Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia <!-- #FreePalestine - Ayo bersatu demi Palestina. -->

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila Mata Tak Terjaga, Hati Bisa Ternoda

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 24 detik yang lalu

24 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

HATI adalah pusat segala rasa dalam diri manusia. Ia bisa bening bagaikan embun pagi, tetapi juga bisa keruh bagaikan lumpur jika terus-menerus dicemari. Salah satu pencemarnya yang paling berbahaya adalah pandangan mata yang tak terjaga. Apa yang dilihat mata akan turun ke hati. Jika mata terus memandangi yang diharamkan Allah, maka sesungguhnya ia sedang membuka jalan masuk bagi syahwat, was-was setan, bahkan kehancuran iman.

Allah telah memberikan peringatan yang sangat jelas dalam Al-Qur’an. “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.'” (Qs. An-Nur: 30). Ayat ini tidak berhenti hanya untuk laki-laki, karena sesudahnya Allah menyampaikan hal yang sama kepada perempuan beriman. Menahan pandangan bukan sekadar perkara etika, tapi kewajiban syar’i yang berdampak langsung pada kesucian jiwa.

Pandangan adalah panah pertama dari setan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya, “Pandangan adalah anak panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya karena Allah, maka Allah akan menanamkan ke dalam hatinya manisnya iman.” (HR. Al-Hakim). Betapa banyak kerusakan yang bermula dari pandangan. Zina tidak langsung terjadi, ia diawali dari mata yang liar, kemudian khayalan kotor, lalu dorongan hati yang lemah, hingga kaki berjalan menuju maksiat.

Sayangnya, banyak orang merasa enteng saat matanya mengembara tanpa kendali. Tidak sadar bahwa satu pandangan haram bisa menorehkan titik hitam dalam hati. Jika terus dilakukan, maka titik itu akan menumpuk hingga menutupi seluruh cahaya iman. Tak heran jika seseorang tiba-tiba kehilangan kekhusyukan dalam shalat, merasa berat saat membaca Al-Qur’an, atau hatinya tidak lagi tersentuh oleh nasihat. Itu semua adalah akibat dari mata yang dibiarkan menodai kesucian batin.

Baca Juga: Kesewenang-wenangan Pendirian Gereja: Fakta, Realita, dan Suara Umat yang Terpinggirkan

Menjaga Pandangan, Menyelamatkan Iman

Menjaga pandangan bukanlah perkara mudah, apalagi di zaman ini ketika aurat tersebar di mana-mana, dalam kehidupan nyata maupun dunia maya. Tapi justru di tengah ujian itu, Allah menyimpan pahala yang besar. Barangsiapa menundukkan pandangannya karena takut kepada Allah, maka dia telah melakukan jihad melawan hawa nafsunya. Dan Allah tak akan menyia-nyiakan usaha itu.

Di antara cara paling jitu untuk menjaga pandangan adalah dengan menumbuhkan perasaan murāqabah, yakni merasa diawasi oleh Allah setiap waktu. Saat kita menyadari bahwa tidak ada satu detik pun yang luput dari pengawasan-Nya, maka hati akan merasa malu untuk memandang yang diharamkan. Selain itu, menjaga waktu dengan aktivitas positif, memperbanyak dzikir dan tilawah, serta berkawan dengan orang-orang yang menjaga diri, semua itu adalah pagar iman yang menjaga mata agar tidak liar.

Namun mengapa masih banyak yang gagal menjaga pandangan? Sebab utama adalah lemahnya iman dan tipisnya rasa takut kepada Allah. Ditambah dengan lingkungan yang permisif, media sosial yang bebas, serta budaya yang menganggap biasa melihat aurat. Jika hati tidak dibentengi dengan ilmu dan takwa, maka ia akan luluh oleh godaan yang setiap hari mengetuk di hadapan mata.

Baca Juga: Boikot Zionis Israel, Aksi Damai yang Mematikan

Beruntunglah mereka yang sadar lebih awal. Para ulama salaf adalah teladan agung dalam hal ini. Imam Ahmad bin Hanbal selalu menundukkan pandangan bahkan kepada perempuan tua. Al-Fudail bin Iyadh pernah berkata, “Aku tinggalkan pandangan haram karena takut Allah membutakan hatiku.” Mereka tahu bahwa satu pandangan bisa merusak jalan menuju surga. Maka mereka lebih memilih menjaga mata, demi keselamatan hati dan kebeningan iman.

Mari kita tanamkan dalam diri doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku, dan lisanku.” (HR. Abu Dawud). Doa ini bukan sekadar lafaz, tapi perisai jiwa agar kita tidak mudah tergoda, agar mata kita tidak menjadi jalan dosa.

Jagalah mata ini, maka Allah akan menjaga hati kita. Jangan biarkan dunia merusak kejernihan jiwa hanya karena satu pandangan yang Allah haramkan. Karena bila mata tak terjaga, maka hati akan ternoda—dan mungkin tak kembali sebagaimana semula. Hari ini adalah saat yang tepat untuk menundukkan pandangan dan meninggikan iman.

Jangan biarkan mata menjadi sebab kerasnya hati dan matinya nurani; jangan biarkan satu pandangan yang haram merampas cahaya iman yang telah susah payah terawat dalam sujud dan munajat—karena sesungguhnya menjaga pandangan bukan sekadar menahan diri dari yang haram, tapi adalah bentuk kejujuran hati kepada Allah, bukti cinta yang tulus kepada-Nya, dan penjagaan terhadap kemuliaan diri sendiri.

Baca Juga: Pesan Dari Jantung Blokade: Ketika Debu Perang Tak Mampu Redam Keimanan di Gaza

Ingatlah, satu detik pandangan yang ditundukkan karena Allah bisa menjadi cahaya yang membimbing seorang hamba menuju ke surga, sementara satu pandangan yang dibiarkan liar bisa menjadi bara api yang menyeret ke jurang nista—maka pilihlah cahaya, pilihlah keselamatan, dan mulailah dari menundukkan mata di detik ini, hari ini. Semoga Allah menjaga setiap hamba yang ingin menjaga dirinya dari segala keburukan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Selat Hormuz: Urat Nadi Energi Dunia dari Jantung Teluk Persia

Rekomendasi untuk Anda