Myanmar, MINA – Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka Urusan Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana (Abdimasgana) Eko Sulistio mengatakan, Gerakan Pramuka terus berupaya melakukan misi kemanusiaan untuk membantu etnis Rohingya dengan menembus tiga lokasi untuk mendistribusikan bantuan.
Saat ini, Eko Sulistio masih bertahan di Myanmar untuk membantu etnis Rohingya yang menjadi korban kekejaman Pemerintah Myanmar. Di pengungsian itu Eko memberikan 200 paket makanan untuk 200 kepala keluarga.
Tiga lokasi yang sudah berhasil ia tembus di Negara Bagian Rakhine yakni daerah kamp pengungsi Kwakpyu, Thay Chawy di Sittwey, daerah Zaitula Ghuna Village dan daerah kamp pengungsi Meseri Dash di Sittwey, .
“Di setiap lokasi alhamdulillah kami berhasil mendistribusikan 200 paket makanan atau sembako, meski saya akui tidak mudah untuk bisa sampai ke tempat itu karena faktor keamanan yang sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan diri kita,” ujar Eko sebagaimana keterangan pers yang diterima MINA, Rabu (22/11).
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Setidaknya ada tiga alasan kenapa Eko kembali ke Myanmar untuk melakukan misi kemanusiaan. Pertama, tidak ada bantuan dari negara donor yang datang ke Sittwey, Rakhine. Kedua, negara-negara donor semua tertuju ke Bangladesh, karena masih ada lebih 620 ribu pengungsi etnis Rohingya di sana.
“Ketiga, kelaparan di Myanmar sangat parah, warga etnis Rohingya tidak ada mata pencaharian. Mau pergi melaut mencari ikan saja dilarang oleh pemerintah setempat,” ungkapnya.
Eko bertolak ke Myanmar pada 8 November 2017 setelah mendapat izin dari Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dan Wakil Ketua Kwarnas Bidang Abdimasgana Mayor Jenderal TNI Muhammad Herindra.
Belum dapat dipastikan berapa lama Eko di Myanmar. Sebab, etnis Rohingya masih sangat membutuhkan bantuan dari negara asing.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
“Selama ini mereka hidup hanya mengandalkan bantuan dari negara-negara asing, karena memang hak kewarganegaraan mereka tidak diakui. Jadi, mereka tidak bisa mendapatkan hak, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi,” jelasnya.
Keterlibatan Eko dalam misi kemanusiaan di Myanmar sudah dilakukan sejak tahun 2012. Dalam menjalankan tugasnya, ia kerap dibantu oleh para relawan setempat. Ia terus berharap dan berdoa semoga krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya segera berakhir.
“Semoga bantuan kemanusiaan ke depan dapat lebih leluasa dan bantuan yang datang lebih banyak. Lebih dari itu, harapan terbesar kami krisis kemanusiaan ini bisa diakhiri,” tutup Eko. (R/R09/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza