Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ
Artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah (bersatu), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran [3] ayat 103).
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Sudahkah Muslimin bersatu? Jika sudah, seperti apa wujudnya? Jika belum, apa yang menghalangi?
Terbukti fakta di dunia internasional, sesama umat Islam saling berperang, satu sama lain saling membunuh. Justeru sebagian kelompok Muslim bersekutu dengan orang-orang kafir untuk membunuhi saudaranya Muslim yang lain. Jikalau ada persatuan, itu hanya berbentuk simbolis dalam pertemuan berskala internasional yang kemudian persatuan itu hanya sekuat jaring laba-laba, ketika diterpa angin, persatuan itu pun buyar seiring waktu.
Atau mungkin persatuan itu hanya berskala nasional, seperti yang ada di Indonesia. Apakah persatuan itu berwujud suatu kondisi yang tidak ada perang dan tidak saling serang verbal dan non-verbal antara sesama kelompok Muslim dalam suatu negeri?
Seandainya kondisi tersebut itulah yang disebut persatuan, maka mari kita lihat faktanya.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Meski tidak terlihat ada perseteruan yang mencolok di permukaan, tetapi faktanya, kelompok-kelompok Muslim yang berbeda saling memburuk-burukkan di belakang. Hakikatnya, di hati-hati mereka yang bergolongan memiliki rasa permusuhan dengan Muslim lain yang di luar kelompoknya.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan, Muslimin itu sifatnya bersatu secara lahiriah dan batiniyah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
مُّحَمَّدٌ۬ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَہُمۡۖ تَرَٮٰهُمۡ رُكَّعً۬ا سُجَّدً۬ا يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنً۬اۖ سِيمَاهُمۡ فِى وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٲلِكَ مَثَلُهُمۡ فِى ٱلتَّوۡرَٮٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِى ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡـَٔهُ ۥ فَـَٔازَرَهُ ۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِہِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنۡہُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath [48] ayat 29).
Meski tidak terlihat ada perseteruan yang mencolok di permukaan, tetapi faktanya, perbedaan kelompok otomatis memunculkan adanya pemimpin umat yang berbeda-beda. Dengan demikian, setiap kelompok memiliki prinsip, visi, misi, program, kebijakan, warna dan lain-lainnya juga berbeda. Jelas ini tidak bisa disebut bersatu. Perbedaan seperti ini sangat mudah menimbulkan gesekan dan permusuhan, terlebih-lebih ketika musim pemilihan pemimpin negara tingkat daerah hingga nasional. Intinya Muslimin tidak memiliki pemimpin tertinggi untuk skala nasional ataupun skala dunia.
Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan wujud persatuan yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama umat terbaiknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi satu-satunya pemimpin Muslimin seluruh dunia. Termasuk ketika sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma memimpin Muslimin dunia sebagai seorang khalifah.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan sifat persatuan dari umat Islam dalam firman-Nya,
إِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱعۡبُدُونِ
Artinya, “Sesungguhnya inilah umatmu, umat yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiyaa [21] ayat 92).
Ayat ini menunjukkan, semestinya umat Islam adalah umat yang satu, sebagaimana yang pernah diwujudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Namun, fakta sekarang adalah manusia berpecah belah, termasuk di dalamnya ada umat Islam. Dan kondisi ini telah Allah tetapkan dalam kalimat-Nya,
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ
إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَۚ وَلِذَٲلِكَ خَلَقَهُمۡۗ وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ
Artinya, “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, ‘sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya’.” (QS. Huud [11] ayat 118-119).
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun
Ayat ini menunjukkan, di antara perpecahan manusia ataupun Muslimin, ada sekelompok umat Islam yang mendapat rahmat Allah. Orang-orang yang diberi rahmat inilah yang disebut umat yang bersatu.
Tapi, timbul pertanyaan. Kelompok umat Islam yang model manakah yang mendapat rahmat Allah?
Rahmat (kasih sayang) Allah turun kepada banyak pihak. Namun, rahmat Allah yang diberikan kepada pihak yang berkaitan dengan persatuan Muslimin, disebutkan dalam sebuah hadits.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Artinya, “Persatuan adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyîr dengan derajat hasan).
Pengertian perpecahan sudah sangat kita pahami, tapi untuk “al-jama’ah” (persatuan) perlu digambarkan lagi sifat dan ciri-cirinya. Tentunya jawaban yang terkuat adalah jawaban yang berdasarkan pada Al-Quran dan hadis.
Ciri fisik al-jama’ah disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قثلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ فَمَاتَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ
Artinya, “…. Rasulullah menjawab, ”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka mereka pun akan menjerumuskan ke dalam neraka.” Aku (Hudzaifah) bertanya, “Ya Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami?” Rasulullah menjawab, “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya, “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini.” Rasulullah menjawab, “Pegang erat-erat jamaah kaum Muslimin dan imam mereka.”… (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Al-jama’ah adalah sekumpulan umat Islam yang saling berkasih sayang yang dipimpin oleh seorang imam untuk skala dunia.
Adapun sifat al-jama’ah disebutkan oleh Allah dalam QS. Ali Imran [3] ayat 103.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ
Artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah (bersatu), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran [3] ayat 103).
Jadi, umat Islam yang bersatu adalah Muslimin yang bersatu di bawah kepemimpinan seorang pemimpin tunggal untuk skala dunia. Selain mereka berkasih sayang, mereka juga hidup dalam tuntunan Al-Quran, dalam arti lain mereka melaksanakan Al-Quran dengan berjamaah, bersama-sama, tidak melaksanakan Al-Quran berdasarkan keputusan sendiri-sendiri.
Dengan terpimpinnya Muslimin di bawah satu komando tunggal, akan membentuk satu umat yang teratur.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan kecintaannya kepada golongan ini. Dikatakan dalam firman-Nya,
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّ۬ا كَأَنَّهُم بُنۡيَـٰنٌ۬ مَّرۡصُوصٌ۬
Artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff [61] ayat 4).
Karena memang, Muslimin itu seperti satu tubuh satu bangunan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Artinya, “Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (Shahih Muslim No.4684).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya, “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim).
والله أعلمُ بالـصـواب
(P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)