Pidie Jaya, Aceh, 11 Rabiul Awwal 1438/11 Desember 2016 (MINA) – Relawan dari Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) sudah mulai melakukan assessment awal terkait bencana gempa di Pidie Jaya. Koordinator relawan, Mulkan, kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad, (11/12) di Pidie Jaya mengatakan relawan sudah mulai bekerja.
“Hari ini kami turunkan relawan untuk berkoordinasi dengan lembaga terkait, mana-mana saja celah yang belum dijamah oleh relawan yang sejak hari gempa sudah beroperasi.”
Menurut dia, belum semua korban tersentuh bantuan secara merata karena jangkauan relawan dan bantuan hanya sebatas di pinggir jalan. “Korban di pelosok banyak yang belum terjangkau bantuan, utamanya dibutuhkan relawan yang siap membantu membersihkan puing-puing rumah yang rusak akibat gempa.”
Sembilan relawan UAR dibantu satu orang relawan lokal terus berkoordinasi dengan lembaga kemanusian setempat untuk mengefektifkan bantuan baik tenaga, makanan, kebutuhan pakaian, dan lain-lain. Relawan UAR berasal dari Lampung, Jambi, Sumatera Utara, dan Aceh. Mulkan mengatakan, sebagian relawan UAR juga sudah mulai didistribusikan ke warga-warga sekitar guna membantu membersihkan puing-puing rumah pasca gempa.
“Kita ini tim awal sebenarnya untuk assessment, cuma karena banyak warga yang meminta bantuan untuk bersihkan puing gempa, kami bagi tugas juga,” katanya. “Karena itu kami mengajak kaum muslimin dari berbagai daerah khususnya relawan UAR untuk segera bergabung membantu warga terdampak gempa.”
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Sementara Muhammad Dyah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ditemui MINA di Posko Tanggap Darurat Bencana Pidie Jaya mengatakan, bantuan tidak merata disebabkan kurang koordinasi antara LSM dengan pusat komando di lapangan.
“Banyak media memberitakan bantuan tidak merata, penyebabnya sebenarnya karena banyak LSM tidak mendaftar dan berkoordinasi kepada kami, akhirnya bagikan bantuan di jalan-jalan yang memang sudah banyak terima bantuan. Kalau ada koordinasi kami bisa arahkan bantuan ke lokasi yang belum tersentuh,” katanya.
Mengenai kebutuhan yang banyak diperlukan oleh korban, Muhammad mengatakan yang mendesak adalah tenda, sarana air bersih dan keperluan lain selama di pengungsian. “Sudah masuk tenda 20 langsung disalurkan, karena masih dibutuhkan 60 tenda lebih karena jumlah pengungsi terus bertambah, selain itu juga air bersih dan juga keperluan lainnya.
Hasil pantauan wartawan MINA di lapangan, data per 10 Desember 2016 dari BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) menunjukkan, jumlah pengungsi tercatat 65.064 orang dan kemungkinan bertambah menyusul intensnya gempa susulan. Banyak warga yang trauma dan tidak berani tidur di rumah, terpaksa mengungsi ke menasah/musholla dan tenda-tenda.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Sementara jumlah korban meninggal dunia 101 dengan 93 jiwa sudah teridentifikasi, luka-luka 666 jiwa. Kerusakan infrastruktur, rumah 11.378 unit, ruko 109 unit, masjid 58 unit, menasah/musholla 88 unit, kantor desa 5 unit, jembatan desa 50 unit, kantor pemerintahan 4 unit, jalan lingkungan 14800 meter sekolah 33 unit, pasar ikan 1 unit. (L/hbb/K08/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain