San Paulo, MINA – Soraya Musleh, seorang peneliti berkewarganegaraan Brasil asal Palestina, memperoleh gelar Doktor PhD dalam Studi Arab dari Universitas Sao Paulo (USP) Brazil, dengan rekomendasi untuk diterbitkan.
Tesis penelitiannya berjudul “Sejarah Perempuan Palestina: Dari Salon Hingga Awal Perlawanan Sastra,” sebagaimana dikutip dari MEMO, Ahad (15/5).
Tesis, yang disajikan dalam bahasa Portugis, membahas kisah perempuan Palestina dari pertengahan abad kesembilan belas hingga 1960-an, periode yang mencakup peristiwa-peristiwa utama yang mengubah realitas di Palestina, di mana perlawanan heroik dan historis Palestina terwujud.
Tesis doktor, yang dibahas Rabu lalu (11/5) itu juga berfokus pada kehidupan dan karya perintis perempuan Palestina dalam sastra, seni dan politik, seperti May Ziada, Karima Abboud, Kulthum Odeh, Asma Toubi, Sathej Nassar, Hind Al-Husseini, Samira Azzam, Najwa Kawar dan Fadwa Toukan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Perempuan Palestina tidak pernah diam dan akan melanjutkan perlawanan historis dan heroik, seperti Shireen Abu Akleh, yang dibunuh dengan pengecut oleh Zionis. Dia bergabung dengan kelompok jurnalis yang menjadi sasaran pasukan pendudukan dengan darah dingin, dan kami tidak akan berhenti menuntut keadilan untuknya, karena ini adalah keadilan bagi kita semua,” ujar Musleh.
Dalam sebuah wawancara dengan Quds Press, Musleh mengatakan bahwa melalui makalahnya dia ingin menceritakan aspek penting dari sejarah perempuan Palestina untuk membongkar stereotip yang berlaku di dunia bahwa perempuan Arab pada umumnya, dan perempuan Palestina pada khususnya, adalah penurut dan bukan bagian dari ruang publik.
“Oleh karena itu, saya ingin makalah saya menceritakan kisah yang lebih lengkap dan realistis tentang perempuan Palestina,” pungkasnya.
Musleh berbicara tentang tantangan yang dia hadapi saat mempersiapkan tesisnya. “Tidak mudah menemukan materi terjemahan ke dalam bahasa Inggris dan Spanyol tentang perempuan Palestina, dan bahkan dalam bahasa Arab. Tidak cukup tentang masalah yang tersedia karena referensi dan dokumen yang hilang karena tragedi Nakbah,” tambahnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Musleh menjelaskan, dalam gelar masternya, dia menyiapkan studi di desa ayahnya, dari mana dia dipindahkan, yaitu Qaqun barat laut Tulkarem, dan kemudian mengembangkannya menjadi sebuah buku dalam bahasa Portugis tentang Nakbah Palestina dalam dua bagian.
“Ini termasuk kesaksian dari beberapa orang yang selamat dari kota, termasuk ayahku,” imbuhnnya.
Dia menekankan, wanita Palestina dalam literatur perlawanan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan mereka melawan Nakbah. Bahkan penulis wanita bekerja secara langsung dalam gerakan perlawanan.
Musleh lahir di Sao Paulo dan lulus dari Fakultas Jurnalisme. Dia kemudian memperoleh gelar master dalam studi bahasa Arab dari Universitas Sao Paulo. Dia adalah anggota Sindikat Pers Brasil, anggota Komite Koordinasi Front Pertahanan Rakyat Palestina dan aktivis gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang berbasis di Brasil.(T/R1/P2)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Mi’raj News Agency (MINA)