Washington, MINA – AS mengumumkan penarikan diri dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) atas dugaan bias anti-Israel.
Dilansir dari rt.com, pada bulan Februari, Presiden Donald Trump memerintahkan peninjauan selama 90 hari oleh Departemen Luar Negeri terkait keterlibatan AS dalam program-program UNESCO.
Langkah itu merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk melepaskan diri dari lembaga-lembaga PBB, yang menurut para pejabat bertindak bertentangan dengan kepentingan Amerika dan melemahkan sekutu AS, sekaligus “menyebarkan anti-Semitisme.”
Keputusan Trump untuk keluar dari badan tersebut menyusul temuan bahwa UNESCO “berusaha memajukan tujuan-tujuan sosial dan budaya yang memecah belah,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri pada Selasa (22/7).
Baca Juga: Universitas Pisa Putus Hubungan dengan Dua Universitas Israel
Departemen Luar Negeri juga mengutip pengakuan UNESCO terhadap negara Palestina dan “menyebarkan retorika anti-Israel di dalam organisasi.”
unesco/">Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menyebut perkembangan itu disesalkan, meskipun sudah diantisipasi. Dia menekankan peran organisasi tersebut dalam pendidikan Holocaust dan perjuangan melawan anti-Semitisme.
AS sebelumnya pernah menarik diri dari UNESCO. Presiden Ronald Reagan melakukannya pada tahun 1984, dengan alasan salah urus keuangan dan tuduhan bahwa kebijakan badan tersebut merusak pasar bebas demi apa yang disebut agenda Dunia Ketiga. Keputusan itu dibatalkan oleh Presiden George W. Bush pada tahun 2002 ketika AS mencari dukungan global untuk invasi Irak.
Trump kembali menarik diri dari badan tersebut selama masa jabatan pertamanya. Namun, Presiden Joe Biden bergabung kembali dengan UNESCO pada tahun 2023. []
Baca Juga: Houthi Luncurkan Rudal ke Israel, Balas Serangan ke Pelabuhan Hodeidah
Mi’raj News Agency (MINA)