Riyadh, MINA – Negara-negara anggota OPEC+ mendukung pemotongan tajam pada target produksi yang disepakati bulan ini, MEMO melaporkan, Selasa (18/10).
Keputusan itu, setelah Gedung Putih meningkatkan perang kata-kata dengan Arab Saudi, dan menuduh Riyadh memaksa beberapa negara lain mendukung langkah tersebut.
Amerika Serikat, pekan lalu mengatakan pemotongan itu akan meningkatkan pendapatan asing Rusia, dan itu telah direkayasa untuk alasan politik oleh Arab Saud, yang pada Ahad (16/10) membantah mendukung Moskow dalam invasi ke Ukraina.
Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz mengatakan, Kerajaan bekerja keras untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan di pasar minyak, termasuk membangun dan mempertahankan kesepakatan aliansi OPEC+.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
OPEC+ terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya, termasuk Rusia.
Menteri Pertahanan Saudi, putra Raja Salman, Pangeran Khalid bin Salman, juga mengatakan keputusan 5 Oktober untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) – meskipun pasokan di pasar minyak terbatas – adalah bulat dan didasarkan pada faktor ekonomi.
Komentarnya didukung oleh menteri dari beberapa negara anggota OPEC+, termasuk Uni Emirat Arab.
Menteri Energi UEA, Suhail Al-Mazrouei, menulis di Twitter: “Saya ingin mengklarifikasi bahwa keputusan OPEC+ terbaru, yang disetujui dengan suara bulat, adalah keputusan teknis murni, tanpa niat politik apa pun.”
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Komentarnya mengikuti pernyataan dari pemasar minyak negara Irak, SOMO.
“Ada konsensus lengkap di antara negara-negara OPEC+ bahwa pendekatan terbaik … adalah pendekatan pre-emptive yang mendukung stabilitas pasar dan memberikan panduan yang diperlukan untuk masa depan,” kata pernyataan SOMO.
Kepala Eksekutif Kuwait Petroleum Corporation, Nawaf Saud Al-Sabah juga menyambut baik keputusan OPEC+ dan mengatakan negara itu ingin mempertahankan pasar minyak yang seimbang.
Menteri Energi Aljazair, Mohamed Arkab menyebut keputusan itu “bersejarah” dan mengatakan bahwa dia dan Sekretaris Jenderal OPEC, Haitham Al Ghais menyatakan keyakinan penuhnya, Ennahar TV Aljazair melaporkan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (17/10), Arkab mengatakan, keputusan OPEC+, adalah “respons murni teknis berdasarkan pertimbangan ekonomi murni”.
Persediaan minyak di negara-negara ekonomi utama lebih rendah daripada ketika OPEC telah memangkas produksi di masa lalu. Beberapa analis mengatakan bahwa volatilitas baru-baru ini di pasar minyak mentah dapat diatasi dengan pemotongan yang akan membantu menarik investor.(T/R6/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu