Bantuan Kemanusiaan BAZNAS, Mengantarkan Amanah untuk Korban Gempa Suriah (I)

Oleh: Yudhiarma MK, M.Si (Kabag Humas BAZNAS, anggota Tim Kemanusiaan BAZNAS untuk Korban )

Pagi yang dingin dan mendung di langit Aleppo, menghangat saat matahari menyeruak di balik awan. Kehangatan yang sama mengalir di pipi Ghaniah Khairawi (42 tahun), salah seorang penyintas yang menerima .

“Terima kasih Indonesia, ini meringankan kami dalam menjalankan ibadah Ramadhan bersama keluarga,” ujar warga yang kehilangan suami saat konflik bersenjata 2011-2016 ini, dengan mata berkaca-kaca, Sabtu (1/4/2023).

Ghaniah adalah bagian dari korban bencana. Ia kehilangan anak saat gempa datang menimpa. Kini ia masih tinggal di pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat dan donasi internasional.

Sebulan menjelang Ramadhan, Senin, 6 Februari 2023, guncangan dahsyat dengan magnitudo 7,8 skala Richter, melanda Turki dan Suriah. Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sekitar 50 ribu korban meninggal dunia. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), mengirimkan bantuan dan tim kemanusiaan ke kedua negara tersebut.

Seusai delegasi pertama menyelesaikan tugas di Turki, BAZNAS mengutus tim ke Suriah. Selain bencana alam, Negeri Syam ini menghadapi musibah lebih berat akibat embargo internasional pasca-konflik bersenjata yang terjadi lebih dari lima tahun.

Pada hari pertama, Jumat, 24 Maret 2023 (2 Ramadhan 1444 H), Tim Kemanusiaan BAZNAS untuk Korban Gempa Suriah, yang dikoordinatori Dr. Imdadun Rahmat dan beranggota Fitriansyah Agus Setiawa), Taufiq Hidayat dan Yudhiarma MK, berangkat ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun tantangan perdana menghadang, tim batal berangkat karena menghadapi kendala teknis sistem koneksi antar maskapai penerbangan.

Sebagai informasi, akibat embargo dunia internasional, hanya ada dua flight ke Damaskus, Syrian Airlines milik Pemerintah Suriah dan Cham Wings dari maskapai swasta setempat yang membawa tim BAZNAS.

Tiket tidak setiap hari tersedia dan hanya bisa dipesan melalui agen tertentu. Hampir semua penerbangan di Timur Tengah, tidak terkoneksi secara sistem dengan maskapai Suriah, sehingga menyebabkan keberangkatan tim BAZNAS batal dan terpaksa dijadwal ulang pada hari berikutnya.

Sebab pihak maskapai tak berani memberangkatkan penumpang, jika belum ada kepastian penerbangan lanjutan dari kota di negara persinggahan ke Damaskus, seperti boarding pass atau visa transit karena ada risiko hold: “terkurung” di bandara.

Untuk memudahkan perjalanan, melalui sambungan telepon Dr. Imdad, tim BAZNAS dibantu Dubes RI untuk Suriah, Dubes RI untuk Qatar dan Dubes RI untuk Uni Erimat Arab (UEA). Karena, penerbangan melewati rute tiga negara tersebut: Jakarta (Indonesia)-Doha (Qatar)-Sharjah (UEA)-Damaskus (Suriah).

Hari kedua, Sabtu, 25 Maret 2023 (3 Ramadhan 1444 H), Tim Kemanusiaan BAZNAS kembali berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Setelah lama menunggu dengan ketidakpastian, boarding pass baru bisa dicetak dua jam menjelang keberangkatan. Akhirnya, tim pun berhasil terbang, Ahad dini hari pukul 01.25, dan mendarat di Damaskus pada 19.00 waktu setempat, setelah mengudara selama 14 jam dan transit di Doha (Qatar) dan Sharjah (UEA).

Hari ketiga, Ahad, 26 Maret 2023 (4 Ramadhan 1444 H), tim mendarat saat azan Maghrib berkumandang, pertanda berbuka puasa di hari keempat Ramadhan. Rombongan BAZNAS disambut perwakilan KBRI Damaskus dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah. Saat berada di luar bandara, tim menghadapi cuaca 7 derajat Celcius, masih transisi dari akhir musim dingin ke awal musim semi.

Sementara itu, efisiensi energi membuat Bandara Internasional Damaskus minim penerangan. Selama perjalanan ke hotel, banyak titik lokasi gelap gulita. Saat memasuki kota, rombongan melewati beberapa pos penjagaan (check point) yang dikawal tentara.

Saat tim mencari lokasi untuk rapat dengan PPI, banyak gedung “mati lampu” terkena pemadaman bergilir. Listrik menyala hanya selama 2-5 jam untuk setiap zonasi. Di pusat-pusat perbelanjaan, hotel, restoran dan perkantoran, terlihat mesin-mesin genset yang dijadikan sarana untuk sumber penerangan.

Hari keempat, Senin, 27 Maret 2023 (5 Ramadhan 1444 H), Tim Kemanusiaan BAZNAS mengikuti rapat koordinasi persiapan penyaluran bantuan, bersama KBRI Damaskus dan PPI, yang dipimpin Dubes RI untuk Suriah, Wajid Fauzi.

Tim membahas teknis pengadaan, branding, pengepakan, penyiapan, pengiriman, hingga pembagian bantuan untuk warga terdampak gempa di dua lokasi: Aleppo dan Latakia.

Rapat yang berlangsung dari pagi hingga sore ini, menyepakati pembagian tugas untuk penyaluran bantuan ke dua kota, masing-masing terdiri atas 1000 paket dari total 2000 logistik senilai 400 juta lira atau setara 800 juta rupiah.

“Alhamdulillah, kami sangat menghargai langkah BAZNAS yang ikut membantu korban gempa Suriah,” kata Dubes Wajid Fauzi seraya menyebutkan, bahwa ini melengkapi bantuan Pemerintah Indonesia yang dikoordinasi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang dikirimkan pada 22 Februari 2023.

“Kedatangan BAZNAS memperkuat upaya kita bersama dalam mengharumkan nama bangsa, dengan memberikan bantuan untuk para korban gempa,” ucap Dubes Wajid yang juga menjembatani koordinasi dengan Bulan Sabit Merah Suriah.

Hari kelima, Selasa, 28 Maret 2023 (6 Ramadhan 1444 H), Koordinator Tim Kemanusiaan BAZNAS, Dr. Imdad dan Dubes RI, mengikuti rapat koordinasi persiapan penyaluran bantuan dengan Presiden Bulan Sabit Merah Suriah, Khaled Hboubati, di kantor pusat Bulan Sabit Merah Suriah, di pusat Kota Damaskus.

Tim juga membahas teknis pengadaan, branding, pengepakan, penyiapan, pengiriman, hingga pembagian bantuan untuk warga terdampak gempa di dua lokasi: Aleppo dan Latakia. Semua proses penyaluran bantuan dilakukan bersama dengan tim Bulan Sabit Merah yang ada di dua kota tersebut. (Bersambung). (AK/RE1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.