Jakarta, MINA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas berharap pemerintah memiliki kebijakan afirmatif secara struktural untuk membantu petani keluar dari jerat kemiskinan.
Petani di Indonesia menurutnya masih sering dianggap sebagai masyarakat kelas dua atau tiga.
“Kita harus membantu, pro-petani, dan mendorong inovasi dan teknologi modern,” ujar Anwar seperti dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Sabtu (24/6).
Selama ini, Anwar menilai terjadi paradoks pertanian di Indonesia. Di satu sisi produksi pertanian melimpah, di sisi lain pemerintah mengimpor pangan. Karena minim dukungan struktural, termasuk dukungan inovasi dan teknologi pertanian, produksi pertanian dan nasib petani menjadi kurang menguntungkan.
Baca Juga: Pesantren Al-Fatah Lampung dan AWG Kembangkan Literasi Kepalestinaan
“Paradoks. Kepentingan politik jauh lebih menonjol dibandingkan kepentingan pro-petani,” singgungnya.
Sementara itu, dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Rizqa Sepriyanti Burano menyebut, pada 2022, masih banyak petani yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini dikarenakan lahan yang diusahakan kecil, petani kurang kreatif, dan tidak memiliki jiwa wirausaha, yang pada akhirnya berakibat pada pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran.
Atas permasalahan tersebut, Rizqa memberikan rekomendasi agar petani dapat melakukan inovasi pertanian hidroponik. Lahan yang kecil tidak menjadi kendala dalam menghasilkan produksi pertanian dalam jumlah yang lebih banyak. Selanjutnya petani dapat menjual hasil pertaniannya dengan memanfaatkan teknologi digital yaitu pasar digital dalam bentuk aplikasi.
Senada dengan Rizqa, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta Elfarisna berharap pemerintah memperhatikan dukungan pada aspek pertanian secara berkelanjutan yang memperhatikan tiga aspek yaitu ekologi, sosial dan ekonomi.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Senin Ini Beragam, Mulai dari Berawan Hingga Hujan Ringan
Sesuai data, akan terjadi penurunan produksi pangan pada 2050 akibat perubahan iklim ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang pesat.
Elfrina menyarankan penanaman lahan kosong, irigasi untuk lahan kering dan pengembangan irigasi, peningkatan tanaman pangan kultur jaringan, diversifikasi pangan, dan memaksimalkan peran petani. (R/R5/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG Tasikmalaya Gelar Long March Gerak Jalan Cinta Al-Aqsa