Sudan, MINA – Bank Sentral Sudan mulai mencetak uang kertas 100 pound untuk pertama kalinya untuk mengatasi krisis likuiditas dan inflasi yang merajalela, kantor berita negara SUNA melaporkan pada Ahad (30/9).
Dalam beberapa bulan terakhir, likuiditas mata uang lokal di bank komersial telah mengering, dengan antrian panjang di luar bank dan batas penarikan harian jatuh ke serendah 500 pound Sudan ($ 17,06) di beberapa tempat.
Uang kertas terbesar sebelumnya di Sudan adalah 50 poundsterling.
Pembatasan berapa banyak uang tunai tersedia untuk bank komersial adalah salah satu langkah yang ditujukan untuk membatasi inflasi yang merajalela dan mengatasi krisis ekonomi yang dapat menggagalkan rencana Presiden Omar al-Bashir untuk memperpanjang kekuasaannya yang hampir tiga dekade.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Ekonomi Sudan telah memburuk sejak selatan negara Afrika timur laut yang luas itu memisahkan diri pada tahun 2011, dengan mengambil tiga perempat dari produksi minyak dan mencabut Khartoum sebagai sumber mata uang asing yang penting.
Pada awal September, 11 bulan setelah Amerika Serikat mencabut sanksi perdagangan 20 tahun, Bashir membubarkan pemerintahannya, dan dalam keadaan sulit dan frustrasi, Sudan memangkas sepertiga dari dana kementerian.
Lebih dari 60 persen, tingkat inflasi Sudan, salah satu yang tertinggi di dunia. Sementara nilai mata uangnya terus meorosot. Satu pound dinilai kurang dari setengah dolar di pasar gelap yang telah secara efektif menggantikan sistem perbankan formal seperti yang terjadi setahun lalu.
Bank Sentral Sudan telah mendevaluasi mata uangnya yang dipatok dari 6,7 menjadi sekitar 29 pound per dolar pada tahun lalu, tetapi tingkat pasar gelap masih lebih rendah, sekitar 45 pound pada hari Minggu. (T/RS3/P1)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)