Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG: Cuaca Ekstrem Akibat Peralihan Musim

Insaf Muarif Gunawan Editor : Arif R - Jumat, 27 September 2024 - 22:50 WIB

Jumat, 27 September 2024 - 22:50 WIB

62 Views

Jakarta, MINA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi peningkatan cuaca ekstrem akibat peralihan musim atau pancaroba periode 27 September hingga 3 Oktober 2024 di Indonesia.

“Akhir September hingga Oktober mendatang, sejumlah wilayah Indonesia memasuki masa peralihan dari musim kemarau menuju penghujan,” kata BMKG dalam keterangan resminya, Jumat (27/9), demikian keterangan yang diterima MINA.

BMKG mengatakan, salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

“Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat,” katanya.

Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online

Lebih lanjut, BMKG menuturkan, apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.

“Dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” imbaunya.

Sementara itu, analisis dan pantauan BMKG bahwa dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih cukup tinggi.

BMKG juga mendeteksi adanya daerah konvergensi yang terpantau di Aceh, Selat Malaka, Kalimantan Barat, dan Perairan utara Papua Barat. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, Kalimantan bagian barat.

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut,” ujarnya.

Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal juga terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat.

Selain itu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua.

Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 27 September hingga 3 Oktober 2024, berupa potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. []

Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia