Khartoum, MINA – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Khartoum, John Godfrey, memperingatkan pemerintah Sudan tentang dampak dari mengizinkan Rusia membangun pangkalan militer di Laut Merah.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tayyar, Godfrey mengatakan, ada beberapa laporan, Rusia sedang mencoba menerapkan perjanjian yang ditandatangani dengan Presiden terguling Omar Al-Bashir pada 2017 untuk mendirikan pangkalan militer di sepanjang Laut Merah.
“Jika pemerintah Sudan memutuskan untuk melanjutkan pendirian fasilitas ini atau merundingkannya kembali, itu akan merugikan kepentingan Sudan,” kata Godfrey seperti dikutip dari MEMO, Rabu (28/9).
Diplomat AS itu memperingatkan langkah seperti itu akan mengisolasi Sudan dari komunitas internasional dan merusak kepentingan negara itu.
Baca Juga: 20 Staf Gedung Putih: Biden Gagal Atasi Gaza
“Semua negara memiliki hak berdaulat untuk memutuskan negara mana yang akan bermitra, tetapi pilihan ini tentu saja memiliki konsekuensi,” kata Godfrey.
Dia menjelaskan, AS dapat menjadi mitra yang baik, tetapi itu akan dimungkinkan melalui pembentukan pemerintahan baru yang dipimpin sipil, dan kerangka transisi yang akan membawa negara itu kembali ke jalur demokrasi.
Baik Khartoum maupun Moskow tidak mengomentari pernyataan Duta Besar AS itu.
Selama kunjungan ke Moskow pada November 2017, Al-Bashir, yang digulingkan pada 2019 melalui kudeta militer, telah menandatangani perjanjian kerja sama Sudan dan Rusia tentang pelatihan militer, berbagi pengalaman, dan masuknya kapal perang ke pelabuhan kedua negara.
Baca Juga: Komunitas Arab di Inggris Desak PM Keir Starmer Hentikan Genosida di Gaza
Salah satu kesepakatan itu mengatur pembentukan fasilitas di Laut Merah di Sudan yang mampu menerima kapal perang bertenaga nuklir dan menampung 300 militer dan warga sipil. (T/R6/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza