Belajar dari Cerminan Pemuda Islam Masa Lalu

Rendy Setiawan. (dok. Panitia)

Oleh: Rendy Setiawan*

Allah Ta’ala berfirman:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Alhamdulillahirabbil’alamin. Sebagai seorang , sudah seyogyanya harus bangga. Bukan saja karena berada pada masa usia keemasan, tetapi pemuda adalah sosok pelopor perubahan. Berbagai perubahan yang terjadi di setiap bangsa, pemuda adalah penggeraknya. Di balik setiap transformasi sosial, motor utamanya tak lain adalah pemuda. Ibarat sang surya, maka pemuda bagaikan sinar matahari yang berada pada tengah hari dengan terik panas yang menyengat.

Berbagai bakat, potensi, kecenderungan, baik mengarah kepada kebaikan maupun kepada kejahatan memiliki dorongan yang sama kuatnya ketika pada masa muda. Itulah sebabnya, kegagalan dan keberhasilan seseorang, kematangan kepribadian manusia pada masa tua ditentukan oleh masa mudanya.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam sebuah hadits, di antara tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala pada hari ketika tak ada naungan selain naungan-Nya, adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam pentas sejarah , dengan mudah didapati pemuda-pemuda yang namanya terukir dengan tinta emas. Mereka layak menjadi uswah (teladan) bagi pemuda generasi sekarang. Panutan yang sangat riil di saat pemuda kini kehilangan figur yang bisa dicontoh. Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah contoh paling gampang untuk kita tiru. Sepanjang ia muslim, maka akan mengenali siapa Muhammad Rasulullah itu.

Dalam beberapa tulisan mengenai biografi tentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ditemukan beberapa realita menarik mengenai optimilasisasi potensi pemuda, antara lain:

Pertama, pemuda memiliki strategi matang dan mengetahui secara mendetail ‘peta potensi’ mereka. Sebagai contoh kecil, sahabat Usamah bin Zaid yang ketika itu masih berusia 18 tahun, sudah diutus menjadi panglima perang dalam ekspedisi militer ke negeri Syam. Padahal masih banyak sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan lain sebagainya.

Demikian juga Mu`adz bin `Amru bin Al-Jamuh, dan Mu`awwidz bin Al-`Afra, meski keduanya berumur begitu belia, namun karena memiliki kecakapan militer, mereka pun diizinkan berpartisipasi dalam medan jihad yang akhirnya keduanya menemui syahid di medan laga.

Zaid bin Tsabit diketahui mempunyai potensi dalam bidang keilmuan, sehingga dianjurkan oleh Nabi untuk mempelajari bahasa asing, dan kelak menjadi penulis wahyu. Jadi, untuk mengoptimalisasikan potensi pemuda, kita harus memiliki setrategi matang serta mengetahui terlebih dahulu apa potensinya.

Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga sangat menyadari pentingnya pemuda. Bagi Rasulullah, pemuda mempunyai dampak besar dalam perjalanan paling penting dakwah Islam. Karena itu, tidak heran jika dakwah pertama kali Rasulullah diorientasikan pada pemuda. Tersebutlah nama-nama seperti Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam hingga Umar bin Al-Khattab. Yang semuanya memeluk Islam dalam usia masih muda.

Ketiga, menyediakan sarana efektif untuk pemberdayaan pemuda. Salah satunya ialah melalui media pendidikan. Baik itu menyangkut akademis, militer, kesehatan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, pasca pertempuran Badar, Rasulullah mempunyai ide strategis berupa penghapusan buta huruf.

Para tawanan Badar yang tak mampu menebus diri, akan dibebaskan jika mampu mengajari sepuluh dari anak-anak Muslim di Madinah hingga bisa membaca dan menulis. Di serambi masjid pun disediakan tempat khusus untuk aktivitas pendidikan, yang kemudian dinamakan Ash-Shuffah. Ratusan tahun kemudian ini menjadi disertasi Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur dan dibukukan dengan judul “Ash-Shuffah – Pusat Pendidikan Pertama Yang Didirikan dan Diasuh oleh Nabi Muhammad”.

Masih terkait dengan sarana pendidikan, pada zaman Khulafau Rasyidin, apa yang telah dilakukan Rasulullah dikembangkan sedemikian rupa. Mereka sangat peduli dalam pengoptimalan potensi pemuda. Media pendidikan yang telah berjalan, menjadi berkembang pesat. Mereka sangat memperhatikan nilai pemuda. Maka tidak mengherankan jika setiap kali menghadapi urusan pelik, sahabat sekaliber Umar bin Khattab selalu melibatkan pemuda.

Di masa daulah Umawi, didirikan banyak media pendidikan untuk anak, semua itu sebagai langkah kongkrit dalam mengoptimalkan pemuda.

Di masa daulah Abbasi, pun ditemukan lembaga yang sangat serius dalam mengoptimalkan potensi pemuda. Baitul Hikmah misalnya, merupakan tempat yang strategis sebagai wahana memaksimalkan potensi pemuda. Mereka mampu mengembangkan  potensi pemuda dengan sebaik-baiknya.

Adapula kisah pemuda Al-Kahfi, sebutan bagi para pemuda yang rela berdiam di dalam gua yang pengap. Mereka lebih memilih meninggalkan gemerlap kehidupan modern di kota daripada harus tenggelam dalam tatanan masyarakat yang rusak. Mereka para pemuda yang tak lagi memikirkan tawaran dunia sebab mereka lebih sibuk mengurus nasib akhirat. Alhasil, mereka itu sepakat menyelamatkan keimanan mereka dibanding mengurus dunia ini.

Kisah hebatnya peran pemuda tidak berakhir hanya pada masa serajah Islam di tanah Arab, namun juga merembet hingga ke wilayah Indonesia. Sebelum Indonesia meraih kemerdekaannya, terbukti beberapa peran pemuda membawa kejayaan Indonesia mengatasi penjajahan. Adalah Soegondo Djojo Poespito yang menginisiasi gerakan Sumpah Pemuda yang kemudian melahirkan point kebangsaan dan kebersamaan serta kesamaan nasib bangsa Indonesia.

Siapa Pemuda Itu?

Dalam Al-Quran digambarkan pemuda Ashhabul kahfi, yaitu sekelompok anak muda yang memiliki integritas moral (iman). Artinya: “Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Qs. Al-Kahfi [18]: 13)

Dalam hadits disebutkan kalimat, Syabaabaka Qabla Haramika (Masa mudamu sebelum masa tuamu). Dari ayat dan hadits tersebut tampak bahwa masalah kepemudaan oleh Islam sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat.

Karakteristik Pemuda Hebat

Menurut Imam Asy-Syafii (150-204 H), kriteria pemuda ada enam, yaitu:

Pertama, selalu menyeru kepada alhaq (kebenaran). Allah berfirman yang artinya: “Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (Qs. Al-A’raf [7]: 181)

Kedua, mereka itu yang mencintai Allah sehingga Allah pun mencintai mereka. Allah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Maidah [5]: 54)

Ketiga, saling melindungi dan saling mengingatkan satu sama lain serta taat menjalankan ajaran agama. Allah berfirman yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Taubah [9]: 71)

Keempat, memenuhi janjinya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Allah berfirman, yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (Qs. Ar-Ra’d [13]: 20)

Kelima, tidak pernah ragu dalam berkorban dengan jiwa dan harta mereka untuk kepentingan Islam. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada allah dan rasul-nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Qs. Al-Hujurat [49]: 15)

Keenam, selalu beribadah kepada Allah dan hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wassallam bersabda, “Ada tujuh (7) golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, (yaitu): pemimpin yang adil, pemuda yang (tumbuh) selalu beribadah kepada Allah, orang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, orang laki-laki yang senantiasa mengingat Allah (berdzikir kepada-Nya) dalam keseharian sampai air matanya mengalirkan, orang laki-laki yang diajak seorang wanita yang mulia lagi cantik lalu ia berkata, ”Aku takut kepada Allah yang menguasai seluruh alam”, dan orang laki-laki yang bersedekah dan menyembunyikan (amal) sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, dalam sejarah Islam di antara cara untuk mengoptimalisasikan potensi pemuda ialah dengan: setrategi matang, pengetahuain mendetail potensi pemuda, perhatian yang serius dalam segenap sisinya, menyiapkan sarana pendidikan yang kondusif dan intensif. (R06/P1)

*Penulis Adalah Wartawan MINA dan Mahasiswa STAI AL-FATAH Bogor, disampaikan dalam Seminar bertema “Jadilah Oase di Gurun Pasir (Insan Kamil di Akhir Zaman)” di Masjid At-Taqwa Cileungsi, Senin (8/4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.