Oleh : Ali Farkhan Tsani
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
إِنَّهُ ۥ لَقُرۡءَانٌ۬ كَرِيمٌ۬
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Artinya : “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia”. (QS Al-Waqi’ah [56] : 77).
Al-Quranul Karim adalah bacaan yang paling mulia, karena ia merupakan kalam Allah Yang Maha Mulia, dibawa oleh malaikat yang mulia Jibril Alaihis Salam, diterima oleh Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, awal mula diturunkan pun pada bulan paling mulia yakni bulan suci Ramadhan.
Al-Quran diimani dan diikuti oleh umatnya yang mulia, yakni umat Islam. Orang yang mengetahui kemuliaan Al-Quran, ia pasti akan mencintanya, membacanya, menghayati kandungan isinya, berusaha menghafal ayat demi ayat-Nya, dan yang paling pokok adalah berusaha mengamalkannya secara keseluruhan kaaffaah (totalitas) dalam kehidupan sehari-hari. Karena Al-Quran sebagai bacaan yang mulia itulah, maka seorang muslim yang membacanya pun akan mendapatkan pahala dari huruf demi huruf yang dibacanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ الله فَلَهُ حَسَنَةٌ ‚ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ‚ لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ ‚ بَلْ أَلِفٌ حَرْفٌ ‚ وَلاَمٌ حَرْفٌ ‚ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
Artinya : “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Artinya : “Orang yang mahir membaca Al Qur’an, ia akan bersama para malaikat mulia yang selalu berbakti. Adapun orang yang membaca Al Qur’an dan bacaannya belum bagus dan merasa kesulitan, ia akan memperoleh dua pahala.” (HR Muslim)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Oleh karena itu, sesuai dengan namanya, Al-Quran adalah bacaan, maka kita sendirilah yang menjadikan Al-Quran itu menjadi Al-Quran bagi diri kita sendiri. Bagi orang yang melalaikan Al-Quran sebagai bacaan, berarti ia sendiri telah menghilangkan Al-Quran itu sendiri dalam kehidupannya. Na’udzubillahi min dzalik.
Al-Quran sebagai Petunjuk
Kandungan Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang haq dan yang batil.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
…ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ…
Artinya : “…..Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)…..”. (QS Al-Baqarah [2] : 185)..
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Al-Quran sebagai petunjuk maknanya, Al-Quran secara keseluruhan jika dikaji dan diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah. Al-Hafidz Al-Suyuthi juga menjelaskan, bahwa Al-Quran mengandung petunjuk yang dapat menghindarkan seseorang dari kesesatan, ayat-ayatnya sangat jelas serta berisi hukum-hukum yang menunjukkan seseorang kepada jalan yang benar.
Al-Quran sebagai Penawar
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (QS Al-Isra [17] : 82).
Al-Quran dapat menjadi penawar data hati gundah dan pikiran resah. Sebagaimana dikisahkan, pada suatu hari, seseorang menemui sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, salah satu sahabat besar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, untuk meminta nasihat. Katanya, ”Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan sebagai obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak sakinah, jiwaku resah, dan pikiranku gundah. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Maka, Ibnu Mas’ud menasihatinya, ”Kalau itu penyakit yang menimpamu, bawalah dirimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, datanglah ke tempat orang yang sedang membaca Al-Quran. Di sana, engkau ikut membaca Al-Quran atau cukup mendengarkannya dengan baik. Kedua, pergilah ke tempat majelis ta’lim yang mengingatkan hati kepada Allah. Ketiga, carilah tempat yang sepi di malam sunyi. Di sana, engkau menyendiri bersama Allah waktu tengah malam buta untuk shalat tahajud. Lalu, mintalah kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan kemurnian hati.”
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, nasihat sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diamalkan. Dia pergi mengambil air wudhu, lalu mengambil Al-Quran. Dia membacanya dengan hati yang khusyuk. Selesai membaca Al-Quran, maka berubahlah jiwanya, menjadi tenang, pikirannya kembali tenteram, dan kegelisahannya pun hilang berkat bacaan Al-Quran.
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Artinya “Tidaklah sekelompok orang berkumpul dan berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikelilingi oleh para Malaikat, diliputi rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah sebut mereka di kalangan para Malaikat yang mulia”. (Hadits Riwayat Muslim)
Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan keadaan setiap penghuni rumah tangga muslim agar menghiasi rumahnya dengan alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Sebab, rumah yang di dalamnya tidak dibacakan ayat-ayat Alquran akan banyak keburukan perilaku, kegersangan jiwa, dan kesempitan pandangan kehidupan.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Apalagi pada bulan suci Ramadhan. Kita dianjurkan memperbanyakkan bacaan Al-Quran di dalamnya karena ia adalah bulan Al-Quran.
Bahkan, Malaikat Jibril senantiasa bertadarus Al-Quran dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setiap hari sepanjang Ramadan. Para ulama dan orang-orang shalih terdahulu bertadarrus Al-Quran daripada ibadah lain. Sebahagian mereka mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu tiga hari, sebahagiannya tujuh hari dan 10 hari pada Ramadan. Paling sedikit sebulan sekali marilah kita khatamkan bertadarrus Al-Quran.
Dengan berinteraksi dengan Al-Quran akan senantiasa terhubung dengan dengan Allah, maka akan mampu memberikan spirit, inspirasi, dan motivasi dalam kehidupan. Di sinilah Al-Quran dikatakan sebagai mukjizat dan rahmat yang tiada taranya bagi manusia dan alam semesta.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah