Jakarta, MINA – Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini berharap dunia internasional melalui PBB bisa mengambil langkah multilateral untuk menghentikan tragedi kemanusiaan dan melakukan intervensi untuk menyelamatkan warga sipil korban perang di Ghouta Timur, Suriah.
“Kami juga berharap pemerintah Indonesia memberikan tekanan kuat baik secara bilateral maupun multilateral agar khususnya pemerintah Suriah menghentikan pertikaian dan penyerangan yang menyasar rakyat sipil,” katanya dalam siaran tertulis, Senin (26/2).
Melalui media massa dan media sosial marak pemberitaan tentang rakyat sipil termasuk sebagian besar anak-anak menjadi korban kebiadaban perang di bawah pemerintahan Suriah. Menurutnya, perlu ada dialog bersama dalam menghentikan tindak kekerasan tersebut.
“Hentikan kekerasan sekarang juga yang membunuh rakyat sipil dan anak-anak. Rasa kemanusiaan kita mendidih menyaksikan anak-anak, wanita, dan orangtua hancur tubuhnya menjadi korban kebiadaban perang,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Los Angeles Khawatirkan Dampak Debu Kebakaran bagi Kesehatan
Ia menegaskan perlu ada tindakan nyata dalam mengantisipasi konflik tersebut, jangan hanya bisa meratapi dengan kepedihan sementara pembantaian rakyat sipil tak berdosa terus berlangsung.
“Tak peduli siapapun yang bertikai, perang dan pembantaian ini harus dihentikan. Ini tanggung jawab kemanusiaan kita terhadap warga dunia,” ungkap Jazuli.
Lebih dari 500 warga sipil terbunuh dalam pengeboman oleh rezim Suriah terhadap kubu oposisi di wilayah Ghouta Timur sejak akhir pekan lalu. Ratusan orang terluka parah dan membutuhkan bantuan medis mendesak.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), jumlah korban tewas dalam serangan yang disebut pembunuhan oleh rezim selama tujuh hari itu meningkat menjadi 520 jiwa, sedangkan warga sipil yang terluka mencapai lebih dari 2.500 orang di daerah kantong oposisi yang terkepung tersebut.
Baca Juga: Khianati Kesepakatan Gencatan Senjata, Israel Tunda Penarikan Pasukan dari Lebanon Selatan
Data tersebut juga mengungkapkan, diantara korban tewas terdapat 127 anak-anak dan 75 perempuan, sementara pasokan makanan, air, dan obat-obatan kian menipis akibat pengepungan rezim terhadap Ghouta Timur. (R/R10/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)