Jakarta, MINA – ARUNA, sebuah aplikasi untuk pengelolaan bisnis dan perdagangan perikanan secara online telah memberikan manfaat yang besar bagi para nelayan hingga berpenghasilan Rp 7-15 juta per bulan.
Farid Naufal Aslam, CEO ARUNA mengatakan, penghasilan rata-rata nelayan per bulan hanya sebesar Rp 1-2 juta. “Namun, ketika kita datang, sekarang minimal penghasilan nelayan per bulan rata-rata Rp 7 juta, bahkan ada nelayan di Papua yang berpenghasilan hingga Rp 15 juta,” katanya dalam acara Forum Merdeka Barat 9, di Jakarta, Kamis (31/10).
Kecilnya pendapatan itu juga membuat dalam 10 tahun terakhir jumlah nelayan berkurang hingga 50 persen menjadi hanya sekitar 800 ribuan di seluruh Indonesia.
Hal tersebut disebabkan karena keadaan di lapangan, nelayan kesulitan mencari pembeli selain dari para pengepul yang ada di daerahnya saja. Dampaknya bargaining power mereka sangat lemah, dan harga sering kali dikendalikan oleh pengepul dan tengkulak.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Oleh sebab itu, ARUNA memberikan keleluasaan kepada nelayan dalam menjual komoditas hasil tangkapannya, sehingga tidak terpaku kepada para tengkulak dan pengepul yang cenderung merugikan mereka.
Bahkan, hingga saat ini para nelayan dapat menjual secara online berbagi negara seperti China, Amerika Serikat, dan Singapura.
Aruna juga berkomitmen memberikan ruang bagi para inovator dan unsur penggerak dalam industri kelautan dan perikanan untuk berkreasi bersama memajukan ekonomi di sub-sektor kelautan.
Menurut Farid, mira-mitra ARUNA hingga saat ini berjumlah lima ribu nelayan yang tersebar diberbagai provinsi di Indonesia, seperti Kalimantan Timur, Papua Barat, Aceh, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, dan masih banyak lagi. (L/Sj/B05)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Mi’raj News Agency (MINA)