Oleh: Bahron Ansori, Wartawan Kantor Berita Islam MINA
Dulu, banyak orang percaya jika Amerika Serikat (AS) dengan segala kepongahannya adalah negara Super Power. Tapi, apakah gelar itu benar-benar terbukti? Negara yang menjadi penyokong utama berdirinya gerakan Zionis itu bahkan disebut-sebut sebagai Polisi Dunia. Ya, Polisi Dunia bukan karena perannya yang mengamankan dunia tapi sebaliknya Polisi Dunia yang gemar berperang.
Kini, AS bukanlah negara super power atau negara kaya seperti disebut dalam ‘dongeng-dongeng’ terdahulu. AS kini seolah menjadi pesakitan, sekarat dan mungkin sebentar lagi akan mati. Namun demikian, tak banyak orang yang tahu fakta tentang negara adidaya yang kini diambang kehancuran itu. Bukan tidak mungkin tak sampai lima tahun kedepan, AS menjadi negara miskin laiknya negara-negara miskin di Afrika.
Fakta tentang kebangkrutan negara penyokong utama Israel dalam membantai warga Muslim Palestina itu kini bukanlah isapan jempol. Banyak analis negara itu menyebutkan bahwa era kehancuran AS sebenarnya sudah terlihat sejak dipimpin oleh Presiden George Bush. George W Bush, sebagaimana dicatat oleh sejarah dunia adalah presiden yang ‘doyan’ perang. Lihat bagaimana Irak dengan Presidennya Saddam Husein beberapa tahun lalu menjadi bulan-bulanan Bush dengan pasukan militernya.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Kala itu, Bush melambungkan opini kosong yang menyatakan Irak dengan segala kekuatannya termasuk nuklirnya sangat berbahaya bagi dunia lebih khusus AS. Bualan Bush terpaksa harus ia buktikan dengan mengerahkan segala kekuatan militer untuk menyerang Irak ‘sang pembangkang.’ Saat itu, terjadilah pertempuran tak seimbang di mana AS dengan segala peralatan canggihnya membumihanguskan Irak. Saddam Husein mati ditiang gantung. Sementara rakyatnya terus menerus ada dalam ketakutan, kelaparan dan kemiskinan yang memilukan.
Belakangan terkuak, isu Irak menjadi negara yang berbahaya bagi stabilitas AS rupanya tidak benar. Ternyata, ada agenda terselubung (hidden agenda) dari negeri Paman Sam itu; minyak. Ya, minyaklah sebenarnya incaran utama AS. Menurut beberapa analis, saat AS melakukan invasi ke Irak, sebenarnya AS-lah yang justeru akan banyak mengalami kerugian. Hal itu terbukti. Berikut catatan BBC terkait biaya perang yang harus dikeluarkan AS untuk melumat Irak.
Berikut sejumlah angka yang dikumpulkan BBC dari berbagai sumber di seputar perang Irak sejak invasi Maret 2003 hingga mundurnya pasukan AS, Desember 2011. Amerika Serikat memimpin invasi Irak dengan didukung oleh berbagai negara, antara lain Inggris. Jumlah tentara AS di lapangan befluktuasi antara 100.000-150.000 kecuali pada masa ‘penambahan pasukan’ tahun 2007.
Pada masa itu, Presiden George Bush ingin meningkatkan keamanan di Irak, khususnya di ibukota Baghdad, dengan mengerahkan 30.000 pasukan tambahan. Presiden Barack Obama kemudian menjanjikan penarikan mundur tentara AS dari Irak sebagai bagian dari kampanye pada tahun 2008 dan jumlah tentara AS di Irak terus berkurang sejak dia memerintah Januari 2009.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Tanggal 19 Agustus 2010, brigade pasukan tempur AS yang terakhir meninggalkan Irak, namun sekitar 50.000 personil masih tetap di sana untuk mempersiapkan proses peralihan keamanan. AS kehilangan 4.487 personilnya di Irak sejak Operasi Pembebasan dilancarkan pada tanggal 19 Maret 2003. Sebanyak 3.492 tewas dalam operasi militer dan sekitar 32.000 luka-luka. Jika kematian pasukan internasional tercatat dengan baik, jumlah korban jiwa penduduk sipil maupun tentara atau pejuang bersenjata Irak lebih sulit untuk diperoleh. Oleh karena itu semua perkiraan jumlah korban jiwa warga Irak bisa diperdebatkan.
Menurut Badan Riset Kongres, AS menghabiskan hampir US$802 miliar untuk mendanai perang Irak hingga tahun keuangan 2011. Namun menurut Joseph Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi dan akademisi dari Universitas Harvard, Linda Bilmes, mendapatkan perhitungan US$3 triliun dengan memasukkan dampaknya terhadap anggaran negara dan perekonomian AS.
Bisa dibilang, bangkrutnya AS adalah karena biaya perang. Bisa dibayangkan, AS harus menguras biaya puluhan triliun dollar untuk perang di Irak, Afghanistan, Libya, termasuk perang melawan terorisme (mujahidin) diseluruh dunia.
Pada 2013, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel sangat prihatin karena anggaran pertahanan yang mengancam militernya dipotong $ 1 triliun. AS mengalamki krisis anggaran yang sangat dahsyat, akibat petualangan miliernya, selama lebih dari satu dekade perang di Irak dan Afghanistan menyusul serangan 11 September 2011. Saat itu, ia mengatakan, jika pemotongan anggaran itu mengabaikan sistem pertahanan AS, maka risiko kemampuan AS menghadapi ancaman global yang datang tiba-tiba tentu membuat AS tidak siap.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Negara Penuh Hutang
AS benar-benar bangkrut. Negara yang kini bukan adidaya itu tidak mampu lagi membiayai dan mengendalikan dunia. Negara terkaya di dunia itu menjadi negara yang paling banyak hutang di dunia. Kekuatan super yang pernah digunakan untuk memberikan pinjaman kepada bangsa lain hari ini tenggelam dengan utang sekitar $ 14 triliun dan terancam tak terbayar.
Di masa Bill Clinton meninggalkan Gedung Putih dan diteruskan oleh George Bush pada 2000 ada surplus sebesar $ 300 milyar. Ketika Bush mengalokasikan sejumlah besar pengeluaran di bidang militer terutama setelah kejadian 9 / 11, surplus menjadi defisit.
Dalam dua tahun pertama, surplus sebesar $ 300 miliar dibelanjakan. Dalam dua tahun berikutnya meningkat menjadi 600 miliar dolar. Dalam dua tahun berikutnya, hutang itu sudah membengkak menjadi $ 900 miliar. Pada tahun 2009, bahkan mencapai $ 1,2 trilyun. Hari ini hampir $ 1,7 triliun, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah AS.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Mau tidak mau, fakta di atas memaksa AS untuk meminjam uang lebih dan mengubah kebijakan ekonominya. AS secara gelap mata berhutang dalam jumlah yang banyak dari Jepang, Cina, Arab Saudi dan negara-negara teluk lainnya. Dalam periode pertama kepresidenan Bush, hutang negara itu mencapai $ 7,6 trilyun.
Namun dalam pemerintahan keduanya, hutang naik menjadi $ 10,6 triliun. Hari ini mencapai di $ 14,2 trilyun. Lebih dari setengah hutang itu terjadi dalam enam tahun terakhir, saat perang Irak dan Afghanistan mencapai puncaknya. Menurut sebuah analisa, jika hutan negara itu dibagikan kepada warga AS, maka setiap orang AS mempunyai tunggakan sekitar $ 45.300.
Analis-analis lokal mengatakan, Amerika harus menghabiskan $ 1,3 trilyun lebih dari pendapatan dalam tahun yang sedang berjalan. Karena defisit anggaran meningkat sebesar $ 400 juta per hari, bisa dibayangkan bagaimana sirkulasi hutang berjalan kesehariannya.
Lima Kota Bangkrut
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Setidaknya, ada lima (5) kota di AS yang terancam jatuh miskin. Selain itu, banyak juga pengangguran di kota-kota besar di AS sebab pemerintahnya tidak lagi mampu membuka lapangan kerja dan membayar para pekerja tersebut, seperti dimuat dalam moneymorning.com. Kelima kota terancam bangkrut itu antara lain.
Pertama, Washington D.C. Ibu Kota AS Washington D.C terancam mengalami kebangkrutan. Ini terlihat dari data terakhir 2012 mengatakan defisit mereka mencapai Rp 3,37 triliun. Sementara populasi kota itu hanya 599.657 orang. Tingkat pengangguran 11,1 persen. Kota itu tidak berkembang secara bisnis sehingga banyak warganya yang pergi ke negara bagian seperti Virginia dan Maryland.
Kedua, Camden. Terletak di Negara Bagian New Jersey mengalami penurunan angka keuangan sebesar 20,2 persen di tahun lalu. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan bagian pelayanan publik juga dipangkas. Kota itu bahkan dinilai lebih buruk dari kondisi Detroit. Jika tidak diatasi maka Camden bisa menjadi kota mati. Populasi Camden hanya 517.234 orang.
Ketiga, Cincinnati. Negara Bagian Ohio ini punya populasi lebih kecil dibanding dua kota sebelumnya. Hanya ada 331.285 orang warga hidup di sana namun defisit keuangannya besar. Mencapai Rp 616,3 miliar. Wali Kota Mark Mallory mengatakan dia sudah bersiap jika kotanya dinyatakan bangkrut sebab tidak ada yang bisa dilakukan untuk membayar hutang-hutang kota ini pada negara.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Keempat, San Diego. Populasi Kota San Diego Negara Bagian California sekitar tiga juta orang. Namun tingkat penganggurannya cukup tinggi. Sekitar 10 persen atau setara dengan 300 ribu orang tidak mempunyai pekerjaan. Tingginya defisit membuat beberapa fasilitas umum dipangkas dan banyak orang jadi kehilangan pekerjaan tetap.
Kelima, Los Angeles. Kota Los Angeles di Negara Bagian California. Defisit anggaran kota berpopulasi 9,8 juta mencapai Rp 4,6 triliun. Kota ini tingkat pengangguran juga sangat tinggi, sekitar 1,5 juta orang tidak punya pekerjaan. Kota ini juga memotong anggaran untuk biaya orang tidak mampu. Makin banyak warga miskin berkeliaran di jalan-jalan.
Kini, tak ada yang bisa dibanggakan oleh negara AS itu selain menengadahkan tangan dan uluran bantuan dari negara-negera lain seperti China, Jepang dan Arab Saudi. Akankah kebangkrutan AS berakhir? Jika melihat besarnya hutang yang ada, maka besar kemungkinan AS akan mengalami kebangkrutan yang dahsyat sehingga menyebabkan perang saudara antara warga AS sendiri karena saling berebut untuk mengatasi kekurangan. (dari berbagai sumber). (R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel