Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

As’adi Ma’ruf, Hakim Tipikor Teguh Prinsip yang Mengabdikan untuk Keadilan dan Persatuan Umat

Zaenal Muttaqin Editor : Rudi Hendrik - 11 detik yang lalu

11 detik yang lalu

0 Views

As'adi Ma'ruf (Foto: Zaenal/MINA)

LAHIR di Klaten pada tahun 1950, As’adi Ma’ruf tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan sejak dini.

Sejak muda, ia sudah menunjukkan ketertarikan pada ilmu agama dan hukum, dua bidang yang kelak membentuk karier dan dedikasinya di masa depan.

Perjalanan panjangnya di dunia hukum dimulai ketika ia diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pengadilan Agama Banyumas pada tahun 1976.

Sebagai panitera di pengadilan agama, As’adi tidak hanya bertugas mencatat dan menyusun berkas perkara, tetapi juga mulai memahami seluk-beluk dunia peradilan.

Baca Juga: Syekh Abdurrauf al-Singkili Pemuka Ulama Aceh

Ia bekerja di bawah bimbingan seorang hakim senior bernama Nikun Priyono, yang tidak hanya membimbingnya dalam dunia hukum, tetapi juga mengenalkannya pada pentingnya dakwah dan persatuan umat Islam.

Perkenalan dengan Nikun Priyono menjadi titik balik dalam hidupnya, di mana ia mulai aktif dalam dakwah dan menanamkan nilai-nilai persatuan dalam masyarakat.

Dari Panitera ke Hakim Tinggi Tipikor

Dedikasi dan kerja kerasnya di dunia peradilan membuatnya dipercaya untuk menempati posisi yang lebih tinggi. Pada tahun 1980, ia resmi diangkat sebagai panitera.

Baca Juga: Nikun Priyono, Sosok Hakim yang Menjadi Lentera Dakwah dan Persatuan Umat

Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1986, ia berhasil meraih posisi yang lebih prestisius sebagai hakim. Sebagai seorang hakim, As’adi terkenal dengan integritasnya yang tinggi serta pengetahuan hukumnya yang luas.

Puncak kariernya terjadi pada tahun 2005 ketika ia dipercaya menjadi Hakim Tinggi Adhoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).

Jabatan ini bukan sekadar sebuah pencapaian, tetapi juga sebuah amanah besar yang menguji prinsip dan keteguhan hatinya.

Selama periode 2005 hingga 2016, ia bertugas sebagai hakim di Pengadilan Tinggi Jakarta, menangani berbagai kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan pengusaha besar.

Baca Juga: Dr. Mustafa Elmasri Psikiater Gaza Simbol Harapan dan Ketahanan

Pada tahun 2016, ia dipindahkan ke Pengadilan Tinggi Semarang Jawa Tengah dan tetap berperan sebagai hakim Tipikor hingga tahun 2020.

Sebagai seorang hakim yang menangani kasus-kasus besar, godaan untuk menerima suap kerap datang menghampiri. Namun, As’adi tetap teguh pada prinsipnya. Ia pernah berkata,

“Suap itu ibarat candu. Sekali dicoba atau diterima, maka akan ketagihan dan sulit untuk berhenti. Lebih buruk lagi, sekali menerima suap, itu bisa menjadi senjata bagi orang lain untuk memaksa kita menerima suap lagi atau bahkan membuka aib kita,” katanya saat di sambangi MINA di rumahnya di Sokaraja Banyumas.

Pernyataan ini menunjukkan betapa besar kesadaran dan ketegasan As’adi dalam menolak segala bentuk intervensi yang bisa merusak keadilan. Baginya, integritas bukan sekadar nilai, tetapi juga prinsip hidup yang harus dipegang teguh tanpa kompromi.

Baca Juga: Al-Farobi dan Semangat “Toko Gaza” di Semarang

Semangat Menuntut Ilmu Tanpa Batas

Salah satu hal yang paling menonjol dari sosok As’adi Ma’ruf adalah semangat belajarnya yang luar biasa. Meskipun telah mencapai posisi tinggi dalam dunia hukum, ia tidak pernah berhenti menuntut ilmu.

Bahkan menjelang masa pensiunnya sebagai hakim, ia tetap melanjutkan studinya di perguruan tinggi di bidang hukum. Baginya, ilmu adalah cahaya yang harus terus dikejar, dan tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Semangatnya dalam menuntut ilmu tidak hanya berhenti pada dirinya sendiri. Ia juga mendorong generasi muda untuk terus belajar dan berkembang.

Baca Juga: Teungku Peukan, Ulama dan Tokoh Pejuang Aceh

Ia sangat menekankan pentingnya pendidikan yang terstruktur dan terkurikulum sebagai sarana pengkaderan generasi penerus yang berkualitas.

“Pengkaderan yang terbaik adalah dengan tarbiyah atau pendidikan yang terkurikulum, agar hasilnya lebih baik,” demikian pesannya.

Bagi As’adi, membangun generasi muda yang berilmu dan berakhlak adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa dan persatuan umat Islam.

Tetap Mengabdi Setelah Pensiun, Menyatukan Hukum dan Dakwah

Baca Juga: Ariel Sharon: Algojo Zionis dan Dalang Pembantaian Sabra-Shatila

Meskipun telah pensiun dari dunia peradilan pada tahun 2020, As’adi tidak berhenti mengabdi. Ia tetap aktif dalam dunia hukum di wadah kesatuan umat Jamaah Muslimin (Hizbullah).

Dalam wadah kesatuan umat ini, sejak 2014 ia dipercaya meneruskan seniornya Nikun Priyono, untuk mengurusi berbagai persoalan hukum, terutama yang berkaitan dengan keputusan syariat.

Salah satu bidang yang ia tangani adalah penentuan awal bulan hijriyah atau hisab dan rukyat, yang menjadi bagian penting dalam ibadah umat Islam.

Selain itu, ia juga sering dimintai pendapat dalam berbagai persoalan fiqih. Dengan pengalamannya sebagai hakim, ia mampu memberikan pandangan yang mendalam dan solutif terhadap berbagai masalah yang dihadapi umat.

Baca Juga: Abu Haji Salim Mahmudi Lamno, Ulama Aceh ahli Tasauf

Keberadaannya dalam lembaga ini menjadi bukti bahwa pengabdian seorang ahli hukum tidak berhenti setelah pensiun, tetapi justru bisa semakin luas dan bermanfaat bagi masyarakat.

Menjaga Prinsip dan Warisan Integritas

Sosok As’adi Ma’ruf adalah contoh nyata bagaimana seorang hakim dapat menjalani tugasnya dengan penuh integritas dan dedikasi.

Di tengah maraknya kasus korupsi dan lemahnya sistem peradilan yang sering kali disusupi kepentingan tertentu, As’adi membuktikan bahwa masih ada hakim yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran dan keadilan.

Baca Juga: Abu Tumin, Ulama Kharismatik Aceh

Ia bukan hanya seorang hakim yang cerdas dan tegas dalam memutuskan perkara, tetapi juga seorang pendidik yang memahami pentingnya membangun generasi penerus yang berkualitas.

Ia juga seorang dai yang menyadari bahwa hukum dan agama bukanlah dua entitas yang bertentangan, melainkan dua pilar yang harus berjalan beriringan dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis.

Keberanian dan keteguhan hatinya dalam menolak suap menjadi warisan moral yang sangat berharga bagi dunia peradilan di Indonesia.

Sikapnya yang selalu menempatkan hukum di atas segala kepentingan pribadi menunjukkan bahwa keadilan sejati hanya bisa ditegakkan oleh mereka yang memiliki hati yang bersih dan prinsip yang kokoh.

Baca Juga: James Balfour, Arsitek Kejahatan Politik yang Membawa Sengsara Tanah Palestina

Inspirasi dari Seorang Pejuang Keadilan

As’adi Ma’ruf bukan sekadar seorang hakim, tetapi juga seorang tokoh yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Keberaniannya dalam menolak suap, keteguhannya dalam menegakkan hukum, serta dedikasinya dalam dunia pendidikan dan dakwah menjadikannya sosok yang patut dijadikan teladan.

Di usianya yang telah memasuki masa senja, ia tetap berkontribusi bagi umat dengan memberikan ilmu dan pengalaman yang ia miliki.

Baca Juga: Wilhelmi Massay, Relawan Tanzania, Masuk Islam Setelah Menyaksikan Genosida di Gaza

Ia membuktikan bahwa pengabdian tidak mengenal batas usia, dan bahwa seseorang yang memiliki prinsip kuat akan selalu menemukan cara untuk tetap bermanfaat bagi sesama.

Dari perjalanan panjangnya, satu hal yang dapat kita pelajari adalah bahwa keberhasilan sejati bukan hanya diukur dari jabatan atau kekayaan, tetapi dari seberapa besar manfaat yang dapat kita berikan kepada orang lain.

As’adi Ma’ruf telah membuktikan bahwa integritas, keteguhan hati, dan semangat belajar adalah kunci untuk menjadi sosok yang dihormati dan dikenang sepanjang masa. []

Mi’raj News Agency (MINA) 

Rekomendasi untuk Anda