Jakarta, MINA – Sepanjang 2021, Indonesia dilanda sejumlah kejadian bencana alam seperti gempa bumi erupsi gunung merapi, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), kekeringan, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, gelombang pasang serta abrasi dan lain-lain.
“Bencana yang terjadi di Indonesia mulai dari 1 Januari-31 Desember 2021 ini, mengakibatkan warga berduka, karena ratusan jiwa meninggal dunia dan puluhan jiwa hilang, rumah rusak, fasilitas pendidikan, tempat ibadah rusak, fasilitas kesehatan, kantor rusak dan jembatan rusak dan lain sebagainya,” kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan dalam Konferensi Pers Kaleidoskop Bencana Indonesia Tahun 2021 yang juga streaming YouTube BNPB, Jumat (31/12), Jakarta.
Lilik mengatakan, Pemerintah berupaya untuk melakukan pencegahan dengan beberapa poin:
Pertama. Penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah, melalui asistensi penyusunan peta risiko bencana, rencana penanggulangan bencana, rencana kontijensi, penguatan pusdalops, tim reaksi cepat, dan desa tangguh bencana [DESTANA] berbasislivelihood.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Kedua. Penguatan struktur buatan dan vegetasi dalam mitigasi bencana, melalui Penguatan kepedulian multipihak dengan meningkatkan kapasitas dan koordinasi organisasi dan relawan penanggulangan bencana, forum pengurangan risiko infrastruktur tangguh bencana, pariwisata aman, bandara aman, hotel tangguh, dan lain-lain.
Ketiga. Penguatan kepedulian multipihak dengan meningkatkan kapasitas dan koordinasi organisasi dan relawan penanggulangan bencana, forum pengurangan risiko bencana, lembaga usaha, perguruan tinggi, pakar kebencanaan dan media massa.
Keempat. Penguatan sistem peringatan dini multi ancaman yang terintegrasi antar kementerian/Lembaga dan diseminasi yang menjangkau masyarakat secara inklusif serta penyiapan tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi, rambu evakuasi dan papan informasi ancaman bencana.
Kelima. Penguatan budaya sadar bencana, melalui edukasi dan literasi seperti satuan pendidikan aman bencana, pasar tangguh, puskesmas/RS tangguh, rumah ibadah tangguh dan lain-lain.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Keenam. Penguatan kesiapsiagaan masyarakat melalui program keluarga tangguh bencana [KATANA] dengan memperhatikan budaya dan kearifan lokal.
“Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatatkan ribuan aktivitas bencana alam terjadi dalam kurun waktu 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2021. Total bencana tahun 2021 sebanyak 3.034,” ucapnya.
Lilik menjelaskan, adapun, perincian dari 3.034 bencana di antaranya; gempa bumi 31, erupsi gunung 1, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 265, kekeringan 15, banjir 1.298, tanah longsor 632, cuaca ekstrem 804, dan gelombang pasang serta abrasi 45. Kemudian dampak dari 3.034 bencana di Indonesia di antaranya, meninggal dunia 665 jiwa, menderita serta mengungsi 8.426.609, hilang 95, luka-luka 14.116 orang.
“Bencana alam di Indonesia juga meluluhlantahkan bangunan dan fasilitas lainnya. Tercatat 142.179 rumah rusak dengan rincian 19.163 rusak berat, 25.369 rusak sedang, 97.647 rusak ringan. Selain itu, bencana mengakibatkan 3.704 fasilitas rusak dengan perincian 1.498 fasilitas pendidikan, 1.847 fasilitas peribadatan, 359 fasilitas kesehatan, 509 kantor rusak dan 438 jembatan rusak. Bencana juga membuat jutaan orang menderita dan mengungsi,” ucapnya.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Hadir juga dalam konferensi pers Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D. (L/R8/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)