Washington, MINA – Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah meminta China untuk membujuk Iran agar membatalkan rencananya menutup Selat Hormuz, salah satu rute pelayaran terpenting di dunia.
Dilansir dari BBC, komentar Rubio muncul setelah Press TV milik pemerintah Iran melaporkan bahwa parlemen telah menyetujui rencana menutup selat tersebut, tetapi menambahkan bahwa keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Setiap gangguan terhadap pasokan minyak akan berdampak besar bagi perekonomian. China khususnya adalah pembeli minyak Iran terbesar di dunia dan memiliki hubungan dekat dengan Teheran.
Harga minyak naik setelah serangan AS terhadap situs nuklir Iran, dengan harga minyak mentah Brent mencapai level tertinggi dalam lima bulan.
Baca Juga: Serangan Balasan Iran Sebabkan Kerusakan Masif di Tel Aviv
“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka [Iran] mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyaknya,” kata Rubio dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Ahad (22/6).
“Jika mereka [menutup Selat] … itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka. Dan kami masih memiliki pilihan untuk mengatasinya, tetapi negara-negara lain juga harus mempertimbangkannya. Itu akan merugikan ekonomi negara-negara lain jauh lebih parah daripada ekonomi kami,” tambahnya.
Sekitar 20% minyak dunia melewati Selat Hormuz, dengan produsen minyak dan gas utama di Timur Tengah menggunakan jalur air tersebut untuk mengangkut energi dari wilayah tersebut.
Setiap upaya untuk mengganggu operasi di selat tersebut dapat membuat harga minyak global meroket.
Baca Juga: Trump Klaim Sukses Serang Iran, Pejabat AS-Israel Justru Bantah Fordo Hancur
Harga minyak melonjak sebentar ketika perdagangan dimulai pada Senin (23/6), dengan Brent naik ke $81,40 per barel. Namun, kemudian turun kembali ke sekitar $78, naik 1,4% pada hari itu. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz setelah Serangan AS