Oleh: Lailatul Mukarromah, MINA
Atlet lari National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Karisma Evi Tiarani sukses mengharumkan Indonesia dikancah dunia. Muslimah berhijab itu berhasil meraih emas sekaligus memecahkan rekor pada kejuaraan dunia paraatletik di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) yang digelar pada 13 November 2019.
Atlet berusia 18 tahun itu yang kaki kirinya lebih pendek sekitar 7 cm dari kaki kanan, menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu 14,72 detik sekaligus mencetak rekor dunia baru di nomor 100 meter putri kelas T36.
Ia berhasil melampaui atlet asal Italia, Monica Graziana Contrafatto, yang berada di posisi kedua dengan catatan waktu 15,56 detik, dan tempat ketiga dihuni Gitte Haenen asal Belgia (15,60 detik).
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
Atas torehannya tersebut, Karisma pun berhak mendapatkan tiket ke Paralimpik 2020 Tokyo nanti.
Karisma mengakui, sebelumnya ia tak mematok bisa meraih medali emas apalagi memecahkan rekor dunia karena ia merasa bahwa pesaingnya merupakan atlet-atlet senior yang jauh lebih berpengalaman dibandingkan dirinya.
Karisma berasal dari keluarga sederhana di Boyolali, Jawa Tengah. Ayah dan ibunya juga tak muda lagi. Dengan prestasi-prestasi ini ia juga bisa mengambil alih tanggungjawab untuk kehidupan ayah dan ibunya di kampung halaman.
Gadis berjilbab ini kini juga menjadi tulangpunggung keluarga.
Baca Juga: Para Perempuan Pejuang Palestina yang Inspiratif
Sementara itu, sang pelatih Purwo Adi Sanyoto mengungkapkan bahwa tak ada program latihan khusus yang diberikan. Ia dan tim pelatih hanya memberikan program serupa yang dipersiapkan untuk menghadapi Asean Paragames tahun lalu.
Diungkapkan pula bahwa sebelumnya Karisma telah memecahkan rekor dunia dalam turnamen Handisport Paris Open pada akhir Agustus lalu. Dalam kejuaraan tersebut, Karisma mencetak waktu 14,90 detik.
“Sebelum di event bergengsi ini, world record pertamanya sebenarnya di Paris. Kemudian dipecahkan lagi di sini (Dubai) atas namanya sendiri,” kata Purwo Adi.
Purwo pun tak menyangka dengan perolehan anak asuhnya itu karena bagaimanapun ia tak menyangkal bahwa persaingan di kejuaraan dunia sangat ketat apalagi didominasi oleh atlet elit dunia.
Baca Juga: Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Myanmar
Namun begitu, Purwo dan Karisma tak mau berlarut-larut dalam capaian manis tersebut karena masih ada kejuaraan lain yang harus dihadapi yakni Asean Paragames dan Paralimpik 2020 Tokyo.
“Kita sebagai tim pelatih tentunya bangga dengan pencapaian ini karena ada lagi yang harus segera dihadapi yaitu Asean Paragames dalam waktu dekat ini dan Paralimpik Tokyo,” ujarnya.
Perjuangan
Usia Karisma Evi Tiarani masih muda, 18 tahun. Tapi prestasinya di dunia atletik tak perlu diragukan lagi.
Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Evi yang mengalami gangguan fungsional di kaki kiri memilih melawan kekurangannya dengan prestasi. Disabilitas pada kaki kiri yang dimiliki Karisma lebih pendek sekitar 7 sentimeter dari kaki kanan tak mempengaruhi kecepatannya.
Terlahir membawa keterbatasan fisik, dengan kaki kiri tumbuh lebih pendek dan lemah, Karisma Evi tak pernah merasa rendah diri. Teman dan keluarga dinilainya menjadi sumber dukungan.
Mencintai olahraga sejak kecil, khususnya bulutangkis, perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah ini akhirnya memilih atletik sebagai jalan hidup.
Evi dipertemukan dengan olahraga difabel saat duduk di kelas 2 SMP. Sejak saat itu prestasinya melesat hingga menjadi wakil Indonesia di pesta olahraga difabel terbesar Asia.
Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2025
Namun, perjalanannya menuju kesuksesan tidaklah mudah. Karisma sadar, sebagai penyandang disabilitas memilih olahraga sebagai jalan hidup merupakan sebuah tantangan besar.
Ia mengakui sempat kesulitan saat memutuskan terjun sebagai atlet lari dan lompat jauh. Seperti pernyataan perempuan kelahiran 2001 ini sebelumnya, keseimbangan menjadi musuh sekaligus teman sepermainan.
Latar Belakang
Karisma merupakan atlet para atletik putri Indonesia yang selain turun di nomor sprint, juga pernah berkesempatan unjuk gigi di nomor lompat jauh Asian Para Games 2018. Meski masih belia, tak disangka pola pikirnya begitu terbuka.
Baca Juga: Kejutan Timnas Kamboja di Piala AFF, Ada 7 Pemain Naturalisasi
Karisma Evi masuk ke dunia atletik saat diajak teman saudaranya untuk ikut Pekan Paralimpiade Pelajar Daerah atau Pepaperda Jawa Tengah pada 2014. Karisma mengaku awalnya hanya coba-coba saja saat berlatih di Stadion Sriwedari Kota Solo pada Rabu, 26 September 2018.
Awalnya Karisma mengaku memang tidak tahu gimana teknik lari, jadi untuk mengurangi rasa sakit itu disesuaikan. Misal kaki kanan yang lebih kuat gimana angkatnya dan yang kiri tinggal menyesuaikan,” ujar Karisma Evi.
Setelah terus berlatih, Karisma mulai ikut Peparda (Pekan Paralimpiade Daerah), kemudian ikut Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP). Setelah itu mulai ikut lomba-lomba lagi termasuk Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) dan dari situ Karisma dipanggilan untuk Pelatnas ASEAN Para Games 2017, hingga Asian Para Games 2018.
Raihan medali emas saat Asian Para Games 2018 dikatakan Karisma Evi Tiarani sebagai capaian terbaiknya saat itu. Bukan hanya soal prestasi, namun juga membuatnya sukses membuktikan bahwa keterbatasan bukan sebuah halangan mencapai tujuan besar.
Baca Juga: Piala AFF Wanita, Timnas Indonesia Melangkah ke Final
Karisma Evi Tiarani, atlet difabel peraih medali emas nomor 100 meter putri klasifikasi T42/T63 (keterbatasan fisik) pada Asian Para Games 2018, tepatnya Rabu, 10 Oktober 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Karisma Evi mampu melesat cepat mengoyak lapisan-lapisan rintangan hingga mencatatkan waktu terbaik 14,98 detik, mengalahkan sprinter Jepang, Kaede Maegawa.
Evi dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu. Tak hanya di level nasional, Evi yang sudah menggeluti para-atletik sejak umur 15 tahun itu sudah kerap mengikuti kejuaraan internasional dan selalu membawa pulang medali.
Berikut deretan prestasi Evi di ajang-ajang bergengsi olahraga atletik bagi penyandang disabilitas:
1. Event: Peparnas (Pekan Paralimpiade Nasional) 2017
Medali : 3 emas
No : 100m, 200m, lompat jauh
2. Event : Peparnas 2016
Medali : 3 emas
No : 100m, 200m, lompat jauh
3. Event : ASEAN Para Games Malaysia 2017
Medali : 1 emas, 2 perak
No: lompat jauh, 100m, 200m.
4. Event : Asian Youth Para Games 2017 Dubai
Medali : 1 emas
No : 100m.
5. event: Asian Para Games 2018 Indonesia
Medali: 1 emas
No: 100 m dan lompat jauh.
6. Kejuaraan dunia paraatletik di Dubai
Medali: 1 emas sekaligus memecahkan rekor dunia
Nomor: 100 meter putri kelas T36.
Baca Juga: Ruud van Nistelrooy Resmi Jadi Manager Baru Leicester City
Ketika faktor keseimbangan sudah bisa ditaklukan, maka yang tersisa untuk Karisma Evi hanyalah perjuangan. Perjuangan untuk tampil lebih cepat, lebih kuat dan lebih tangguh.
Seperti halnya olahraga, kehidupan juga membutuhkan keseimbangan dan tanggung jawab. Hebatnya, Karisma Evi Tiarani sangat memahami hal tersebut. (A/LM/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis