Oberhausen, MINA – Pengungsi Suriah pertama yang mencalonkan diri di parlemen Jerman telah menarik pencalonannya karena rasisme dan ancaman, kata partai lingkungan Green, Selasa (30/3).
Tareq Alaows, 31 tahun, mengakhiri upayanya untuk masuk majelis rendah parlemen, atau Bundestag, untuk Partai Green di Oberhausen, di negara bagian Rhine-Westphalia Utara, karena “alasan pribadi”, kata partai itu dalam sebuah pernyataan.
“Tingkat ancaman yang tinggi bagi saya dan terutama bagi orang-orang yang dekat dengan saya adalah alasan paling penting untuk menarik pencalonan saya,” kata Alaows, Nahar Net melaporkan, Selasa (30/3).
“Pencalonan saya telah menunjukkan bahwa kami membutuhkan struktur yang kuat di semua partai, politik dan masyarakat untuk menghadapi rasisme struktural dan membantu mereka yang terkena dampak,” tambahnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Menteri Luar Negeri Heiko Maas bereaksi terhadap berita di Twitter, menggambarkannya sebagai “aib bagi demokrasi kita” bahwa ambisi politik Alaows telah digagalkan oleh “ancaman dan rasisme”.
Alaows akan menghabiskan beberapa waktu di luar mata publik karena “situasi keamanan yang tegang”, kata partai itu, tanpa memberikan rincian.
“Kami ingin dapat terus memperjuangkan suaka yang manusiawi dan kebijakan migrasi dengan Alaows sebagai calon kami untuk Bundestag. Sayangnya, ini tidak mungkin lagi,” katanya.
Sebelumnya pada Februari, partai Green telah mengatakan bahwa Alaows akan mencalonkan diri.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pria berusia 31 tahun itu menyelamtkan diri dari perang saudara Suriah untuk tiba di kota barat Bochum pada 2015, setelah belajar hukum di Aleppo dan Damaskus, tulis surat kabar Tagesspiegel.
Dia belajar bahasa Jerman dalam enam bulan dan dengan cepat mendapatkan pekerjaan sebagai pekerja sosial, juga mengambil bagian dalam berbagai inisiatif untuk membantu pengungsi, kata surat kabar itu.
Jerman menerima lebih dari satu juta migran, termasuk puluhan ribu warga Suriah pada puncak masuknya pengungsi Eropa pada 2015-16.
Kontroversi seputar keputusan tersebut menyebabkan munculnya sayap kanan, yang sering menuduh Kanselir Angela Merkel berkontribusi pada ancaman Islam dengan membiarkan para migran masuk. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza