Bandung, MINA – Di tengah embusan udara dini hari yang masih basah oleh embun, ribuan warga memadati Pusat Dakwah Islam (Pusdai), memulai hari dengan shalat Subuh berjamaah. Bukan sekadar ibadah, mereka hadir dalam sebuah gelombang solidaritas, Aksi “Solidaritas dan Doa untuk Palestina” yang menghimpun lebih dari 25.000 peserta, Ahad (20/4), di jantung kota Bandung, Jawa Barat.
Dengan semangat membara, massa bergerak dari Pusdai menuju Gedung Merdeka melalui sejumlah titik penting kota, seperti Gedung Sate dan Bandung Indah Plaza (BIP), mengubah ruas jalan utama menjadi lautan atribut Palestina—poster kesadaran, spanduk boikot, bendera berkibar, hingga ikat kepala simbol perjuangan.
Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa. Ia adalah pernyataan moral yang lahir dari kesadaran spiritual. Aktivitas diawali dengan ceramah dari dai kondang KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, yang menekankan urgensi perjuangan umat Islam bagi kemerdekaan Palestina.
“Ketika dunia menutup pintu untuk Palestina, mereka tidak menyerah. Keyakinan pada pertolongan Allah adalah kekuatan sejati mereka,” ujar Aa Gym dalam ceramah subuhnya, yang disambut haru oleh ribuan peserta.
Baca Juga: Prediksi Cuaca di Jabodetabek Berpotensi Hujan Merata
Ia juga mengingatkan pentingnya doa dalam perjuangan spiritual dan sosial. “Bantuan belum tentu sampai, tapi doa yang kita kirim insya Allah menembus langit. Kirimlah doa sebanyak-banyaknya, sambil terus berikhtiar,” pesannya, disambut gema takbir dari massa.
Sepanjang rute long march, para tokoh lintas ormas dan komunitas bergiliran menyampaikan orasi yang menggugah, di antaranya Ustaz Athian Ali, KH. Ahmad Heryawan (mantan Gubernur Jawa Barat), Ustaz Iman Budiman, dan tokoh perempuan seperti Netty Prasetiyani, Maimon Herawati, serta Nurliana Santi.
Partisipasi masyarakat sangat beragam, mulai dari organisasi besar seperti Muhammadiyah, PWNU Jawa Barat, Persatuan Islam (Persis), Daarut Tauhid, hingga komunitas pemuda dan pelajar. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa isu Palestina telah menjadi kesadaran kolektif lintas generasi dan latar belakang.
Peserta aksi terlihat membawa berbagai perlengkapan simbolik: syal keffiyeh, poster edukatif soal boikot, hingga replika bayi Palestina dalam gendongan ibu-ibu sebagai representasi kepedihan keluarga Gaza.
Baca Juga: Bulog Jambi Pastikan Beras Cukup Enam Bulan Kedepan
Aksi besar tersebut merupakan puncak dari serangkaian kegiatan yang telah berlangsung beberapa hari sebelumnya. Komunitas seperti Smart 171, Student for Justice in Palestine (SJP) Bandung, dan Baik Berisik telah lebih dulu melakukan aksi-aksi kreatif di berbagai titik kota, termasuk di sekitar restoran cepat saji seperti McDonald’s, yang disorot karena afiliasi dukungan terhadap entitas pro-Israel.
SJP Bandung menggelar aksi interaktif di kawasan Gasibu, Bandung: mengajak warga yang sedang jogging untuk tos jika mendukung Palestina, membagikan stiker kesadaran, dan mengenalkan simbol-simbol perjuangan kepada publik secara persuasif dan damai.
Aksi itu tidak hanya tentang solidaritas lokal, melainkan bagian dari gerakan global yang mendesak diakhirinya genosida dan pendudukan Israel atas Palestina, terutama di Gaza yang mengalami kehancuran besar akibat agresi militer berkepanjangan.
Bandung, kota yang dahulu menjadi saksi sejarah Konferensi Asia Afrika 1955 yang menyerukan anti-kolonialisme, kini kembali bersuara lantang melalui rakyatnya. Sebuah pesan bergema dari Asia Tenggara ke seluruh dunia: bahwa perjuangan Palestina adalah perjuangan umat manusia.[]
Baca Juga: Gempa 4,6 Magnitudo Guncang Sumbar
Mi’raj News Agency (MINA)