Bangladesh Rencanakan Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pulau terpencil Thengar Char yang rawan banjir di Teluk Benggala, . (Foto: dok. Astroawani.com)

 

Dhaka, 3 Jumadil Awwal 1438/31 Januari 2017 (MINA) – Pemerintah Bangladesh mendorong rencana kontroversial untuk merelokasi puluhan ribu dari Myanmar ke sebuah pulau terpencil, meskipun diperingatkan bahwa pulau itu rawan banjir.

Pemerintah di Dhaka telah membentuk sebuah komite yang terdiri dari pejabat negara di daerah pesisir yang memerintahkan pihak berwenang untuk membantu mengidentifikasi dan merelokasi Warga Negara Myanmar yang tidak berdokumen ke Pulau Thengar Char di Teluk Benggala.

“Komite akan membantu memindahkan pengungsi baik yang terdaftar dan tidak terdaftar dari Myanmar ke Thengar Char dekat Pulau Hatiya di Distrik Noakhali,” kata perintah yang dikeluarkan oleh Divisi Kabinet pada Ahad (29/1) lalu yang diunggah secara daring (online), demikian Al-Jazeera memberitakannya.

Baca Juga:  Protes serangan ke Gaza, Turkiye Hentikan Ekspor Impor Dengan Israel

Namun, rencana relokasi tersebut memicu kemarahan dari tokoh masyarakat Rohingya.

Sementara badan PBB mengatakan bahwa relokasi paksa akan menimbulkan masalah yang sangat kompleks dan kontroversial.

Pulau Hatiya terletak di muara Sungai Meghna dan memerlukan perjalanan sembilan jam dari kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Ada sekitar 232.000 , baik yang terdaftar maupun tidak, sudah tinggal di Bangladesh sebelum lebih dari 65.000 pengungsi baru datang menyeberang akibat kekerasan yang dilakukan militer Myanmar di Negara Bagian Rakhine sejak Oktober lalu.

Kebanyakan dari mereka yang melarikan diri ke Bangladesh hidup dalam kondisi kumuh di kamp-kamp pengungsi di distrik Cox Bazar yang berbatasan dengan negara bagian Rakhine dan merupakan resor wisata terbesar di negara itu.

Baca Juga:  Ismail Haniya Ucapkan Terimakasih Atas Rencana Pembangunan RS Ibu dan Anak di Gaza

Untuk pertama kalinya, pemerintah Bangladesh memperdebatkan ide relokasi pengungsi pada tahun 2015, meskipun pulau itu dinilai tidak siap untuk menjadi tempat tinggal manusia.

Seorang pejabat di wilayah tersebut mengecam gagasan tersebut dan mengatakan bahwa pulau seluas 2.430 hektar itu hanya dapat diakses selama musim dingin dan merupakan “surga bagi bajak laut”.

Pejabat tersebut mengatakan, pihak berwenang menanam pohon di pulau tersebut dalam upaya menopang tanah dari air pasang laut dan banjir, tapi upaya tersebut setidaknya memerlukan masa satu dekade untuk selesai.

Sumber tersebut mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Pulau Thengar Char benar-benar banjir selama musim hujan.

“Itu ide yang buruk untuk mengirim seseorang untuk tinggal di sana,” kata pejabat itu. (T/RI-1/R01)

Baca Juga:  Universitas Brown Setujui Voting Tuntutan Mahasiswa Pro-Palestina

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.