Amman, 3 Syawwal 1438/27 Juni 2017 (MINA) – Menteri Luar Negeri Bahrain menuduh Qatar menciptakan eskalasi militer dengan membiarkan lebih banyak tentara Turki memasuki wilayahnya.
Bahrain, di samping Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir, memberlakukan boikot terhadap Qatar sejak tiga pekan lalu. Mereka menuduh pemerintah Doha mendukung militan.
Mereka juga kemudian mengeluarkan sebuah ultimatum, termasuk tuntutan bahwa Qatar harus menutup sebuah pangkalan militer Turki di Doha.
Turki adalah pemain regional paling kuat yang berdiri mendukung Qatar dalam krisis negara Teluk ini. Turki telah meningkatkan jumlah tentaranya di Qatar sejak krisis pecah.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
“Landasan perselisihan dengan Qatar bersifat diplomatik dan berorientasi pada keamanan, tidak pernah militer,” kata Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al-Khalifa dalam sebuah pesan di Twitter pada Senin (26/6). Demikian Arab News memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Membawa tentara asing dan kendaraan lapis baja mereka adalah eskalasi militer yang Qatar ciptakan,” tambahnya, tanpa menyebutkan nama Turki.
Dalam tweet sebelumnya pada hari Ahad, Sheikh Khalid mengatakan bahwa gangguan eksternal tidak akan menyelesaikan masalah.
Dua kontingen tentara Turki dengan sejumlah kendaraan lapis baja telah tiba di Doha sejak krisis meletus, bersama dengan 100 pesawat kargo yang sarat dengan persediaan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Pada hari Ahad, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak ultimatum tersebut sebagai campur tangan yang tidak sah dalam urusan Qatar. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah