

6. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya

Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

قدم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال « ما هذان اليومان ». قالوا كنا نلعب فيهما فى الجاهلية. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- « إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر ».

Bahwa ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan al-Albani).

7. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة

“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”. [Shahih Bukhari: 1773, Shahih Muslim: 1349]

Banyaknya saudara-saudara kita melakukan ibadah haji ke Baitullah untuk menyempurnakan rukun Islam kelima, tak banyak diantara kita yang bersedih karena belum bisa mendapat undangan dari Allah untuk mengunjungi rumah-Nya. Sebaiknya jangan larut dalam kesedihan, karena Allah selalu memberikan kabar gembira buat hambanya yang senantiasa berusaha untuk meraih ridha-Nya. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ ، وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ

“Siapa yang shalat Shubuh berjamaah, kemudian dia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. at-Tirmidzi: 586, lih. Silsilah ash-Shahihah no. 3403, al-Albani]

Dari banyaknya keutamaan-keutamaan di bulan terakhir pada tahun Masehi, sebagai makhluk yang Allah berikan kelebihan alangkah baiknya jika kita mengaku sebagai hamba dan umat yang taat melaksanakan perintah dan sunnahnya sekuat tenaga.

Sebagai seorang Muslim yang bijak mengetahui keutamaan suatu perkara bukan dimaksudkan untuk merendahkan dari yang lebih utama, namun untuk memotivasi melipatkgandakan amalan dan mengambil keutamaan sekuat dan semampunya. (A/P3/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Kolom