Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ASOSIASI MEDIS PAKISTAN TUNTUT MESIR BUKA PENUH PINTU RAFAH

Rana Setiawan - Ahad, 27 Juli 2014 - 08:42 WIB

Ahad, 27 Juli 2014 - 08:42 WIB

697 Views

Aksi tuntut Mesir membuka penuh pintu Perlintasan Rafah oleh Asosiasi Medis Pakistan, 24 Juli 2014. (Foto: MINA)
Aksi tuntut <a href=

Mesir membuka penuh pintu Perlintasan Rafah oleh Asosiasi Medis Pakistan, 24 Juli 2014. (Foto: MINA)" width="300" height="133" /> Aksi tuntut Mesir membuka penuh pintu Perlintasan Rafah oleh Asosiasi Medis Pakistan, 24 Juli 2014. (Foto: MINA)

Karachi, 29 Ramadahan 1435/27 Juli 2014 (MINA) – Asosiasi Medis Pakistan menuntut pemerintah Mesir segera membuka secara penuh pintu perlintasan perbatasan Rafah antara Mesir-Jalur Gaza.

Tuntutan itu dilakukan dengan aksi solidaritas untuk Palestina oleh para dokter Pakistan di Karachi Press Club beberapa waktu lalu yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.

Ratusan dokter, mahasiswa kedokteran dan paramedis yang tergabung dalam Pakistan Islamic Medis Association (PIMA) dan Pakistan Medical Association (PMA) membawa spanduk dan alat demonstrasi mendukung perjuangan rakyat Palestina dan mengutuk agresi Zionis Israel ke Gaza terutama menargetkan rumah sakit dan paramedis.

Asosiasi Medis Pakistan mengutuk sikap pemerintah Mesir untuk menolak akses masuk bantuan medis dan dokter spesialis ke Gaza. “Gaza memerlukan penambahan sumber daya medis untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang terluka dan sakit,” kata .

Baca Juga: PBB: Warga Afghanistan Jadi Kelompok Pengungsi Ilegal Terbesar Kedua

Asosiasi Medis Pakistan menuntut pemerintah Pakistan untuk menekan pemerintah Mesir guna mengizinkan bantuan medis dapat masuk ke Gaza, serta umenekan PBB dan masyarakat internasional untuk menghentikan genosida yang terjadi di Gaza.

PIMA dengan para dokter relawan berupaya secara rutin memberikan obat-obatan & peralatan bedah untuk korban terluka di Gaza. PIMA menyatakan, hanya satu upaya sejumlah tujuh truk yang didanai banyak negara-negara Islam telah berhasil masuk Gaza melalui pintu Rafah pada 13 Juli 2014 lalu.

Pada 23 Juli 2014 lalu, Pemerintah Mesir telah memperketat kontrol check point menuju Rafah -satu-satunya jalur yang menghubungkan sekitar dua juta penduduk Gaza ke dunia luar- dan tidak mengizinkan petugas medis memasuki Gaza.

Bahkan, pemerintah Mesir menolak izin sebuah pesawat Tunisia menuju Gaza sarat dengan pasokan medis dan akan membawa pasien Gaza terluka untuk mendarat di bandara internasional Mesir.

Baca Juga: Belize Bergabung dengan Afsel di ICJ Dalam Kasus Genosida Israel di Gaza

Darurat Medis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pelayanan medis di kota Gaza berada di ambang kehancuran karena serangan militer Israel terhadap Jalur melanjutkan.

Kekurangan besar obat-obatan dan pasokan medis sekali pakai telah terjadi akibat agresi Zionis kali ini. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza memerlukan sekitar 3,2 juta dolar per bulan untuk mengamankan obat yang dibutuhkan dan pasokan medis sekali pakai.

Kementerian telah menempatkan panggilan darurat untuk kekurangan mesin anestesi, ventilator, unit electrosurgical, monitor, mesin EKG dan defibrillator.

Baca Juga: Penerima Zayed Award 2025 dari Pejuang Perubahan Iklim hingga Organisasi Kemanusiaan

Kementerian juga memerlukan bahan bakar guna menjalankan rumah sakit. Rumah sakit Gaza juga sangat memerlukan ahli bedah saraf, ahli anestesi, dokter bedah plastik dan umum, dan spesialis ortopedi.

Dalam agresi militer Zionis Israel ke Jalur Gaza yang sudah dilakukan selama tiga pekan telah menargetkan para dokter, pasien dan rumah sakit. Beberapa upaya para dokter asing untuk memasuki Gaza dan membantu rekan-rekan mereka memberikan pengobatan bagi orang sakit dan terluka di Gaza telah terhambat oleh pemerintah Mesir dengan kebijakan penutupan perbatasan Rafah.

“Ini adalah kekejaman yang paling menyedihkan dan jelas melanggar Konvensi Jenewa dan Hak Asasi Manusia,” kata Prof. Idrees Adhi, Presiden PMA Karachi.

“Banyak warga dirawat di rumah sakit datang dengan luka pecahan peluru atau luka-luka akibat runtuhnya dinding saat rumah mereka dibom. Kebanyakan dari mereka yang tiba meninggal, beberapa datang dengan bagian tubuh yang hilang, bagian lainnya tercabik-cabi,” kata Idress saat membacakan laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Baca Juga: Demokrat Desak Mulai Kembali Program Relokasi Pengungsi Afghanistan di AS

Dalam agresi Zionis Israel menargetkan rumah sakit di Gaza mengakibatkan setidaknya empat orang tewas dan 20 lainnya luka-luka, termasuk dokter dalam pemboman ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsha, Rumah Sakit Wafa dan rumah sakit lainnya.

Selain itu, hingga berita ini ditulis, agresi Zionis Israel ke Gaza menyebabkan korban meninggal dunia mencapai 1030 orang dan 5700 korban luka-luka, menurut laporan PBB, 80% korban dari warga sipil, termasuk 30% anak-anak. Sejumlah 23 fasilitas kesehatan di Gaza juga mengalami kerusakan.

Asosiasi Medis Pakistan mengutuk pembunuhan brutal warga sipil tak berdosa dan menargetkan fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza oleh Zionis Israel.

“Kami menuntut segera diakhirinya agresi terhadap penduduk yang terkepung oleh kekuatan militer Israel dibantu oleh barat,“ tegas Idrees.(L/P02/P04)

Baca Juga: Trump Klaim Mesir dan Yordania akan Patuhi Usulan Pembersihan Etnis Palestina

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Tabrakan Pesawat American Airlines vs Helicopter UH-60 Black Hawk, Ini Reaksi Trump

Rekomendasi untuk Anda