Washington, MINA – Serangkaian serangan terhadap infrastruktur minyak Arab Saudi bulan lalu diluncurkan dari Irak dan bukan dari Yaman sebagaimana banyak diberitakan, media AS Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Jumat (28/6).
Pemberontak Houthi di Yaman sebelumnya mengklaim serangan drone miliknya pada 14 Mei mengenai dua stasiun pompa minyak yang secara singkat menutup pipa Timur-Barat Kerajaan.
Pipa itu terletak lebih dekat dengan perbatasan Irak daripada Yaman dan tidak memiliki sistem pertahanan rudal yang sama dengan di perbatasan selatan Kerajaan.
Hal itu telah membuat para pejabat AS mengatakan, mereka yakin operasi itu diluncurkan oleh gerilyawan di Irak dan bukan di Yaman, sehingga memicu kekhawatiran bahwa “front kedua” telah dibuka untuk Arab Saudi, demikian The New Arab melaporkan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah berbicara dengan para pejabat Irak, mendesak mereka untuk mengambil tindakan dan mencegah negara itu menjadi pangkalan peluncuran serangan di masa depan terhadap Arab Saudi.
Washington sudah prihatin dengan serangkaian serangan terhadap kepentingan AS di Irak, yang diyakini telah dilakukan oleh gerilyawan yang terkait dengan Iran.
Para pejabat AS mengatakan kepada WSJ bahwa teknologi yang digunakan dalam serangan pipa jauh lebih maju daripada yang diketahui ada di gudang senjata Houthi.
“Ini menimbulkan pertanyaan tentang kapasitas pemerintah Irak untuk menjaga Irak netral dalam krisis regional,” kata Michael Knights, pengamat di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, kepada WSJ.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Presiden (Irak) Barham Salih baru-baru ini mengatakan bahwa Irak tidak akan digunakan oleh Amerika untuk menyerang Iran, tetapi Irak sudah digunakan oleh Iran untuk menyerang tetangganya,” katanya. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata