Jakarta, MINA – Site Manager Pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Ir. Edi Wahyudi mengatakan, dengan adanya blokade Israel ditambah lagi dengan pandemi covid 19, peralatan-peralatan kesehatan RSI untuk tahap II hingga saat ini masih tertahan dan sulit untuk bisa masuk ke Gaza.
“Karena pandemi covid 19, banyak peralatan-peralatan kesehatan yang tertahan di pelabuhan,” kata Edi dalam webinar yang diselenggarakan oleh Mer-C Indonesia bertema “Mengenal Lebih Dekat RS Indonesia di Gaza” melalui via online, Senin (27/7).
“Namun, kita semua relawan berusaha mencari jalan alternatif agar peralatan yang dibutuhkan RSI bisa secepatnya sampai ke Gaza,” tambahnya.
Edi mengatakan, pembangunan fisik rumah sakit tahap II sudah mencapai 100 persen. Saat ini terdapat sekitar 31 relawan yang masih berada di Gaza.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Kebutuhan yang saat ini diperlukan adalah penambahan 118 bed (tempat tidur) dan 10 bed elektronik untuk pasien.
Menurutnya, kondisi di Gaza sangat dinamis. Meskipun sudah ada puluhan perjanjian genjatan senjata dengan Zionis Israel, tetapi nyatanya, sewaktu-waktu Zionis melakukan serangan dengan berbagai dalih untuk membenarkan aksinya.
Rakyat Gaza telah mengalami blokade selama 13 tahun yang meliputi darat, laut maupun udara. Penggunaan listrik pun sangat terbatas, yaitu sekitar empat jam perhari termasuk akses-akses internet.
Keberadaan RSI di Gaza sangat dibutuhkan masyarakat, terutama untuk menolong para korban akibat serangan Israel di wilayah itu. RSI dibangun oleh lembaga MER-C, Jaringan pondok pesantren Al-Fatah Indonesia dan Radio Silaturahim (RASIL) Network. (L/SRT/P2)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Mi’raj News Agency (MINA)