Jakarta, MINA – Aqsa Working Grop (AWG) menggelar webinar dengan tema “Antara Hidup dan Mati di Laut Gaza”, Jumat (3/2), untuk mengetahu perjuangan para nelayan di tengah blokade Israel, yang juga menghadirkan seorang nelayan Gaza.
Ketua Presidium AWG Nur Ikhwan Abadi dalam sambutannya mengatakan, Nelayan Gaza bertaruh nyawa saat mereka mencari ikan di laut karena blokade oleh Israel tidak hanya terjadi di darat tapi juga lewat udara dan laut.
Ia mengatakan, saat ini nelayan Gaza hanya boleh melaut 3-6 mil saja. Selain itu mereka tidak mendapatkan izin karena di batas 6 mil tentara Israel senantiasa berkeliling menjaga agar para nelayan tidak melewati batas. Bahkan terkadang sampai 3 mil laut saja mereka sudah dihalangi Israel sehingga tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Para nelayan juga harus bertaruh nyawa karena tidak jarang tentara Israel menembaki kemudian merampas hasil tangkapan dan menyandra kapal mereka. sudah banyak nelayan Gaza yang syahid,” tambahnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Nur Ikhwan mengatakan, hal ini perlu diangkat karena merupakan pelanggaran terhadap HAM untuk mendapatkan kehidupan. Ketika tempat mereka diblokade dari darat laut dan udara, hak para nelayan ini untuk mengambil kehidupan mereka di laut secara bebas tidak didapati.
“Mudah-mudahan ini jadi perenungan kita tentang bagaimana kehidupan saudara-saudara kita di Gaza bahkan melaut saja tidak bisa,” tuturnya.
Selanjutnya Ketua AWG Biro Gaza Bilal Anbar menampilkan video yang menujukkan kondisi para nelayan dan pantai di Garza. Vidio itu memperlihatkan beberapa perahu nelayan yang baru besandar mengangkat nelayan lainya yang terluka.
Vidio itu juga memperlihatkan Laut Gaza dengan beberapa jenis ikan dan terumbu karang yang indah.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Sementara itu Juru Bicara Persatuan Nelayan Jalur Gaza Nizar Ayash mengungkapkan 16 tahun setelah blokade banyak nelayan yang terpaksa berhenti, karena kurangnya hasil dan tentu juga banyaknya peraturan yang dihadapi.
Produksi ikan di Gaza sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah masyarakat Gaza yang sangat banyak.
“Seringkali nelayan Gaza yang berlayar pulang dalam keadaan sakit, luka-luka, hingga tertangkap, ada yang tidak kembali lagi dan inilah realita yang harus mereka hadapi,” ujarnya.
Terbatasnya solar dan bensin untuk bahan bakar dan listrik yang hanya beberapa jam saja serta tercemarnya air laut juga menjadi tantangan mereka.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Terakhir ia mengucapakan terimakasih kepada AWG dan Indonesia, berharap semoga bangsa Indonesia dapat mendukung di segala bidang. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian