Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banjir Jadi Tamu Tengah Malam di Kamp Pengungsi Gaza

Rudi Hendrik Editor : Zaenal Muttaqin - 15 detik yang lalu

15 detik yang lalu

0 Views

Kamp pengungsi di Gaza Selatan dibanjiri air hujan. (Foto: WAFA)

Gaza, MINA – Di kamp pengungsi sementara di sepanjang Jalur Gaza selatan, musim dingin telah tiba sebagai tamu yang tak kenal ampun, menimbulkan kesulitan yang tak tertahankan bagi keluarga pengungsi.

Diberitakan oleh Wafa pada Jumat (29/11), tenda-tenda rapuh yang didirikan tergesa-gesa di tengah bukit pasir Rafah dan Khan Younis yang tersapu angin, tidak mampu menahan dingin yang menggigit dan gelombang hujan yang tak henti-hentinya. Saat air laut merambah tempat penampungan sementara mereka, keluarga pengungsi menghadapi ujian berat lainnya untuk bertahan hidup.

Tadi malam, saat hujan mengguyur tenda-tenda, tangisan para pengungsi memenuhi udara. Saat mereka tidur, air mengalir ke dalam tenda mereka tanpa peringatan, menjadi tamu tak diundang di tengah malam.

Bagi banyak orang, seperti Ahmed Khalifa (46), seorang ayah delapan anak, badai itu lebih dari sekadar ketidaknyamanan.

Baca Juga: UNICEF: 2.500 Anak Gaza Harus Dievakuasi untuk Perawatan Medis di Luar Negeri

Khalifa duduk di tendanya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran saat ia melihat anak-anaknya gemetar kedinginan, pakaian mereka basah kuyup oleh hujan lebat. Tanpa pakaian kering untuk diganti, tanpa selimut untuk melindungi mereka, mereka meringkuk bersama untuk mendapatkan kehangatan.

“Kami tertidur, dan kemudian pada tengah malam, hujan mulai turun dari semua sisi tenda,” kenang Khalifa. “Saya tahu tenda itu tidak cukup kuat untuk menahan hujan sebanyak ini, tetapi saya tidak punya alat untuk memperkuatnya.”

Ini adalah ketiga kalinya pada pekan itu Khalifa mendapati dirinya dalam situasi serupa, tidak mampu memperbaiki tendanya atau membeli yang baru. Setelah malam yang panjang dan pahit, Khalifa menghabiskan pagi hari dengan membangun penghalang pasir di sekitar tendanya, berharap menghentikan banjir yang datang.

Sementara itu, istrinya menunggu matahari terbit sehingga ia dapat mengeringkan pakaian dan perabotan anak-anak mereka yang basah, berharap dapat menyelamatkan apa pun yang mereka bisa dari hujan lebat.

Baca Juga: Israel akan Ajukan Banding terkait Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Situasinya sangat buruk bagi mereka yang tinggal di sepanjang pantai, di mana air pasang mulai merembes ke dalam tenda-tenda, karena permukaan air dari laut menembus gundukan pasir. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Biden Setujui Pengiriman Senjata Baru ke Israel Senilai 680 Juta USD

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Internasional
Tausiyah
Indonesia
Indonesia
MINA Preneur