Menurut berbagai surat kabar di Angola, negara itu telah melarang agama Islam. Angola telah menjadi negara pertama di dunia untuk mengambil sikap yang keras terhadap Muslim.
Presiden Angola Jose Eduardo dos Santos mengatakan, Ahad (24/11), pemerintah Angola bekerja demi mengakhiri pengaruh Islam di Angola untuk selamanya.
“Ini adalah akhir dari pengaruh Islam di negara kita. Sekali lagi, tidak ada kata-kata apa atau siapa yang telah dipengaruhi dan mengapa hal itu harus dihentikan,” kata Jose Eduardo dos Santos sebagaimana dikutip Lunar Network yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Angola, Rosa Cruz e Silva mengatakan, Jumat (22/11), proses legalisasi Islam belum disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Angola.
Alasan agama perlu disahkan di Angola belum secara pasti dinyatakan oleh Cruz e Silva.
Cruz e Silva juga mengatakan, penutupan masjid adalah langkah terbaru dalam upaya Angola untuk menghentikan apa yang disebutnya aliran agama ilegal. Di bawah undang-undang baru di Angola, banyak aliran agama tiba-tiba menjadi tindakan kriminal.
“Proses legalisasi Islam belum disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Masjid mereka akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Cruz e Silva seperti dikutip Agence Ecofin.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Gubernur ibukota Angola, Luanda, Bento Bento dilaporkan mengatakan pada sebuah stasiun radio lokal, umat Islam tidak diterima di Angola dan pemerintah tidak akan melegalkan keberadaan masjid di negara itu.
Menurut Menteri Cruz e Silva, tindakan itu diperlukan untuk melawan tanpa henti terhadap munculnya jamaah muslim yang beribadah bertentangan dengan kebiasaan budaya Angola.
Sementara, sebuah laporan menyatakan, agama-agama lain yang tidak disahkan akan menghadapi penutupan rumah ibadah mereka, sejauh ini tempat ibadah Islam sudah menjadi utama dan satu-satunya target yang dilaporkan.
Bulan lalu, pemerintah Angola menghancurkan menara masjid dan menghancurkan satu-satunya masjid di Zango, Luanda. Penghancuran semua masjid di negara itu telah direncanakan pada masa yang akan datang.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Laporan itu menambahkan, saat ini, cara menjadi “agama yang sah” di Angola tidak jelas, pemerintah sangat kasar menindak sekte ilegal.
Kelompok agama harus melakukan permohonan status hukum di Departemen Kehakiman dan Kebudayaan Angola. Jika tidak disahkan, kelompok agama tidak diperbolehkan untuk membangun sekolah-sekolah atau tempat ibadah.
Cruz e Silva telah berhasil mengetahui terdapat hampir 200 sekte keagamaan ilegal yang berbeda di Angola sehingga tidak hanya Islam yang telah dilarang di Angola.
Cruz e Silva juga mengatakan bahwa ada lebih dari 1000 permohonan yang telah disampaikan oleh kelompok-kelompok agama dalam upaya untuk melegalkan sekte mereka.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Kelompok Islam telah membuat banyak permohonan, tapi tidak jelas kapan atau apakah mereka akan pernah disetujui.
Cruz e Silva mengatakan, proses legalisasi Islam hanya tidak disetujui dan, oleh karena itu, masjid harus tetap tertutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut.”
Khawatir Islam berkembang
Pemerintah Angola sangat khawatir atas perkembangan Islam serta dampaknya terhadap organisasi dan struktur masyarakat di negara itu.
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Islam di Angola adalah agama minoritas, diperkirakan berjumlah antara 80 ribu-90 ribu Muslim, merupakan dua setengah persen dari 18,5 juta penduduk Angola, yang sebagian besar memeluk kepercayaan adat tradisional (47 persen), sementara 38 persen penduduk Angola memeluk Katolik Roma dan 15 persen lainnya memeluk Kristen Protestan.
Kebanyakan Muslim di sana adalah migran berasal dari Afrika Barat dan Lebanon.
Pada 31 Maret 2009, Cruz e Silva menyatakan keprihatinan tentang pertumbuhan dan peningkatan jumlah pemeluk Islam di Angola untuk wakil dari komisi keenam dari Majelis Nasional.
“Kami khawatir dengan perluasan Islam dan dampaknya pada organisasi dan struktur masyarakat Angola,” ungkap Cruz e Silva.
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza
Pada saat berita ini dipublikasikan, media Islam berpusat di Afrika Selatan, Cii Radio mencoba mengklarifikasi mengenai kebenaran laporan berita pelarangan Islam di Angola, namun belum menerima tanggapan dari Kedutaan Angola di Afrika Selatan.
Cii Radio juga melaporkan, dua pejabat Angola di kedutaan Afrika Selatan yang tidak menyadari seperti apa Islam itu kemudian membutuhkan penjelasan saat pihak Cii Radio klarifikasi melalui telepon, Senin (25/11). (T/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Uni Eropa untuk Pertama Kali Kirim Vaksin Mpox ke Kongo