Jakarta, MINA – Penasihat Presiden Palestina Nabil Shaath mengatakan, rencana Israel melakukan pencaplokan (aneksasi) tanah Palestina di Tepi Barat akan mengguncangkan Intifada ketiga jika benar-benar dilaksanakan.
Shaath menjelaskan, pemberontakan habis-habisan dari warga Palestina, yang dikenal dengan istilah intifada jika bergerak maju dengan aneksasi Tepi Barat. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, intifada merupakan gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina dari Israel.
Dikutip dari Jerusalem Post, Kamis, 10 Juli 2020. Shaath mengatakan bahwa dunia sedang berubah dan Amerika akan kehilangan dominasinya atas urusan internasional dalam lima tahun ke depan.
Dalam sebuah wawancara berbahasa Arab dengan France 24 TV, Penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Shaath mengatakan, negara-negara Arab akan mendukung Palestina seperti yang telah mereka lakukan di masa lalu, demikian keterangan yang diterima MINA.
“Tentu saja. Kami memiliki hak untuk menghadapi mereka (Israel) di mana pun,” kata Shaath ketika ditanya apakah ada prospek intifada (perlawanan) ketiga.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
“Saya tidak akan pernah lupa bahwa satu hari setelah (Ariel) Sharon memasuki Masjid Al Aqsa di Yerusalem dan pecahnya Intifada (Kedua), (Saudi) Raja Abdullah bin Abdulaziz mengirim pesawatnya kepada saya, ke Amman, dan saya terbang ke Riyadh, di mana dia menjanjikan US$ 1 miliar (Rp 14,4 triliun) untuk mendukung Intifada,” cerita Shaath.
Jika ini terus berlanjut, kata Shaath, saudara-saudara Palestina akan berdiri di sisi Palestina dan dunia akan berdiri di sisi kita menjatuhkan sanksi pada Israel.
“Israel membunuh proses perdamaian dan hukum internasional,” katanya.
Tidak hanya negara-negara Arab, tetapi juga negara-negara Eropa menentang aneksasi, katanya, berpendapat bahwa Eropa tidak dapat mendukung aneksasi karena jika mereka melakukannya, mereka harus mengembalikan Kekaisaran Romawi. (R/R8/P2)
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Mi’raj News Agency (MINA)