Beirut, MIN – Sekretaris Jenderal Prakarsa Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, menggambarkan tahap saat ini masalah Palestina sedang mengalami tantangan serius menghadapi gagasan perdamaian “Kesepakatan Abad Ini” yang diajukan Amerika Srikat .
Barghouti mengatakan dalam dialog yang diselenggarakan oleh Pusat Konsultasi dan Kajian Strategis Yabous di Tepi Barat bersama tokoh intelektual, politisi dan peneliti.
“Kesepakatan Abad Ini berdiri di atas dua pilar, pertama aneksasi Yerusalem dan Lembah Jordan, atau 29 persen dari Tepi Barat, sambil membuka pintu untuk aneksasi wilayah lain di Area C. Sehingga wilayah yang direncanakan akan dianeksasi berkisar antara 50 hingga 60 persen di Tepi Barat,” ujarnya. Seperti dilaporkan Wakalah Quds, Senin (5/10).
Dia menambahkan, Pilar kedua adanya normalisasi beberapa negara Arab dengan Israel, yang berarti pengkhianatan atas Inisiatif Arab dan pengakuan atas negara pendudukan.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Menurutnya, Israel telah membuat jebakan besar untuk Palestina melalui Perjanjian Oslo, dengan janji solusi dua negara, yang tak pernah ditepati.
Barghouti mencatat bahwa “kesalahan terbesar dalam perjanjian Oslo adalah penandatanganan perjanjian tanpa ada tanda-tanda penghentian pembangunan permukiman dan tanpa mengakui negara Palestina.”
Israel memanfaatkan sepenuhnya jebakan ini dengan meningkatkan jumlah pemukim dari 110 ribu menjadi 750 ribu, lanjutnya.
“Semua ini membuktikan kegagalan strategi Palestina menghadapi Amerika Serikat sebagai mediator, serta kegagalan bertaruh pada negosiasi sebagai cara untuk mendapatkan Negara,” imbuhnya.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Barghouti menekankan perlunya mewujudkan strategi alternatif berdasarkan pada enam pilar utama/
Pertama mencapai persatuan nasional Palestina untuk membentuk kepemimpinan Palestina yang bersatu, kedua meningkatkan perlawanan rakyat dalam segala bentuk dan komponennya.
Ketiga, mendukung ketabahan terutama kaum muda dari mengungsi, dan keempat meningkatkan gerakan boikot dan sanksi terhadap Israel.
Kelima, membangun kembali integrasi antara komponen rakyat Palestina di dalam dan di luar negeri, serta keenam menekan lawan dengan segala cara, baik melalui media, politik dan budaya.
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
“Perjuangan kami melawan pendudukan akan terus berlangsung meskipun adanya normalisasi. Itu tidak boleh membuat kami frustrasi dan mengurangi perasaan kami bahwa orang-orang Arab masih berdiri di sisi kami,” ujarnya. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi