Washington, 29 Rabi’ul Awwal 1437/8 Januari 2016 (MINA) – Pertumbuhan global mengecewakan lagi pada 2015 – melambat menjadi 2,4 persen – dan diharapkan pulih pada kecepatan lebih lambat daripada yang dibayangkan sebelumnya, Kelompok Bank Dunia mengatakan Jumat (8/1) dalam laporan terbarunya.
Bank Dunia juga memperingatkan, perlambatan berbasis luas di negara-negara berkembang bisa menimbulkan ancaman bagi pertumbuhan yang diraih dengan susah payah dalam mengentaskan orang dari kemiskinan.
Sambil mengingatkan bahwa pertumbuhan yang lemah di antara pasar negara berkembang utama akan membebani pertumbuhan global pada 2016, Prospek Ekonomi Global Bank Dunia Januari 2016 menyatakan, aktivitas ekonomi masih harus menempuh kecepatan pertumbuhan biasa menjadi 2,9 persen dari 2,4 persen pertumbuhan pada 2015. Sementara pemulihan sederhana di negara maju terus berlangsung dan aktivitas stabil di kalangan eksportir komoditas utama.
Menurut laporan tersebut, limpahan dari pasar negara berkembang besar akan menghambat pertumbuhan di negara berkembang dan menimbulkan ancaman bagi pertumbuhan yang dicapai dengan susah payah dalam mengentaskan orang dari kemiskinan.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Lebih dari 40 persen penduduk miskin dunia tinggal di negara-negara berkembang, tempat pertumbuhan melambat pada 2015,” kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, sambil menekankan agar negara-negara berkembang fokus pada upaya membangun ketahanan terhadap lingkungan ekonomi lemah dan melindungi yang paling rentan.
Manfaat dari reformasi atas tata kelola pemerintahan dan kondisi bisnis berpotensi besar dan dapat membantu mengimbangi efek pertumbuhan yang lambat di negara-negara besar, tambahnya.
Menurut laporan itu, seperti dikutip WAM dan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), pertumbuhan ekonomi global kurang dari yang diharapkan pada 2015 akibat penurunan harga komoditas, perdagangan dan arus modal lesu, serta episode gejolak keuangan melemahkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan lebih laju ke depan akan tergantung pada melanjutkan momentum di negara-negara berpenghasilan tinggi, stabilisasi harga komoditas, dan transisi bertahap China menuju model pertumbuhan yang lebih konsumtif dan berbasis jasa.
Negara berkembang diperkirakan akan mencapai pertumbuhan 4,8 persen pada 2016, kurang dari yang diharapkan sebelumnya namun meningkat dari level rendah pasca krisis sebesar 4,3 persen pada tahun yang baru saja berakhir.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Bank Dunia mengatakan, pertumbuhan diproyeksikan akan semakin melambat di Cina, sementara Rusia dan Brasil diperkirakan tetap dilanda resesi pada 2016.
Dengan dipimpin India, kawasan Asia Selatan diproyeksikan menjadi kawasan dengan pertumbuhan cerah. Kemitraan Tras-Pasifik yang baru saja dinegosiasikan bisa memberikan dorongan menggembirakan bagi perdagangan.
“Ada perbedaan besar dalam kinerja antara negara-negara berkembang. Dibandingkan dengan enam bulan lalu, risiko telah meningkat, terutama yang terkait dengan kemungkinan perlambatan tak teratur di ekonomi berkembang utama,” kata Vice President dan Chief Economist Kelompok Bank Dunia, Kaushik Basu.
“Kombinasi kebijakan fiskal dan bank sentral dapat membantu mengurangi risiko dan mendukung pertumbuhan.” (T/R07/P001)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)