Lhokseumawe, Aceh, MINA – Sebanyak 99 orang Muslim Rohingya yang terdampar di perairan Aceh Utara, diselamatkan Senin (21/06), ditempatkan sementara di eks Gedung Imigrasi, Puenthet, Lhokseumawe.
Panglima Laot, Seunuddon, Aceh Utara, M Hasan, mengatakan, alasan membantu Muslim Rohingya karena mereka adalah hamba Allah. Demikian wartawan MINA melaporkan dari Lhokseumawe, Rabu (1/7).
“Kami harus membantu sesama hamba Allah. Orang Aceh sifatnya harus membantu, karena orang Aceh tidak bisa melihat orang lain sengsara. Badan mereka kurus semua, khususnya anak-anak. Rasa iba dan kasih sayang kami muncul seketika,” katanya.
Panglima Laot di Aceh berfungsi sebagai ketua adat bagi nelayan. Melaksanakan, memelihara, dan mengawasi adat istiadat di laut Aceh.
Baca Juga: Silaknas 2024, ICMI Undang Presiden dan Wapres
Jumlah pengungsi Muslim Rohingya yang terdata secara keseluruhan mencapai 99 jiwa, 17 orang pria, 49 orang perempuan, 10 anak laki-laki dan 22 anak perempuan serta seorang bayi perempuan, sementara 15 orang lainnya telah meninggal selama dalam perjalanan disebabkan kekurangan makanan dan sanitasi, sehingga banyak yang terserang berbagai jenis penyakit dan jenazahnya dibuang ke laut.
Muslim Rohingya yang tengah dalam perjalanan dari Bangladesh menuju Malaysia tersebut terombang-ambing di perairan Aceh Utara disebabkan mesin kapal yang mereka tumpangi, mengalami kerusakan sehingga air menutupi hampir setengah lambung kapal.
Sementara itu, menurut keterangan relawan Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA), Nikmah Kurnia Sari yang juga Direktur Pos Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Aceh Tengah dan Bener Meriah, tujuan Muslim Rohingya tersebut adalah Malaysia.
“Sebenarnya mereka semua ingin ke Malaysia mengadu nasib dan mencari pekerjaan, karena tidak memungkinkan lagi tinggal di negara mereka akibat tidak ada kepastian keamanan diri dan keluarga,” ujarnya.
Baca Juga: Taiwan Rayakan 48 Tahun Kerja Sama Pertanian dengan Indonesia
Menurut keterangan Kepala Desa Lhok Puuk, T. Bakhtiar, penyelamatan yang dilakukan nelayan terhadap Muslim Rohingya tersebut awalnya didasari oleh keraguan.
“Hari ini isu corona lagi besar. Dia sudah pada takut jika yang dilakukan salah, namun karena iba melihat banyak perempuan dan anak-anak terkulai lemas, maka kejadian itu dilaporkan ke pemerintah desa,” ujarnya.
Setelah berita ini tersebar dan koordinasi dengan banyak pihak, Bakhtiar bersama Panglima Laot, beberapa masyarakat dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan atau Muspika menuju lokasi untuk melihat kebenarannya.
“Sesampai di laut, mereka kelihatan lapar dan haus semua ada yang menangis, ada saya lempar minuman dan makanan dan mereka berebutan karena kelaparan dan kehausan. Kami berusaha keras untuk tolong mereka. Kasarnya, kita rawat 30 anak-anak, satu desa 10 orang, sampai segitu pemikiran kami saat itu demi harus menolong mereka,” katanya.
Baca Juga: Prof El-Awaisi: Makkah Tempat Hidayah, Madinah Tempat Rahmat, Baitul Maqdis Tempat Jihad
Sementara, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi berencana memindahkan lokasi penampungan 99 orang etnis Rohingya di Aceh ke tempat pengungsian yang lebih layak.
Menurut Retno, rencananya para pengungsi dipindahkan ke Balai Latihan Kerja Meunasah, Mee Kandang, Muara Dua, Lhokseumawe.
“Para migran sekarang ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe. Dan mulai 1 Juli, menurut rencana, akan dipindahkan ke lokasi yang lebih proper sarananya,” katanya. (L/B07/B03/P1).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Selasa Siang Hingga Sore Ini