New York, MINA – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menggambarkan tindakan penodaan teks-teks agama sebagai tindakan yang “menjijikkan”, ketika ditanya tentang penodaan Al-Qur’an di luar Turkish Center di New York, Anadolu melaporkan.
“Kami tidak melacak rincian insiden spesifik ini dan tidak dapat memberikan komentar mengenai rinciannya,” kata juru bicara Deplu AS. MEMO melaporkan, Sabtu (9/9).
“Meskipun kami menganggap tindakan penodaan teks agama apa pun adalah hal yang menjijikkan, Amerika Serikat mendukung kebebasan berekspresi sebagai elemen penting dari demokrasi mana pun dan sebagaimana tercantum dalam Amandemen Pertama Konstitusi AS,” kata juru bicara tersebut.
“Amerika Serikat juga mengutuk keras tindakan kebencian dan terus menggarisbawahi dampak buruk yang dapat ditimbulkannya terhadap individu,” lanjutnya.
Baca Juga: Hezbollah Berharap Pemimpin Baru Suriah Anti-Zionis Israel
Pernyataan Deplu AS sebelumnya mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas tindakan penodaan terhadap Al-Quran.
Dalam pernyataan tersebut, kekhawatiran yang sebelumnya diungkapkan AS terkait serangan terhadap Al-Qur’an ditegaskan kembali, mengacu pada perkataan Presiden Joe Biden pada bulan Mei.
“Menghadapi Islamofobia adalah prioritas pemerintahan saya. Melawan kebencian anti-Muslim sangat penting bagi kita sebagai negara yang didirikan atas dasar kebebasan dan keadilan bagi semua orang,” kata Biden.
Pernyataan tersebut juga menyoroti perlunya upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih “inklusif” bagi kelompok agama minoritas dan menyerukan “dialog yang damai dan terbuka” mengenai serangan terhadap Al-Quran. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Sekolah-sekolah di Suriah Kembali Buka Pasca Jatuhnya Rezim Asaad
Mi’raj News Agency (MINA)