Tel Aviv, MINA – Ribuan orang berebut melarikan diri dari Israel pada hari Senin (22/6), setelah pemerintah tiba-tiba mencabut larangan penerbangan, yang melarang warga negara dan orang asing meninggalkan negara tersebut.
Penerbangan komersial pertama yang tersedia langsung terjual habis, karena mereka putus asa untuk melarikan diri mencari perlindungan, di tengah meningkatnya ketakutan akan pembalasan Iran. Middle East Monitor melaporkan.
Kepanikan menyusul serangan udara Israel yang dikutuk secara luas dan tidak beralasan terhadap beberapa situs nuklir di dalam Iran, yang memicu peringatan tentang eskalasi regional.
Penerbangan tetap sangat terbatas, dengan hanya 50 penumpang yang diizinkan per pesawat dalam upaya untuk meminimalkan risiko keamanan dan mengurangi kerentanan Bandara Ben Gurion.
Baca Juga: Serbia Hentikan Penjualan Amunisi ke Israel
Menurut Times of Israel, Menteri Transportasi Miri Regev mengonfirmasi bahwa maskapai lokal akan diizinkan untuk mengoperasikan sejumlah penerbangan keluar yang terbatas.
“Kami berharap maskapai penerbangan lokal mengoperasikan 24 penerbangan repatriasi masuk dari destinasi internasional pada Senin, dan pada setiap penerbangan keluar, akan ada batasan 50 penumpang yang berangkat,” katanya.
Regev menambahkan, penumpang yang membeli tiket sekali jalan untuk meninggalkan Israel hanya dapat membeli tiket pesawat pulang untuk tanggal yang setidaknya 30 hari sebelum tanggal keberangkatan, menurut kebijakan keberangkatan yang baru.
Sejak penutupan wilayah udara Israel pada 13 Juni, menyusul serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran, sekitar 40.000 wisatawan dan ribuan warga Israel terlantar di dalam negeri.
Baca Juga: Pangkalan Militer AS Diserang, Trump Serukan Gencatan Senjata antara Iran dan Israel
Penumpang diperkirakan akan menghadapi kemacetan dan kecemasan yang hebat. Hanya pemegang tiket yang diizinkan masuk ke terminal. Masyarakat diinstruksikan untuk menghindari kedatangan lebih dari dua jam sebelum keberangkatan, dengan hanya diperbolehkan menurunkan penumpang dengan cepat untuk kendaraan pribadi.
Dengan ketidakpastian kapan, atau jika lalu lintas udara reguler kembali normal, banyak yang memilih rute pelarian tercepat: penerbangan jarak pendek ke Siprus, Yunani, atau tujuan terdekat lainnya.
Larnaca, yang hanya berjarak 40 menit perjalanan udara, menjadi titik transit utama bagi mereka yang sangat ingin keluar, berharap dapat melanjutkan perjalanan mereka ke Eropa atau Amerika Utara setelah berada di luar wilayah udara Israel. []
Baca Juga: Qatar Desak Semua Pihak Kembali ke Meja Perundingan
Mi’raj News Agency (MINA)