Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BILAL PHILIPS, MUALAF KANADA ISLAMKAN 3.000 LEBIH TENTARA AS

Bahron Ansori - Kamis, 12 November 2015 - 17:22 WIB

Kamis, 12 November 2015 - 17:22 WIB

622 Views

<a href=Bilal Philip" width="300" height="169" />Oleh Een Mutmainah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam  STAI Al-Fatah Cileungsi Bogor, Jawa Barat

Dakwah dalam Islam merupakan suatu amalan penting yang begitu banyak tantangan harus di hadapi oleh seorang da’i. Dengan dakwah itu pulalah, seorang da’i akan menentukan mad’unya ke jalan yang benar atau ke jalan yang sesat. Namun berbeda dengan seorang mualaf asal Kanada ini, Abu Ameenah Bilal Philips atau yang dikenal Bilal Philips mampu mengislamkan lebih dari  3.000 tentara Amerika Serikat pada saat Perang Teluk terjadi.

Pria kelahiran Jamaika dan besar di Kanada itu, adalah seorang mualaf. Sebelum menjadi muslim, ia menjadikan musik dan cinta sebagai agamanya. Ia dibesarkan dalam kultur musik Jamaika kental, membuat ia memilih menjadi gitaris. Saat berkuliah di Universitas Simon Frasier, Kota Vancouver, Kanada, dia mempertunjukkan kebolehannya bermusik di klub dan kafe.

Bermain musik memang memberikan kesempatan pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946, ini menjelajah ke berbagai negara, termasuk Malaysia dan Indonesia pada 1960-an. Di dua negara berpenduduk mayoritas Islam ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama Islam.

Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya

Setelah memutuskan untuk kembali ke rumahnya pada tahun 1972, lelaki berjanggut ini memutuskan mempelajari Islam secara intensif. Pada tahun yang sama, Philips pun memutuskan masuk Islam.

Dia sering berdiskusi dengan para cendekiawan muslim dan mempelajari buku-buku agama Islam. Tak perlu waktu yang banyak, beberapa bulan kemudian Philips mengucapkan dua kalimat syahadat, tanda sumpah serta pengakuan keesaan Allah dan Rasulullah sebagai utusanNya.

Proses masuk Islam=nya pun terbilang cukup singkat, hanya enam bulan saja setelah membaca buku-buku Islam dan berdiskusi tentang Islam. Ia studi jurusan studi Islam di Universitas Madinah, Arab Saudi, sampai selesai, sudah itu ia terus belajar Islam. Tidak sampai di situ saja, ia terus mendalami agama Islam hingga dengan mengikuti  program master di Universitas Riyadh.

Selain berkuliah, ia juga menekuni kegiatannya sebagai pembawa acara Why Islam di Channel Two, stasiun televisi milik pemerintah Saudi. Dengan membawa acara itu, Philips mengaku imannya semakin kuat. Tidak hanya menjadi presenter, dia juga menulis beberapa buku, antara lain Poligami dalam Islam dan Prinsip Dasar Iman dalam Islam.

Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa

Mengislamkan lebih dari 3.000 Tentara AS

Setelah berhasil meraih gelar MA-nya, Philips mulai bekerja di Departemen Agama Markas Besar Angkatan Udara Arab Saudi di Riyadh. Saat itu sedang pecah “Perang Teluk” dan tugasnya adalah mengajar tentang agama Islam pada pasukan AS di basis-basis militer mereka di Bahrain dan di provinsi bagian timur Arab Saudi.

“Karena gambaran tentang Islam begitu terdistorsi di AS, saya dan lima orang Amerika lainnya, setelah Perang Teluk, selama lima setengah bulan terlibat dalam proyek untuk menghilangkan keraguan terhadap agama Islam pada sekitar setengah juta pasukan AS yang ada di kawasan Teluk. Hasilnya, lebih dari 3.000 tentara AS yang akhirnya masuk Islam,” ungkap Philips.

Kemudian Philips pergi ke AS untuk membantu memberikan bimbingan rohani bagi para tentara yang baru masuk Islam. Dengan bantuan organisasi “Muslim Members of the Military (MMM)”, Philips menggelar berbagai konferensi dan kegiatan yang berhasil mendesak militer AS untuk membangun fasilitas-fasilitas musholah di seluruh basis-basis militernya. Pemerintah AS juga berkewajiban untuk meminta komunitas Muslim mengajukan kandidat ulama yang akan menjadi pembimbing rohani bagi tentara yang muslim di kemiliteran AS.

Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern

Pembentukan Pusat Informasi Islam

Setelah tinggal di AS, Philips pindah ke Philipina dan memberikan kuliah di berbagai tempat di Mindanao. Ia menekankan pentingnya sistem pendidikan yang Islami bagi umat Islam dalam setiap ceramah dan kuliahnya, sehingga mendorong didirikannya Universitas berbasis Islam di Cotobato City. Di universitas ini, ia membuka jurusan studi Islam untuk mendapatkan gelar MA dan menyiapkan tenaga guru yang berorientasi pada Islam.

Tahun 1994, Philips berimigrasi ke Uni Emirat Arab atas undangan Syaikh Salim Al-Qasimi dan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai. Philips juga membentuk Pusat Informasi Islam yang sekarang dikenal dengan nama “Discover Islam” di Karama.

Pusat informasi dibuat untuk meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang Islam. Ia dibantu oleh para mualaf dari berbagai negara seperti Uthma Barry asal Irlandia, Ahmed Abalos asal Philipina dan Abdul Latif dari Kerala, dalam mengelola pusat informasi itu.

Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia

“Dalam kurun waktu lima tahun setelah dibentuknya Pusat Informasi Islam, sekitar 1.500 orang dari Amerika, Australia, Inggris, Rusia, Cina, Jerman, Philipina, Sri Lanka, India dan Pakistan, masuk Islam di Pusat Informasi ini,” kata Philips.

“Alasan mereka masuk Islam karena frustasi dan rasa tidak puas, selain kebutuhan akan landasan rasional dan spiritual yang kuat. Beberapa di antara mereka masuk Islam, karena menikah dengan muslim dan yang lainnya memilih masuk Islam karena terdorong rasa ingin tahu mereka tentang Islam dan muslim,” jelas Philips.

Setelah sukses mendirikan Pusat Informasi Islam, ia membentuk sebuah departemen percetakan Dar Al Falah untuk menerbitkan literatur-literatur Islam dalam berbagai bahasa untuk memberikan edukasi tentang ajaran Islam bagi masyarakat non-bahasa Arab.

Dari seluruh kegiatan dakwahnya menegakkan agama Allah, saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidup Philips adalah ketika kedua orangtuanya dalam usia 70 tahun akhirnya menerima Islam sebagai agama mereka.

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Kedua orangtua Philips yang sudah terbiasa hidup di lingkungan masyarakat Muslim di berbagai negara, antara lain Nigeria, Yaman dan Malaysia memilih masuk Islam setelah mereka menyaksikan bagaimana rusaknya kehidupan masyarakat di Amerika.

Dan sampai saat ini, Bilal Philips masih terus aktif dalam dunia dakwah dan pendidikannya. Ia mengajar sejarah Islam dan studi Hadis Rasulullah Saw. —- Dari berbagai sumber (T/een/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Satu Tahun Taufanul Aqsa

Rekomendasi untuk Anda

Kolom