Oleh Nur Abdillah*
Manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Sekuat apapun ia, sebesar apapun kekuasaannya, ia tetap sangatlah lemah dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti dikutip dalam firman Allah yang artinya, “Karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.” (Qs. An-Nisa’: 28)
Pada ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah-lah yang Menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, …” (Qs. Ar-Rum: 54)
Mulai dari awal penciptaan, manusia telah dalam keadaan lemah hingga sepanjang kehidupannya. Ia tak memiliki kekuatan sedikitpun selain kekuatan yang diberi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itulah Allah sangat Mengecam orang-orang yang sombong. Apa yang hendak disombongkan dengan semua kelemahan ini?
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Terkait bencana misalnya, walau dengan ilmu dan teknologi super cangih yang sudah dimiliki tanpa pertolongan Allah manusai tetap lemah, tidak mengetahui, kapan dan di mana bencana itu akan terjadi.
Maka terjadilah gempat di Lombok NTB, di Palu, Sulawesi Tengah yang diikuti oleh tsunami dan juga likuifaksi (tanah kehilangan kekuatannya). Ini menunjukan manusia memang lemah.
Ibnul Qayyim menjelaskan tentang makna lemah, “Kelemahan di sini mencakup semua hal secara umum akan manusia. Manusia lemah badan, lemah kekuatan, lemah keinginan, lemah ilmu dan lemah kesabaran.
Namun demikian, tidak serta-merta kelemahan ini menjadi alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Dengan menyadari kelemahan ini, kita harus berusaha untuk mencari sumber kekuatan. Dan barangsiapa yang selalu bersandar kepada yang Maha Kuat maka tidak ada kekuatan manapun yang mampu mengalahkannya.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Untuk menjadi kuat, minimalnya manusia harus memiliki tiga hal:
Pertama, Ilmu. Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain adalah memiliki akal, dengan akal manusia dapat mengembangkan ilmu, dengan ilmu manusai dapat meningkatkan kelemahnnya menjadi kekuatan, yang pada akhirnya manusai mampu membangun peradaban.
Tanpa ilmu, manusia akan tetap lemah. bahkan terhadap binatang lemah sekalipun, manusai akan kalah. Bahkan manusia akan menjadi sesat ketika tidak berilmu, firman Allah yang artinya, “…Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Qs. Lukman: 20)
Oleh karenanya manusai harus berbekal ilmu agar menjadi kuat. Selain ilmu dunia, ilmu agama adalah seutama bekal dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup di dunia ataupun akhirat.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Menuntut ilmu adalah perkara mulia yang hendaknya menjadi perhatian setiap muslim, perkara yang harus diutamakan. Karena ilmu itu lebih didahulukan dari perkataan dan perbuatan.
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat adalah mempelajari al-Qur’an dan sunnah serta memahami makna kandungan keduanya dengan pemahaman para sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in. Demikian juga dalam masalah hukum halal dan haram, zuhud dan masalah hati, dan lain sebagainya”. (Fadhlu Ilmi Khalaf, hlm. 26).
Orang yang memiliki ilmu akan dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, kejahatan dan kezholiman, sunnah dan bid’ah.
Dengan demikian, ilmu dapat membantu kita menjadi manusia yang kuat, tidak lemah lagi. dan kita berharap ilmu yang di miliki adalah ilmu yang bermanfaat untuk umat manusia.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Sebagaimana do’a kita dalam menuntut ilmu, Alloohumma innii as-aluka ‘ilman naaafi’an wa ‘amalam mutaqobbalaa’ wa rizqona’waasi’an wa ilal khoiri qorribna’a wa ‘anisy syarri ba’idnaa
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang diterima, rizqi yang lapang, dan dekatkanlah aku ke perilaku yang baik serta jauhkanlah aku dari perbuatan yang jelek.”
Kedua, memohon pertolongan kepada Allah. Langkah kedua agar kita tidak menjadi manusia yang lemah adalah dengan senatiasa memohon pertolongan hanya kepada AllahTa’ala. Ilmu yang kita miliki tidaklah akan bermanfaat kecuali di barengi dengan memohon pertolongan dari Allah.
Ada tiga hal minimal mengapa kita harus memohon pertolongan pada Allah, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an yang sering di baca dalam sholat-sholat kita. Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan Manusia.” (Qs. An-Naas: 1-3)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Mengapa Allah menjadi sandaran permohonan kita, pada ayat ini di sebutkan bahwa Allah adalah Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia, Malik (Raja/Penguasa) Manusia dan Illah (Sembahan) Manusia.
Dengan memahami ini, maka ilmu yang kita miliki sehebat apapun tidak akan bermanfaat dan menolong kita kecuali diikuti dengan memohon pertolongan hanya kepada Allah, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami (ber-isti’anah) memohon pertolongan.” (Qs. Al Fatihah: 5)
Ketiga, Hidup Berjama’ah. Hidup berjama’ah merupakan upaya mendatangkan pertolongan Allah. Sebagai mana hadis Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, “Tanggan Allah/pertolongan Allah bersama Al-Jama’ah.” (HR. Tirmidzi, menurut al-Albani Hadis ini shahih)
Telah menjadi hukum dan sunatullah dalam kehidupan, bahwa jika suatu kaum itu bersatu, maka kaum itu akan kuat dan menang, apakah kaum itu beriman ataupun kufur. Sebaliknya, jika suatu kaum itu berpecah belah sesama mereka, berperang sesama mereka, menyakiti sesama mereka, maka pastilah kaum itu akan lemah dan kalah, walaupun kaum itu beriman kepada Allah subhana wa Ta’ala.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu akan menjadi gentar dan kekuatanmu akan hilang.” (Qs. Al Anfal: 46).
Dalam ayat lain Allah juga berfirman yang artinya, ”Dan berpeganglah kamu kepada tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Qs. Ali Imran: 103)
Patut diapresiasi, didukung dan dikembangkan persatuan yang dijaga oleh ormas NU dan Muhamadiyah baru-baru ini. Kedua ormas sepakat menjalin hubungan yang lebih erat, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah serta meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, ujar Ketum PBNU Kiai Said Aqil Sirod di kantor PP Muhammadiyah Jakarta awal November.
Sudah sepatutunya tidak hanya NU dan Muhammadiyah yang menjalin persatuan, kita semua umat Islam wajib bersatu, tanpa disekat oleh warna bendera masing-masing. Karena dengan persatuan umat Islam Indonesia akan kuat dan mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa khususnya.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Bukti bahwa umat Islam akan kalah jika berpecah atau berselisih paham adalah kekalahan dalam perang Uhud. Sejak perang yang pertama dalam Islam seperti perang Badar, walaupun kekuatan umat Islam sedikit, dengan persenjataan yang minimum, tetapi karena umat Islam bersatu menghadapi musuh dan tidak berselisih faham, maka umat Islam pasti akan menang;
Tetapi sewaktu umat Islam berselisih faham dalam perang Uhud, dimana pasukan di atas bukit yang diperintahkan untuk tetap berjaga-jaga turun ke bawah, karena berselisih fahan dan tidak ta’at komando, maka pasukan Islam mengalami kekalahan.
Kekalahan dan kelemahan kaum muslimin tidak terlepas dari tidak adanya Imam/Khalifah yang di bai’at. Setelah kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kesatuan muslimin hilang, mereka hidup tanpa induk, muslimin lemah.
Untuk mengembalikan kekuatan muslimin, selain Ilmu, pertolongan Allah dan hidup bersatu, berjama’ah adalah solusinya.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Nabi saw berpesan kepada sahabat Huzaifah Al-Yaman dalam hadistnya yang panjang, “…tetapilah Jamaah Muslimin dan Imam mereka.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Demikian kiranya semoga dapat menyadarkan diri kita semua tentang kelemahan yang dimiliki manusia. Guna memperoleh kekuatan dan kemenangan umat Islam kembali, dengan berbekal ilmu, selalu mengharap pertolongan kepada Allah dan hidup bersatu, berjama’ah dalam satu kepemimpinan Al-Jamaah yakni Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah, niscaya kejayaan umat Islam akan kembali kita rasakan, Wallahu a’lam bis Showab. (AK/RS3/RS2)
*Staff Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika