Sabang, MINA – Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) Biro Sabang menggandeng Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Al-Aziziyah menggelar Seminar Internasional bersama Ulama Palestina, Syeikh Dr. Umar Abdullah Shalah di Meunasah Jurong Blang Tunong, Sabang, Aceh, Senin (18/3).
Syeikh Umar pada pemaparannya dalam seminar bertema “Ramadhan Bulan Pembebasan Palestina” itu menyampaikan peran penting para pemuda Palestina di Jalur Gaza sebelum perang, pada saat perang, dan setelah perang menghadapi pasukan zionis Israel.
“Semangat generasi muda untuk membela Masjidil Aqsa dan Palestina seperti ini harus terus dibangkitkan di kalangan pemuda di dunia Islam, termasuk Indonesia. Ini karena perjuangan untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan negeri para Nabi penuh berkah Palestina, adalah tanggung jawab seluruh umat Islam,” ujarnya.
Ulama Palestina yang pernah dipenjara Israel selama 11 tahun itu juga mengingatkan pentingnya persatuan, kesungguhan dan kekompakan dunia Islam dalam pembebasan Al-Aqsa dan Palestina dari belenggu penjajahan.
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio
“Kemenangan kaum Muslimin dalam menghadapi kejahatan brutal zionis yahudi tidak bisa diwujudkan dengan banyak tidur, santai dan tenang-tenang saja. Harus dengan kerja ekstra keras, meningkatkan budaya literasi, pelatihan dan pendidikan, serta menyatukan kekuatan umat Islam,” ujarnya di hadapan mahasiswa dan aktivis.
Ulama kelahiran Sijaiyah, Gaza tersebut membandingkan bagaimana kesungguhan dan kerja keras dalam kebatilan yang dikerjakan oleh Theodore Herzl, pendiri zionis, dalam merebut Palestina.
Dia merasakan kuatnya perhatian, solidaritas dan rasa cinta rakyat dan bangsa Indonesia terhadap perjuangan Palestina.
Pemateri lainnya, Ali Farkhan Tsani, Duta Internasional Al-Quds alumni Muassasah Al-Quds Ad-Dauliyah Yaman, menjelaskan bagaimana hubungan kuat dan sudah lama Indonesia dengan Palestina.
“Bangsa Indonesia memiliki hutang sejarah terhadap pengakuan pertama Palestina dan dukungan material pengusaha Palestina terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka hutang itu harus dibayar dengan dukungan baik dalam bentuk donasi, media sosial, material dan lain sebagainya, sampai Palestina merdeka.
“Kita juga harus terus meningkatkan literasi di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa tentang hubungan Indonesia Palestina,” ujar Ali Farkhan, yang juga wartawan Senior Kantor Berita MINA.
Dia mengambil contoh muslimah Aceh yaitu Laksamana Keumala Hayati, yang dengan berani menghadang penjajah Portugis dan Belanda. Hingga mampu menewaskan komandan Belanda Cornelis de Houtman dalam duel tanding satu lawan satu di geladak kapal.
Ali Farkhan yang juga Penanggung Jawab Daurah Al-Quds AWG juga menyampaikan kuatnya hubungan Aceh dan Palestina terlihat dari pengiriman bala bantuan dari Kesultanan Turki Utsmani abad ke-15 ke Kerajaan Aceh, termasuk mendatangkan ulama Palestina di dalamnya. (L/kam/RS2)
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Mi’raj News Agency (MINA)