Oleh Ali Farkhan Tsani*
Al-Quranul Karim adalah bacaan yang paling mulia (QS Al-Waqi’ah [56] : 77)., karena ia merupakan kalam Allah Yang Maha Mulia, dibawa oleh malaikat yang mulia Jibril ‘Alaihis Salam, diterima oleh Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, awal mula diturunkan pun pada bulan paling mulia yakni bulan suci Ramadhan.
Al-Quran diimani dan diikuti oleh umatnya yang mulia, yakni umat Islam. Orang yang mengetahui kemuliaan Al-Quran, ia pasti akan mencintanya, membacanya, menghayati kandungan isinya, berusaha menghafal ayat demi ayat-Nya, dan yang paling pokok adalah berusaha mengamalkannya secara keseluruhan/kaaffaah (totalitas) dalam kehidupan sehari-hari. Karena Al-Quran sebagai bacaan yang mulia itulah, maka seorang Muslim yang membacanya pun akan mendapatkan pahala dari huruf demi huruf yang dibacanya. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya…” (HR At-Tirmidzi).
Baca Juga: [WAWANCARA EKSKLUSIF] Ketua Pusat Kebudayaan Al-Quds Apresiasi Bulan Solidaritas Palestina
“Orang yang mahir membaca Al-Quran, ia akan bersama para malaikat mulia yang selalu berbakti. Ada pun orang yang membaca Al-Quran dan bacaannya belum bagus dan merasa kesulitan, ia akan memperoleh dua pahala.” (HR. Muslim)
Karena itu, sesuai dengan namanya, Al-Quran adalah bacaan, maka kita sendirilah yang menjadikan Al-Quran itu menjadi bacaan bagi diri kita sendiri. Bagi orang yang melalaikan Al-Quran sebagai bacaan, berarti ia sendiri telah menghilangkan Al-Quran itu sendiri dalam kehidupannya. Na’udzubillahi min dzalik.
Al-Quran sebagai Petunjuk
Kandungan Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang haq dan yang batil.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Artinya : “…Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)…”. (QS. Al-Baqarah [2] : 185).
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Al-Quran sebagai petunjuk maknanya, Al-Quran secara keseluruhan jika dikaji dan diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah. Al-Hafidz Al-Suyuthi juga menjelaskan, bahwa Al-Quran mengandung petunjuk yang dapat menghindarkan seseorang dari kesesatan, ayat-ayatnya sangat jelas serta berisi hukum-hukum yang menunjukkan seseorang kepada jalan yang benar.
Al-Quran sebagai Penawar
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra [17] : 82).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Al-Quran dapat menjadi penawar hati gundah dan pikiran resah. Sebagaimana dikisahkan, pada suatu hari, seseorang menemui sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, salah satu sahabat besar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, untuk meminta nasihat. Katanya, ”Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan sebagai obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak sakinah, jiwaku resah, dan pikiranku gundah. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak.”
Maka, Ibnu Mas’ud menasihatinya, ”Kalau itu penyakit yang menimpamu, bawalah dirimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, datanglah ke tempat orang yang sedang membaca Al-Quran. Di sana, engkau ikut membaca Al-Quran atau cukup mendengarkannya dengan baik. Kedua, pergilah ke tempat majelis ta’lim yang mengingatkan hati kepada Allah. Ketiga, carilah tempat yang sepi di malam sunyi. Di sana, engkau menyendiri bersama Allah waktu tengah malam buta untuk shalat tahajud. Lalu, mintalah kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan kemurnian hati.”
Demikian pula, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan keadaan setiap penghuni rumah tangga Muslim agar menghiasi rumahnya dengan alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Sebab, rumah yang di dalamnya tidak dibacakan ayat-ayat Al-Quran akan banyak keburukan perilaku, kegersangan jiwa, dan kesempitan pandangan kehidupan.
Apalagi pada bulan suci Ramadhan. Kita dianjurkan memperbanyakkan bacaan Al-Quran di dalamnya karena ia adalah bulan Al-Quran.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Bahkan, Malaikat Jibril senantiasa bertadarus Al-Quran dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setiap hari sepanjang Ramadan. Paling tidak satu hari satu juz, sehingga satu bulan khatam Al-Quran sekali. Mengapa tidak bisa juga padahal Allah sudah memberi begitu banyak waktu dalam setahun untuk bekerja, makan, jalan-jalan, bercengkerama dengan keluarga. Tidak mampukah kita membagi waktu untuk mengkhatamkan kalam ilahi? Insya Allah mampu, asal punya kemauan dan niat yang kuat.
Dengan selalu berinteraksi dengan Al-Quran akan senantiasa terhubung dengan Allah, hal itu akan mampu memberikan spirit, inspirasi, dan motivasi dalam kehidupan. Di sinilah Al-Quran dikatakan sebagai mukjizat dan rahmat bagi manusia dan alam. (R1/P02).
*Ali Farkhan Tsani, Penulis Da’i Pondok Pesantren Terpadu Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauli Shana’a, Yaman. Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency/MINA). Penulis dapat dihubungi melalui [email protected]
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat