Washington, MINA – Misi Uni Eropa (UE) disebut tidak serius untuk menghentikan pengiriman senjata ke Libya yang dilanda perang, kata seorang diplomat senior Amerika Serikat (AS).
David Schenker, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, menuduh Uni Eropa tidak berbuat cukup untuk mengakhiri pelanggaran embargo senjata PBB oleh negara-negara seperti Rusia, Uni Emirat Arab dan Mesir.
Schenker mengatakan pada Kamis (16/7) bahwa UE bias dan hanya mengkritik keterlibatan Turki dalam konflik, demikian yang dikutip dari Al Jazeera.
“Satu-satunya larangan yang mereka (UE) lakukan adalah bahan militer Turki yang dikirim ke Libya. Tidak ada yang melarang pesawat Rusia, tidak ada yang melarang pesawat Emirat, tidak ada yang melarang orang Mesir,” kata Schenker kepada lembaga think-tank German Marshall Fund dalam diskusi virtual.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Mereka setidaknya bisa, jika mereka serius, saya pikir, memanggil mereka – memanggil semua pihak dalam konflik ketika mereka melanggar embargo senjata,” katanya.
Uni Eropa telah menetapkan Operasi Irini untuk menegakkan embargo PBB, yang berulang kali dilanggar sejak diperkenalkan pada tahun 2011.
Para pengamat mengatakan, fakta bahwa misi Uni Eropa, terutama berkaitan dengan pelanggaran angkatan laut terhadap embargo, menimbulkan pertanyaan tentang efektivitasnya.
“Ada dua titik masuk ke Libya, perbatasan maritim barat yang digunakan Turki untuk mengirim senjata kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di Tripoli, dan perbatasan timur yang digunakan Mesir dan Uni Emirat Arab untuk mendukung (Jenderal Khalifa)Haftar,” kata Anas. Gomati, pendiri dan Direktur Sadeq Institute, kepada Al Jazeera setelah peluncuran misi pada bulan April.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Tidak ada keraguan bahwa Mesir dan UEA akan muncul sebagai pemenang terbesar. Turki tidak punya pilihan selain mengirimkan senjata mereka melalui laut, dan ini adalah medan yang sekarang sedang diawasi oleh Uni Eropa,” tambahnya.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga mengeluh bahwa misi Uni Eropa tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pengiriman kekuatan lain ke Libya, termasuk apa yang ia duga adalah pengiriman senjata oleh Perancis untuk Haftar. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas