Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika Bukan Karena Rahmat Allah, Betapa Lemahnya Manusia

Bahron Ansori - Sabtu, 11 Mei 2024 - 13:39 WIB

Sabtu, 11 Mei 2024 - 13:39 WIB

165 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Tak ada manusia yang sempurna. Satu sama lain saling membutuhkan. Bahkan, tak pernah ada manusia yang mampu terlepas dari godaan setan terkutuk. Itulah di antara kelemahan-kelemahan yang dimiliki manusia. Karena itu, jika bukan karena rahmat Allah, niscaya manusia akan binasa di bumi ini. Berikut ini bukti pertolongan-pertolongan Allah berupa rahmatnya kepada manusia.

Pertama, jika bukan karena karunia Allah, pasti manusia tidak bisa bersih dari dosa. Inilah salah satu bukti kelemahan manusia di antara banyak kelemahan lainnya. Terkait manusia akan selalu ada dalam perbuatan dosa jika Allah tidak menurunkan karunia-Nya ini sesuai dengan firman-Nya,

وَلَوْلَا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ

“Dan seandainya bukan karena Karunia Allah & rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs. An-Nuur: 21).

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Allah Ta’ala juga telah menjadikan manusia cinta kepada keimanan sehingga ia membenci kekafiran dan semua jenis kedurhakaan. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَكِنَّ اللهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ؛ فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً

“Tetapi Allah telah menjadikanmu “Cinta” Kepada Keimanan, dan Menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada Kekafiran, Kefasikan, dan Kedurhakaan. Mereka itulah ‘Orang2’ yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia & nikmat dari Allah.” (Qs. Al Hujurat: 7-8)

Kedua, jika bukan karena rahmat Allah, niscaya manusia akan selalu mengikuti setan. Seperti dipahami, setan adalah lambang segala bentuk keburukan. Setan akan selalu mengajak umat manusia mengikuti jejaknya hingga kelak bisa menemaninya bersama di neraka. Terkait hal ini, Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللهِ عَلَیۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّیۡطَـٰنَ إِلَّا قَلِیا

“Dan seandainya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu “Tentulah” kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (diantara kamu).” (QS.An-Nisaa’ : 83)

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Ketiga, manusia akan hancur dan binasa jika bukan karena rahmat Allah. Tak ada satupun manusia akan selamat dari kebinasaan di bumi ini jika bukan Allah yang menyelamatkan dengan rahmat-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْلَا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya ‘bukan’ karena karunia & juga rahmat Allah kepadamu (niscaya kamu akan Binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, lagi Maha Bijaksana” (Qs. An-Nuur: 10)

Keempat, jika bukan karena rahmat Allah, manusia ditimpa siksa yang besar. Seperti firman Allah Ta’ala,

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللهَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan kalau ‘bukan’ karena Karunia Allah dan juga Rahmat-Nya kepadamu (niscaya kamu akan ditimpa Azab Yang Besar). Sungguh, Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.”  (Qs. An-Nur: 20)

Baca Juga: Malu Kepada Allah

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala juga menegaskan,

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِي مَآ أَفَضۡتُمۡ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar…” (QS. An-Nur: 14)

Kelima, jika bukan karena rahmat Allah, manusia akan mengalami kerugian. Lagi-lagi ini adalah bukti jika manusia itu sangat lemah. Maka ketergantungannya kepada Sang Khalik adalah sesuatu yang pasti. Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ تَوَلَّيۡتُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَۖ فَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَكُنتُم مِّنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

“Kemudian setelah itu kamu berpaling. Maka sekiranya ‘bukan’ karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk Orang Yg Merugi.”  (Qs. Al-Baqarah: 64)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu

Keenam, manusia tidak akan dapat hidayah dan beribadah jika bukan karena rahmat dan karunia dari Allah Ta’ala. Hal ini seperti sabda Nabi SAW saat berada di perang Khandaq. Sabdanya,

وَاللهِ لَوْلاَ اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا، وَلاَ صُمْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا

“Demi Allah, seandainya bukan karena Allah, niscaya kami tidak mendapatkan hidayah, dan kami tidak akan berpuasa, dan tidak pula mendirikan shalat.” (HR. Bukhari no.6620, hadits dari al-Baraa’ bin ‘Aazib)

Selain itu, Allah Ta’ala juga telah berfirman dalam ayat-Nya,

يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

“Mereka Merasa Berjasa kepadamu dgn keislaman mereka. Katakan: “Janganlah kamu Merasa Berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allahlah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan “Menunjukkan” kamu kepada Keimanan, jika kamu orang yang benar.”  (Qs. Al Hujurat:17).

Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam

Perbanyak syukur

Beberapa ayat dan hadis di atas bisa menjadi bahan renungan yang mendalam bagi setiap insan bernama manusia terlebih lagi bagi seorang muslim. Jika bukan karena rahmat Allah, betapa tak bernilainya kita sebagai manusia… Jika bukan karena rasa cinta Allah kepada kita sebagai hamba-Nya, tentu saja kita sudah banyak melakukan dosa dan kesalahan.

Jika bukan karena karunia dan rahmat Allah pada setiap hamba, sudah tentu anak cucu Adam yang hidup di muka bumi ini tidak ada nilainya sama sekali dihadapan manusia. Karena itu, di antara sekian banyak kunci-kunci kebaikan adalah meningkatkan selalu rasa syukur kepada-Nya.

Allah Ta’ala akan tambah nikmat-nikmat-Nya kepada setiap hamba beriman jika dia bersyukur. Allah Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-Ku sangat pedih. (Qs. Ibrahim: 7).

Bicara tentang syukur, maka ada empat komponen cara bersyukur kepada Allah menurut Imam Al Ghazali yang harus dilakukan oleh setiap hamba, antara lain sebagai berikut.

Pertama, syukur dengan hati. Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya atas segala limpahan nikmat yang diperoleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْنَۚ

“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah. (Qs. An-Nahl: 53)

Syukur dengan hati dapat mengantarkan seseorang menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan rasa betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat pujian kepada-Nya.

Kedua, syukur dengan Lisan. Ketika hati seseorang sangat yakin atas segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Karena itu, bila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah. Sebab ia yakin dan sadar jika orang tersebut hanyalah perantara yang Allah kehendaki untuk menyampaikan nikmat itu kepadanya.

Kata Alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah Ta’ala semata, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya. Oleh karena itu, seorang muslim harus mengembalikan segala pujian kepada Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa

Ketika seorang muslim memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Ta’ala, sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.

Ketiga, syukur dengan perbuatan. Syukur dengan perbuatan mengandung arti segala nikmat dan kebaikan yang diterima harus digunakan di jalan yang diridhai Allah. Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus digunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah SAW menjelaskan, Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya.  (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).

Maksud dari hadits di atas adalah Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya membagi hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb.

Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi

Maksud membagi diatas bukanlah untuk pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).  (Qs. Adh-Dhuha: 11).

Keempat, menjaga nikmat dari kerusakan. Ketika nikmat dan karunia didapatkan, maka gunakan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika seseorang diberi nikmat kesehatan, kewajibannya adalah menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar sehingga terhindar dari penyakit. Begitu juga dengan dengan nikmat iman dan Islam, seorang muslim wajib menjaganya dari segala keburukan yang bisa menghancurkannya.

Jadi, tingkatkan selalu rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala, sebab kita bukan siapa-siapa dan tak bernilai apa-apa di sisi Allah jika Allah tidak menolong kita setiap waktu dengan limpahan karunia dan rahmatnya, wallahua’lam.[]

Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
MINA Preneur
Kolom
MINA Preneur
Palestina
Indonesia
MINA Preneur
Indonesia