Oleh: dr. Suwardi Sukri, Dokter Integratif Medicine
“Seorang ibu menderita kanker payudara dan stroke, mengeluh tidak punya harapan hidup lagi. Ibu itu sedih dan pesimis dengan hidupnya. Bukan karena sakit yang diderita tapi karena ibu itu merasa kesepian dan tidak ada yang mengurusnya.“
“Seringkali kita hanya melihat satu waktu saat kita sakit dan melupakan 99 kali saat kita sehat. Kapan saja kita kehilangan rasa syukur, maka kita akan kehilangan sifat iman kita.“ (Syaikh Kamaluddin Ahmed)
Suatu ketika saya berceramah kesehatan di Masjid BPK pusat Jakarta, dengan tema pentingnya bersyukur untuk kesembuhan dari suatu penyakit. Salah seorang jamaah nyeletuk: “Kok, orang sakit diajak bersyukur? Bagaimana ceritranya?” Nampaknya jamaah ini ingin protes, bahkan jamaah lainnya penasaran? Bagaimana kaitan bersyukur dengan kesembuhan suatu penyakit?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Baik, kita lupakan sejenak rasa penasaran jamaah tersebut. Seorang pasien menderita kanker payudara dan stroke. Seorang ibu usia senja berusia 55 tahun, duduk di kursi roda datang konsultasi ke tempat praktik saya. Si ibu menangis tersedu karena merasa hidup tidak ada harapan.
“Hidupku, sudah gak ada harapan dok. Hidupku tergantung kursi roda. Anak-anakku semuanya sibuk. Kerja pagi malam baru pulang di rumah. Siang hari saya hanya diurusi oleh ponakan. Itu pun sebentar saja. Setelah jam 12 siang ponakan pulang ke rumahnya. Saya hanya diberi makan. Sementara itu, keluaraga, saudara-saudara saya tidak ada yang datang menjenguk,“ keluh si ibu dengan mata berkaca-kaca.
Hampir seluruhnya, penderita penyakit kronis mengalami ketahanan mental yang rapuh. Karena merasa hidupnya tidak berarti akibat merasa ketergantungan pada pasangan hidupnya. Penyakit yang menyiksa dan tidak kunjung sembuh. Hidup tergantung pada obat medis. Hidup merasa kesepian dan hidup yang hampa. Perasaan minder dan bersalah dan berbagai perasaan lainnya. Bahkan ada di antara penderita sampai ingin mengakhiri hidupnya karena merasa hidup yang tidak berarti. Naudzu billahi mindzalik.
Sebagai seorang Muslim, pencapaian yang agung di dalam hidup ini adalah meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Kesembuhan adalah yang kedua. Sementara husnul khotimah adalah hal utama. Bagaimana ingin menggapai akhir yang husnul khotimah jika selama sakit pasien meniggalkan shalat? Astagafirullah.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Bersyukur
Setidaknya, ada tiga poin yang harus diungkap di sini terkait masalah bersyukur yakni; Apa yang mesti kita syukuri? Apa yang harus kita lakukan atas rasa bersyukur itu? Apa hikmah dari rasa bersyukur itu?
Apa yang mesti kita syukuri?
Dalam kondisi tertekan acapkali membuat seseorang lupa bersyukur dan hanya terfokus pada derita yang sedang dia rasakan. Dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari penderita hanya memikirkan progres penyakit. Dengan harapan terjadi perkembangan yang positif agar segera terbebas dari rasa sakit. Kalau dapat penyakitnya segera hilang, ibarat kaki tertusuk duri dan seketika itu duri diangkat. Maka plong rasanya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Namun kadang, harapan tidak sesuai dengan kenyataaan. Bahkan masalah kian ruwet. Semakin memikirkan penyakit, sebaliknya justru memperparah sakit tersebut. Apalagi, jika kata sugesti negatif dari dokter yang merawatnya, dijadikan patokan dan ditanam di bawah sadar penderita. Maka kata sugesti negatif itulah yang akan diterjemahkan oleh tubuh dan itu pula yang berlaku.
Hal ini membuat tubuh tertekan atau stres. Stres kronik akan memperparah penyakit. Oleh sebab itu, salah satu jalan yang terbaik agar terhindar dari stres kronik adalah dengan menimbulkan rasa bersyukur. Ada banyak hal yang meski disyukuri. Yang utama harus disyukuri adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih memberi kesempatan bagi kita untuk menikmati hidup.
Allah belum meng tip-ex diri kita dari kehidupan ini. Sehingga kita masih berjumpa dengan orang-orang yang kita cintai. Suami berjumpa si istri, sebaliknya istri berjumpa suami. Orang tua berjumpa dengan anak-anaknya, sanak keluarga, sahabat dan handai taulan. Dan yang terpenting adalah kita masih diberi kesempatan untuk berbuat yang terbaik.
Sebagai tanda Allah sayang kita. Selama nyawa belum terpisah dengan jasad, itu artinya Allah sayang kita. Maka pergunakan kesempatan yang ada untuk beribadah dengan ibadah yang terbaik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Ada banyak karunia yang meski kita syukuri diantaranya, Allah memberi oksigen gratis, Allah memberi penglihatan gratis, pita suara sehingga kita dapat berbicara, mulut yang dapat mengunyah dan menelan makanan. Ada keceriaaan di dalam rumah kita. Semuanya itu akan menghidupkan batin kita dan membuat kita semangat untuk bertahan hidup dalam himpitan penyakit yang selalu mengecilkan arti syukur.
Apa yang meski kita lakukan sebagai ungkapan rasa syukur?
Orang-orang yang pandai bersyukur akan merasakan bahwa hidupnya penuh arti dan manfaat buat orang lain. Orang pandai bersyukur dia tidak akan terfokus pada dirinya dan penyakitnya, melainkan dia akan berbuat untuk kemanfaatan untuk orang banyak dan bagaimana agar dirinya ini bermanfaat. Dengan demikian dia selalu merasa berbahagia manakala dia telah berbuat baik atau memberi manfaat buat orang lain terlebih bagi keluarganya.
Inilah kunci salah satu faktor meraih kesembuhan. Tidak fokus pada penyakit dan tidak fokus pada derita yang tidak berkesudahaan. Bagaimana dia mengisi sisa hidupnya ini dengan ibadah yang bermanfaat, hablu minallah dan hablu minannas.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Lantas apa yang meski kita lakukan? Mudah sekali dan banyak yang dapat anda lakukan. Jika anda diberi kelebihan rizki oleh Allah, berupa dana yang banyak. Ayo bersedekahlah, memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, berinfak ke masjid dan badan amal lainnya. Lakukan rutin, lakukan yang enteng-enteng saja. Amalan yang terbaik adalah amalan yang enteng tapi dilakukan secara istiqomah. Insya Allah, Anda akan rasakan berkah-Nya. Saya tidak punya dana? Bagaimana ini? O mudah. Anda punya ilmu yang bermanfaat? Coba share via medsos, dengan share ilmu bermanfaat maka pahalanya akan jalan terus selama ilmu itu diamalkan oleh orang.
Saya tidak punya cukup dana dan tidak punya ilmu? Lantas apa yang dapat saya lakukan? Lagi-lagi udah. Anda berdoa untuk diri anda, untuk keluarga dan sahabat anda bahkan untuk bangsa anda. Ayo doakan mereka, dengan doa yag baik. Semoga mereka orang yang kita cintai, yang kita kenal maupun tidak kita kenal. Doa semoga mereka diberi karunia oleh Allah berupa kesehatan, rizki dan kemuliaan. Doa karena mereka tanpa sepengetahuan mereka. Insya Allah, doa anda akan naik ke langit menembus arsy-Nya dan menggoncangkan Arsy-nya, kemudian diaminkan oleh para malaikat pemanggul Arsy-Nya. Insya Allah doa anda akan terpancar kembali kepada diri anda.
Inilah amalan yag paling cantik yang anda pernah lakukan. Ini akan membuat anda bahagia. Anda akan menangis haru-bahagia. Dan setiap sel-sel tubuh anda akan merasakan perbaikan regenerasi untuk perbaiki dirinya dan gen-gen anda akan memerintahkan perbaikan sel-sel yang rusak atau reperasi. Apa yang anda rasakan dan pikrkan akan diterjemahkan dan dilakukan oleh sel-sel tubuh anda.
Anda adalah sang dokter yang sesungguhnya, karena anda telah mengelola diri anda sesuai kodratnya. Anda berhasil mengupgrade informasi-informasi gen DNA ke tingkat yang purna dalam membimbing ke jalan kesembuhan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Gen akan mengalami muda, sel-sel darah putih anda akan kian aktif, memunguti dan membuang sel-sel yang rusak dan aneka toksin. Sementara sistem enzim anfa akan mempercepat fungsi regenerasi, mengsinkronkan fungsi-fungsi seluler, hormon dan mentabolisme ke level gen. Ya itulah efek positif dari rasa syukur yang membuat anda hepi karena anda merasakan menjadi manusia baru yakni manusia yang bermanfaat.
Apa hikmah bersyukur?
Saya tidak sepaham dalam merawat penderita. Jika tidak ada hal-hal penting untuk dirawat di RS, maka sebaiknya penderita di rawat di rumah saja, berkumpul dengan keluarga. Penderita perlu bersosialisasi, perlu mengaktualisasi jati dirinya. Jika memungkinkan penderita dapat beraktivitas, misalnya hobi yang bermanfaat, silakan aja penderita misalnya menyulam, berkebun atau apa saja yang membuat dia merasah betah, enjoy dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tentu saja dalam koridor pengawasan yang proporsional.
Jadi intinya, bersyukur akan membuat penderita merasa bahagia, merasa bermanfaat, berdaya diri, menggali potensi diri dan menjauhkan penderita dari pikiran negatif, merasa sia-sia, merasa tidak berharga, merasa menjadi beban hidup keluarga dan merasa kesepian dengan hidup yang hopless. Dengan bersyukur hidup lebih bermakna, sabar, dan ikhlas itulah kebahgiaan yang sejati.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Telomer dan Telomerase
Inti dari kehidupan ini adalah gen, gen yang mengatur kehidupan sel dan energi sel. Setiap sel terdapat gen dengan miliaran informasi genetik yang luar biasa banyaknya yang terbentuk dari 3 miliar abjad. Jika dijadikan buku akan terbentuk 1.000 jilid buku dengan setiap satu buku terdiri 1000 halaman buku. Dan dalam satu detik terjadi 10.000.000 reaksi kimia di dalam satu sel hanya untuk bertahan hidup tanpa melakukan aktivitas. Tanpa aktivitas segitu sibuknya sel apatalagi jikalau melakukan aktivitas seperti membuat hormon, membelah, meregenerasi sel atau mendetoks toksin.
Sungguh, luar biasa sibuknya sel tubuh ini. Lantas siapa yang mengatur semua ini? Jawabnya adalah gen DNA. Sebagai motor regulator aktivitas tingkat sel. Dengan super sibuk demikian maka gen manusia mudah mengalami degeradasi atau mutasi atau kerusakan. Namun gen juga memiliki kemampuan untuk menjaga agar gen DNA itu tidak mudah rusak. Dengan cara setiap ujung DNA diselubungi oleh perisai yang disebut dengan telomer.
Untuk memudahkan pemahaman anda tentang telomer. Telomer itu seperti ujung tali sepatu yang dikuatkan dengan selubung plastik agar ujung tali sepatu itu padat dan tidak mudah rusak. Dengan demikian gen DNA tidak mudah rusak. Namun, sudah terprogram secara normal, setiap sel membelah maka telomer itu akan memendek dan semakin sering sel itu membelah maka telomer kian pendek. Kian pendeknya telomer akan menentukan usia sel atau sel mengalami penuaan dini. Ada batas sel membelah yakni lima puluh kali sel membelah maka sel itu akan mati atau apoptosis program sel bunuh diri. Karena saat 50 kali membelah betul-betul telomer sangat pendek sedemikian rupa akibatnya terjadilah penuaan permanen.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Ini kondisi alami. Namun ada juga kondisi yag tidak alami atau kondisi patologis yang dapat mempercepat pendeknya Telomer. Kondisi patologis itu antara lain adalah stres oksidatif dan stres psikologis kronik.
Pada saat seseorang mengalami stres maka akan terbentuk radikal bebas oksigen aktif yang sangat merusak telomer gen yang membuat sel-sel jadi tua dan sakit. Tentu anda bertanya mengapa stres membuat sel cepat tua dan sakit? Jawabnya ada pada Telomerase.
Telomerase adalah enzim yang berfungsi memperbaiki Telomer yang rusak. Di dalam tubuh manusia terdapat sekitar 3.000-5.000 jenis enzim yang sangat bermanfaat salah satu diantaranya adalah Telomerase. Jumlah dan keaktifan Telomerase ditentukan oleh kondisi psikologis seseorang. Jumlah Telomerase dapat turun drastis bila seseorang dilanda kesedihan,kemarahan, kedengkian, sakit hati, pesimis, putus asa dan luka batin.
Sebaliknya, jumlah dan keaktifan Telomerase meningkat drastis manakala dalam perasaan bahagia, puas, merasa senang berbagi, beribadah merasa mencintai dan dicintai serta bersyukur. Oleh karena itu, jika Telomerase ini jumlah dan aktivitasnya meningkat maka kerusakan Telomer dapat segera direpasi dan gen DNA menjadi sehat.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Tubuh pun dapat mudah sembuh dan sehat. Oleh sebab itu, faktor spritual dalam terapi suatu penyakit merupakan keniscayaan yang harus mendapat prioritas. Dan aspek spiritual itu adalah rasa bersyukur. Karena terapi syukur dapat menekan depresi dan dapat membuat penderita optimis dan merasa menjadi manusia yahg bermanfaat. Karena kebahagiaan itu terdapat pada tiga hal: Bersabar, Bersyukur dan ikhlas.
Sitokin, Penghambat Telomerase
Rupanya ada oknum yang dapat menyabot aktivitas Telomerase sehingga enzim ini tidak dapat bekerja memperbaharui Telomer. Akibatnya Telomer jadi pendek dan anda cepat mengalami penuaan dan sakit. Siapakah oknum penyabot tersebut dia adalah sitokin.
Sebetulnya sitokin ini ada manfaat positifnya, yakni sitokin akan merangsang dan mengaktivasi peradangan yang bertujuan meregenerasi sel yang sakit dan rusak. Namun jika peran sitokin terlampau besar dan tidak terkendali maka proses peradangan yang seharusnya berhenti di tingkat penyembuhan.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Tetapi proses peradangan tersebut berlangsung terus dan bersifat kronik. Maka terjadilah kerusakan Telomer sekaligus menghambat kerja enzim Telomerase. Oleh sebab itu, untuk menghambat kerja sitokin yang kelewat batas ini, maka perlu mengomsumsi bahan alami yang banyak terdapat di sekitar kita. Yang paling terkenal saat ini adalah Turmerik atau Kunyit.
Kunyit memiliki sifat anti peradangan yang poten. Selain itu beta-karoten yang bersumber pada wortel lokal, sayuran berwarna orange seperti parseley, ubi jalar manis. Begitu juga lauk mengandung omega 3 yang berasal dari ikan laut dingin seperti Sarden, Lemburu atau Hering. Sebaiknya ikan ini dikomsumsi dengan cara direbus atau dikukus dengan rempah alami. Bila digoreng atau di panggang akan menghilangkan 50% DHA-nya.
Bisa juga anda komsumsi daging ternak pemakan rumput. Oleh sebab itu, bila anda makan di warung sate atau tongseng tanyakan pada pejualnya apakah daging ini berasal dari sapi yang hanya makan rumput? Jawabannya anda akan diplototi oleh penjualnya….
Demikianlah terapi syukur dalam mencapai tingkat kesembuhan fisik dan batin. Semoga bermanfaat.
Sebelum saya tutup tulisan ini, baik camkanlah ayat ini: “…. dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.“ (Q.S. Ali Imran: 144)
(AK/R01/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)