Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal Mula Nama dan Bangsa Palestina

Ali Farkhan Tsani - Sabtu, 13 Maret 2021 - 10:49 WIB

Sabtu, 13 Maret 2021 - 10:49 WIB

483 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Redaktur Senior MINA

Nama Palestina jaman dahulu belum ada, yang ada adalah Tanah Kan’an (Ardhu Kan’an), karena yang mendiaminya adalah bangsa Kan’an, keturunan dari Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.

Nabi Nuh ‘Alaihis Salam hidup sekitar 3993-3043 SM, atau berusia sekitar 950 tahun. Nabi Nuh ‘Alaihis Salam diangkat menjadi Nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di Babylonia (wilayah selatan dari Iraq sekarang). Namanya disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Quran.

Imam As-Suyuti menyebutkan bahwa nama Nuh ‘Alaihis Salam bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Suriah yang artinya “bersyukur” atau “selalu berterima kasih”.

Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti 

Di dalam Al-Quran disebutkan, “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS Al Israa’ [17] :3).

Para ahli sejarah menyebutkan, anak-anak Nuh ‘Alaihis Salam ada empat, yaitu : Sam (Syam), Ham, Yafet (Yafits) dan Yam (Kan’an). Dari Sam melahirkan keturunan bangsa Arab, dari Ham melahirkan keturunan bangsa Afrika, dan dari Yafet melahirkan bangsa Ruum (Romawi). Sementara Yam (Kan’an) tidak melahirkan keturunan karena meninggal tenggelam dalam banjir bandang.

Adapun Bangsa Kan’an yang kemudian menempati Tanah Kan’an (Ardhu Kan’an) berasal dari keturunan Kan’an bin Ham bin Nuh.

Sementara dari keturunan Sam bin Nuh, melahirkan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Garis keturunannya adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh.

Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan

Ibrahim (hidup sekitar tahun 1997-1882 SM), atau usianya sekitar 115 tahun. Menjadi Nabi sekitar tahun 1900 SM atau saat berumur 97 tahun. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam diutus untuk kaum Kaldan di wilayah Ur, Babylonia (kawasan selatan Iraq sekarang).

Menurut teks kuno dan legenda, pendiri Babylonia adalah Raja Namrud bin Kan’an bin Kush bin Ham bin Nuh. Ia memerintah bersama Ratu Semiramis. Raja Namrud digambarkan sebagai tiran perkasa yang dzalim dan mengaku dirinya sebagai dewa penguasa alam.

Ardhu Kan’an dan Nabi Ibrahim

Terusir oleh kedzaliman Raja namrud, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam bersama Nabi Luth ‘Alaihis Salam berhijrah dari Babylonia ke Tanah Kan’an (Ardhu Kan’an), suatu daerah di barat daya Haran, meliputi daerah di lembah sungai Yordania, Wilayah Syam. Wilayah Syam terdiri dari beberapa wilayah, yang kemudian disebut dengan negara-negara al-Lubnan (Lebanon), al-Urdun (Yordania), Suriah, dan Filistin (Palestina).

Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza

Wilayah Syam dikenal dengan buminya yang sangat subur dan indah. Wilayah ini kemudian dikuasakan kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam dan keturunannya dengan syarat: mereka (keturunannya) tidak berbuat dzalim (aniaya, baik pada Tuhan maupun pada manusia).

Dari Sayyidah Hajar, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam memperoleh keturunan Nabi Ismai’l ‘Alaihis Salam (yang kemudian tinggal dan berketurunan di Mekkah dan sekitarnya). Dari keturunan Nabi Isma’il ‘Alaihis Salam terlahir Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Sedangkan dari Sayyidah Sarah, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam memperoleh anak Nabi Ishaq ‘Alaihis Salam (yang tinggal di Palestina).

Selanjutnya dari Nabi Ishaq ‘Alaihis Salam memperoleh anak yang dinamakan Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam, yang diangkat Allah menjadi Rasul-Nya dan bertugas meneruskan risalah kakeknya, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam inilah yang digelari dengan “Israaiil” (artinya yang suka berjalan malam atau juga diartikan hamba Allah) dan anak keturunannya disebut sebagai Bani Ya’qub atau Bani Israil.

Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam (hidup sekitar 1837-1690 SM, atau berusia sekitar 147 tahun) memiliki dua belas putera, yakni : Rubin, Syam’un, Lawway, Yahuda, Zabulaon, Yasakir, Dann, Gad, Asyar, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin.

Sampai berkembang di sini pun nama Palestina belum muncul. Namanya masih disebut dengan Ardhu Kan’an, tanahnya bangsa Kan’an, anak keturunan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.

Nama Palestina

Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam

Pada masa 1550 – 1200 SM, bangsa Mesir menguasai beberapa wilayah termasuk Tanah Kan’an (Ardhu Kanan).

Awalnya, beberapa pendatang dari jazirah Kreet, di kepulauan Yunani, terkenal sebagai bangsa pelaut, yang asal-usul nenek moyangnya merupakan keturunan Nabi Ishaq bin Ibrahim, dari putera sulungnya Aishu (Essau) yang menikah dengan puteri Nabi Ismail ‘Alaihis Salam.

Mereka datang dan mendiami selatan wilayah tepi pantai antara Gaza dan Yafa, yang masa itu dalam kekuasaan Fir’aun di Mesir. Suku-suku ini membangun kota. Mereka kemudian bergaul dan berasimiliasi dengan warga setempat Ardhu Kan’an.

Orang-orang Ardhu Kan’an mendirikan sebagian besar kota-kota di wilayah tersebut. Tidak kurang dari dua ratus kota kuno didirikan, seperti Beit She’an, Ashkelon, Acre, Haifa, Hebron, Ashdod, Beersheba dan Betlehem.

Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi

Penduduk setempat, yang terdiri dari penduduk asli Ardhu Kan’an dan pendatang dari JAzirah Kreet, kemudian menamakan daerah ini dalam prasasti kuno dengan kata dalam bahasa Arab “ “ب – ل – س – ت (B-L-S-T). Wilayahnya meliputi lima kerajaan kota-kota kuno : Ghaza, Asdod, Gat, Ekron, dan Ashkelon.

Penyebutan “ “ب – ل – س – ت (B-L-S-T) berasal dari “Flisthyun” (فلسطيون) dari akar kata “palah”

Orang-orang dari Yunani dan Romawi kuno, tempat asal sebagian pendatang ke Ardhu Kan’an menambahkan kata “n” (nun), dengan alasan untuk kombinasi, dalam penyebutannya. Sehingga mereka kemudian menyebutnya dengan “Filistin”. Maka dipakailah nama dan bangsa Filistin menggantikan nama dan bangsa Ardhu Kan’an yang sebelumnya telah dipakai sejak lama.

Pada jaman sejarah modern, nama tersebut kemudian di-Inggris-kan menjadi Palestine (Palestina –dalam bahasa Indonesia), diberikan kepada wilayah penyebaran dari pantai Mediterania timur ke Lembah Yordan ke daerah meliputi Galilea di utara dan selatan Gurun Negev.

Baca Juga: Hezbollah dan Houthi Kompak Serang Wilayah Pendudukan Israel

Wilayah Palestina ini pernah berada di bawah kekuasaan Turki Ottoman (Dinasti Utsmaniyyah) selama 400 tahun, dengan pusat administrasi berada di Damaskus.

Setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I, nama Palestine dihidupkan kembali dan diaplikasikan di bawah Mandat Inggris.

Jadi, sejak awal adanya Ardhu Kan’an yang kemudian disebut dengan Filistin adalah milik orang-orang Arab asli dan pendatang dari Yunani (masih satu keturunan dengan Kan’an dari Nabi Nuh ‘Alaihis Salam), yang kemudian menetap di wilayah tersebut.

Penduduk tersebut masih erat kaitannya dengan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam dan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, yang membawa risalah tauhidullah, mengajak menyembah Allah Yang Maha Esa, sebagai hamba-hamba yang berserah diri kepada-Nya, sebagai seorang Muslim.

Baca Juga: Banyak Tentara Israel Kena Mental Akibat Agresi Berkepanjangan di Gaza

Dari sini sangat jelas terlihat bahwa tidak ada satupun sejarah yang menyebutkan bahwa penduduk asli wilayah Palestina adalah orang-orang Yahudi Israel. Apalagi bangsa penjajah Israel sekarang.

Bangsa Israel sekarang yang menjajah Palestina, berasal dari berbagai negara di dunia. Jadi, bisa dipastikan mereka bukanlah Bani Israil, bukan anak cucu keturunan Bani Israil (Bani Ya’qub).

Zionis Yahudi penjajah itu hanya mengklaim dan mengait-ngaitkan saja antara Israel dengan Bani Israil. Mereka mengklaim bahwa tanah Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Allah kepada mereka, kaum Yahudi. Padahal maksud dan tujuannya adalah untuk menduduki, menjajah, menodai dan memerangi warga, penduduk dan bangsa Palestina secara kesuluruhan.

Serta menodai, membuat keributan dan hendak merobohkan Masjidil Aqsa, untuk mereka ganti dengan Sinagog Solomon, yang mereka klaim ada di bawah Al-Aqsa.

Baca Juga: Dipimpin Ekstremis Ben-Gvir, Ribuan Pemukim Yahudi Serbu Masjid Ibrahimi

Sumber Utama : Tarikh Filisthin al-Qadimah. Prof. Aly Muqbil. Mu’assasah al-Quds ad-Dauly Shanaa, Yaman. (A/RS2/P2)


Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Breaking News
Feature