Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Artinya: “Tidaklah menekankan perjalanan, kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku, dan Masjidil Aqsha”. (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat menganjurkan umatnya untuk berziarah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina, setelah Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Nabawi (di Madinah).
Makna yang terkandung di dalamnya, jika Masjid Al-Aqsa seperti saat ini sedang terjajah, wajib dibebaskan oleh kaum Muslimin, agar kaum Muslimin dapat berkunjung dan melaksanakan shalat di dalamnya dengan aman dan tanpa gangguan.
Sama seperti pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, wilayah Syam dan sekitarnya, termasuk Palestina di dalamnya, dalam kekuasaan Imperium Romawi dan Imperium Parsi secara bergiliran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap memberikan perhatian lebih terhadap Masjidil Aqsa.
Makna lainnya ialah, kalau urusan Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa, maka kita kaum Muslimin harus bersegera memperhatikannya dan mengusahakannya bagaimana caranya untuk membebaskannya, agar kaum Muslimin dapat berkunjung ke Al-Aqsa dan shalat berjamaah di dalamnya.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Kalau berkunjung ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawai, sudah banyak dikerjakan oleh kaum Muslimin. Kedua masjid ini pun semakin semarak, mewah, dan makmur oleh jutaan jamaah haji tiap tahun, ratusan ribu jamaah umrah tiap bulannya. Sementara Masjidil Aqsa sepi dengan bangunan yang sangat sederhana.
Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), H. Muhyiddin Hamidy (alm) sejak tahun 2006, dalam upaya menggerakkan kaum Muslimin untuk mencintai Masjid Al-Aqsa, menganjurkan umat untuk berziarah ke bumi penuh berkah itu. Maka, beliau pun menganjurkan Umrah Plus Ziarah ke Al-Aqsa.
Di samping beliau sendiri yang langsung memimpin, beliau juga menunjuk asatidz untuk memimpin delegasi. Imaam Muhyiddin Hamidy menyebutnya dengan “Sariyah Al-Aqsa”.
Sariyyah merujuk pada misi perang di jalan Allah pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, saat Rasulullah menunjuk sahabatnya memimpin misi tersebut. Sedangkan perang yang langsung dipimpin Nabi disebut dengan Ghazwah.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Anjuran Imaam Muhyiddin Hamidy menggerakkan berziarah ke Al-Aqsa semata-mata didorong oleh firman-firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hadist-hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Alasan lainnya adalah kondisi Masjid Al-Aqsa yang tentu sangat menanti dan merindukan kunjungan umat Islam dari berbagai penjuru dunia untuk berziarah dan melaksanakan shalat di dalamnya. Agar mereka warga di sana merasakan bahwa mereka tidak sendirian.
Namun, banyak saudara-saudaranya dari berbagai negeri yang masih tergerak untuk mengunjungi mereka. Saling menyapa seolah seperti saudara sendiri yang sudah sangat dekat dan lama tak bertemu. Kemudian, pengunjung pun singgah di rumah-rumah warga, saling bertegur sapa. Juga ikut serta membeli barang-barang dagangan mereka, dan memberikan bantuan yang memungkinkan.
Di antara misi Sariyah Al-Aqsa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu dilaksanakan bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga para peserta dapat menikmati bagaimana nikmatnya berpuasa dan shalat Tarawih di Masjidil Aqsa. Tepatnya pada bulan Ramadhan 1430 H./Agustus 2009 M. yang dipimpin oleh KH Yakhsyallah Mansur, MA., dengan peserta keseluruhan sejumlah 20 orang, yang terdiri dari 14 muslimin dan 6 muslimat.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Sebelum berziarah, rombongan terlebih dahulu berziarah ke Masjid Nabawi dan umrah ke Makkah.
Hingga akhirnya delegasi Sariyah Al-Aqsa melanjutkan perjalanan ke Al-Aqsa melalui Yordania jalur Gerbang Allenby. Melalui rangkaian beberapa ceck point yang ketat, rombongan pun dapat masuk ke Palestina, Negeri Para Nabi.
Sebelum masuk ke Al-Aqsa, rombongan singgah di Ramallah untuk menunaikan shalat Shubuh berjamaah di Masjid Khulafaurrasyidin. Seusai shalat, delegasi bersilaturahim dengan Takmir Masjid dan menyerahkan liwa (bendera) hitam bertuliskan “Allahu Akbar”.
Takmirnya rupanya masih keturunan shahabat Nabi Tamim Ad-Darimy. Menurutnya Masjid ini diawasi ketat oleh Zionis Israel. Imamnya baru saja keluar dari penjara.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Akhirnya rombongan menunaikan shalat berjama’ah di Masjid Al-Aqsa bersama ratusan ribu jamaah lainnya, setelah melalui berbagai tekanan fisik dan mental, berhadapan langsung dengan pasukan Zionis.
Atas amanah Imaam Muhyiddin Hamidy rombongan bertemu dengan Imaam Besar Masjid Al-Aqsa, Syaikh ‘Aly Al-Abbasi.
Ketua rombongan Ustadz Yakhsyallah bersama beberapa ikhwan saat itu dijemput oleh Muhammad Al-Abbasi (20 tahun, hafidz Al Quran), putera Syaikh Al-Abbasi.
Di samping itu, agenda lainnya adalah juga berkomunkasi dengan pemuda-pemuda Palestina yang ada di sekitar Al-Aqsa. Ketika rombongan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menyampaikan program-program kegiatan pembebasan Al-Aqsa melalui Lembaga Aqsa Working Group (AWG), berdiri 21 Agustus 2008, para pemuda Masjidil Aqsa mengusulkan nama Aqsa Working Group dalam bahasa Arab : مجموعة العمال الأقصى.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Setelah tiga hari di Al-Aqsa, rombongan kembali ke Indonesia melalui Amman, Yordania.
Kita pun mengajak umat Islam di Malaysia, Turkiye, dan negara lainnya untuk bersama-sama berziarah ke Al-Aqsa.
Semoga ke depan ziarah ke Masjidil Aqsa akan terus dapat dilaksanakan walau dengan berbagai tantangannya. Aamiin.[]
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)