Jakarta, MINA – Pemprov DKI Jakarta terus bersiap untuk menghadapi musim penghujan yang menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung mulai Akhir Oktober.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Juaini Yusuf mengatakan, saat ini pihaknya memiliki 3 jenis pompa untuk pengendalian banjir, yaitu Pompa Stasioner, Pompa Mobile, dan Pompa Apung.
Untuk Pompa Stasioner, saat ini Dinas SDA memiliki 487 unit pompa stasioner yang tersebar di 178 lokasi. Lokasi Pompa Stasioner tersebut umumnya berada di dekat sungai, waduk, maupun pintu air.
Ketika tinggi muka air meningkat, Pompa ini akan bekerja langsung untuk memompa air menuju sistem drainase yang lebih besar. Menurut Juaini, kondisi Pompa Stasioner 90 persen dalam keadaan baik.
Baca Juga: Hikmah Kisah Maryam, Usaha Maksimal untuk Al-Aqsa
“Sisanya masih dalam perbaikan. Untuk pompa yang kondisinya baik pun secara rutin kami lakukan pengecekan agar pompa dapat bekerja secara optimal pada saat musim hujan,” kata Juaini dalam keterangannya di Jakarta, Senin (12/10).
Selain pompa statisioner, Juaini mengungkapkan tahun ini pihaknya juga telah menyiapkan penambahan sekitar 10 unit pompa mobile.
“Saat ini kami telah mempunyai 160 unit pompa mobile dengan kapasitas hingga 400 liter per detik. Jumlah tersebut akan bertambah sekitar 10 unit. Pompa mobile tersebut diprioritaskan untuk lokasi seperti Kali Betik, Muara Angke dan Teluk Gong, serta lokasi rawan genangan lainnya,” lanjut Juaini.
Kemudian yang terbaru, Dinas SDA saat ini memiliki 65 unit Pompa Apung yang telah disebar ke 5 (lima) wilayah DKI Jakarta. Di mana masing-masing wilayah mendapatkan 13 Pompa Apung. Pompa Apung memiliki bentuk yang simpel sehingga praktis digunakan untuk menyedot air di permukaan yang tidak dapat dilalui Pompa Mobile.
Baca Juga: Perintah Membaca Sebelum BebasKan Al-Aqsa
“Meski ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih sederhana, daya sedot Pompa Apung cukup besar, yakni mencapai 50 liter per detik. Kami berharap Pompa Apung ini dapat semakin memaksimalkan penanganan banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta,” terang Juaini.
Sementara itu, pengerukan juga masih terus dilakukan di sungai/waduk/embung/situ yang ada di DKI Jakarta melalui program Gerebek Lumpur. Tak hanya mengerahkan alat berat, pembersihan lumpur dan sampah juga dilakukan di saluran-saluran mikro secara manual oleh Satgas Dinas SDA.
“Kolaborasi dengan kelurahan untuk menggerakkan warga juga dilakukan untuk meningkatkan kepedulian warga terkait kebersihan saluran di sekitar tempat tinggalnya,” tutur Juaini.
Gerebek Lumpur sendiri secara masif telah dilakukan di 2 (dua) lokasi dengan mengerahkan hingga 3 kali lipat alat berat. Pada tahap pertama telah dilaksanakan di Waduk Ria Rio, Jakarta Timur pada 21 September 2020 lalu, dengan menggunakan 15 unit ekskavator.
Baca Juga: Menag Bertolak ke Saudi Bahas Operasional Haji 1446 H
Selanjutnya tahap kedua telah dilakukan di Kali Baru Barat segmen Jl. Dr Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan pada 30 September 2020. Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria meninjau langsung kegiatan Gerebek Lumpur.
“Ini merupakan program berkelanjutan yang telah dilakukan sejak Maret 2020 dan akan berakhir pada Desember 2020. Program Gerebek Lumpur ini untuk memaksimalkan daya tampung saluran dan kali, sehingga diharapkan mencegah luapan air dari kali,” demikian Juaini Yusuf.(L/R2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Amankan Uang Rp150 M dari Kasus Judol