Baku, MINA – Militer Armenia yang dikalahkan oleh Angkatan Bersenjata Azerbaijan menderita kerugian besar, dan ratusan prajurit melarikan diri, meletakkan senjata mereka, demikian laporan Azerbaijan State News Agency (AZERTAC).
AZERTAC melaporkan dilansir MINA, Ahad (25/10), Azerbaijan menuduh kepemimpinan Armenia mulai melibatkan anak-anak, para lansia, dan perempuan dalam pertempuran tersebut setelah masalah kekurangan tentara dan perwira mencapai puncaknya dalam militer Armenia.
Rekaman video yang disebarluaskan menggambarkan partisipasi paksa anak di bawah umur dan remaja dalam perang di Armenia.
Seperti yang terlihat dari footage video tersebut, seorang remaja Armenia sedang berperang melawan Azerbaijan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Dengan melakukan hal tersebut, kepemimpinan Armenia jelas melanggar hukum internasional, persyaratan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNICEF, dan Konvensi Paris tentang Hak Anak.
Di tengah pandemi Covid-19, dunia saat ini menyaksikan perang antara Azerbaijan dan Armenia khususnya terkait sengketa penguasaan wilayah bernama Nagorno-Karabakh.
Walaupun kedua negara sepakat mengadakan genjatan senjata pada Sabtu, 10 Oktober 2020 lalu, namun saling serang kembali terjadi.
Terbilang sejak tanggal 27 September, Armenia telah melakukan pelanggaran atas perjanjian gencatan senjata dengan Azerbaijan dan terus menembaki tentara Azerbaijan, warga sipil, dan berbagai obyek sosial di negara tetangganya tersebut.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Sampai dengan 11 Oktober, korban jiwa di antara kedua pihak telah mencapai lebih dari 300 jiwa dan ribuan orang terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.(T/R1/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam